vierundvierzig

1.2K 81 38
                                    

Suasana sebuah Rumah sakit masih sangat sepi. Masih lengang. Aktivitas belum begitu berarti. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang di depan Instalasi Gawat Darurat.

Sebuah mobil memasuki pelataran parkir dengan tergesa. Decit rem terdengar sedikit keras. Mobil terparkir sembarangan. Seorang lelaki berambut gondrong keluar dengan wajah panik.

" Dokter, suster, Istriku akan melahirkan." Teriaknya memecah senyapnya pagi.

Seorang dokter dan perawat keluar dengan mendorong sebuah kursi roda. Lelaki itu menarik cepat kursi roda tersebut untuk lebih mendekat. Kemudian dia menggendong seorang wanita yang menangis menahan sakit dari dalam mobil. Lalu mendudukkan di kursi roda yang tadi ditariknya.

" Siegi.."

" Siegi...sakit sekali." Teriak wanita yang kini terduduk di atas kursi roda dengan wajah dibasahi air mata. Kesakitan terlihat jelas di wajahnya.

" Katharina baby, tahan ya sayang." Ucapnya menenangkan sambil mengusap lembut kepala Istrinya. Padahal tampak sekali kecemasan tergurat di wajahnya.

" Siegi, ini semua karena ulahmu." Jerit Katharina disela tangisnya.

" Sayang, aku hanya memenuhi keinginanmu. Bukankah kau ingin punya bayi lucu." Jawab Siegfried sambil meringis menahan cengkraman tangan Katharina di lengannya.

" Siegi...tapi di perutku ada dua bayi. Aku minta satu, kau malah kasih dua." Ucap Katharina kesal. Siegfried meringis. Dia bingung apa yang harus dilakukannya.

" Siegi, apakah ini masih lama. Ini sakit sekali." Jerit Katharina lagi.

" Sabar, Katharina sayang." Ucap Siegfried sambil berjongkok dan mengelus perut Katharina. Dimana sebelumnya dia meminta perawat yang mendorong kursi untuk berhenti sebentar.

Siegfried mencium perut buncit Istrinya dan berucap lembut.

" Sayang, bayi bayi lucu. Tolong jangan buat Mommy kesakitan ya. Kalian tidak boleh nakal. Kasihan Mommy menangis. Jangan nakal ya dan segeralah keluar. Daddy sudah tidak sabar untuk melihat senyum kalian. Mendengar tangisan kalian, juga menggendong kalian. Daddy tahu, kalian sudah tidak betah di dalam sana. Ayo, keluarlah dan buatlah Mommy tersenyum."

Siegfried mencium lama perut buncit itu. Mengusapnya lembut dan penuh rasa sayang. Lalu beralih mengecup lama kening dan bibir Istrinya.

Kursi roda kembali didorong menuju ruang bersalin. Siegfried menjejeri lajunya. Dengan sabar lelaki itu menggenggam lembut tangan Istrinya.

Memasuki ruang bersalin, jantung Katharina berdegup lebih cepat. Ada rasa takut yang menghinggapi perasaannya. Perasaan yang seolah bertanya, apakah dia mampu melewati ini semua. Tapi semua rasa takut itu seolah memudar, sejenak setelah Siegfried berbisik mesra di telinganya.

" Kau pasti bisa, Sayang. Kau pasti mampu. Kau teramat mencintai mereka, aku yakin kau akan berusaha keras mengeluarkan mereka. Kau jangan takut, aku ada di sini. Di dekatmu. Ayo kita berjuang bersama, menghadirkan buah cinta kita."

Lalu ketika ada cairan hangat terasa merembas di sela kakinya. Dan cairan merah juga terlihat di sana. Katharina telah siap untuk berjuang.

" Jangan dulu mengejan ya, Bu. Tunggu aba aba dari saya." Ucap seorang dokter wanita yang akan membantu persalinan Katharina.

Ketika kram di perut terasa begitu hebat dan punggung serasa patah, lalu ada rasa mual terasa. Katharina yang ditemani Siegfried yang setia memberikan semangat. Mengerang dan menjerit. Mencoba meredam rasa sakit yang semakin terasa begitu menghantamnya.

" Ayo, mengejan Bu. Bayinya sudah siap." Ucap dokter lembut.

Seolah hendak mendorong bongkahan batu yang sangat besar. Katharina bersiap mengejan dengan tenaga penuh.

Suara lengkingan tangis bayi memecah pagi yang masih sejuk. Seorang penerus Baldomero yang tampan dengan mata biru cerah telah melihat dunia. Bayi itu terdiam begitu mendapatkan rengkuhan Siegfried.

Lalu ketika suara lembut dokter terdengar, Katharina kembali bersiap untuk menuntaskan tugas mulianya.

" Bersiap untuk yang satunya, Bu."

Tidak lama, hanya berselang lima menit bayi tampan kedua lahir, juga dengan mata biru tapi tidak secerah yang pertama. Sedikit lebih gelap.

Siegfried kembali merengkuh bayi yang melengkingkan tangisnya itu. Lengkingan yang tidak sekeras yang pertama. Sementara bayi yang pertama berpindah ke dalam buaian Katharina. Air mata haru meleleh membasahi raut wajah Katharina. Siegfried pun tampak beberapa kali mengusap kelopak matanya.

" Baldomero babies." Bisik Katharina dengan senyum.

" Eduard and Edwyn Baldomero."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang