elf

1.5K 139 21
                                    

Katharina mengangguk saat Siegfried mengajaknya untuk mampir ke Mess nya. Tempat itu terletak di belakang kantornya dan disebelah poliklinik.

Siegfried menggenggam tangan Katharina yang di sambut genggaman lembut gadis itu. Kebahagian yang mereka rasakan menguar, hingga seolah menular pada setiap orang yang mereka temui.

" Hei, true love couple."

Sambut lelaki yang ditemui Katharina ketika hendak menemui Siegfried di kantornya tempo hari, yang ternyata bernama Oliver. Sepertinya Carl yang besar mulut itu sudah lebih dulu menghembuskan berita tentang kedekatan mereka ke seantero kantor Rangers.

Siegfred tersenyum menanggapi sapaan Oliver. Sementara Katharina menunduk dengan wajah merona. Oliver terkekeh diikuti kedua rekannya yang lain.

Siegfried terus mengajak Katharina menuju belakang kantor. Mereka berpapasan dengan seorang lelaki berusia diatas lima puluh tahunan di depan poliklinik.

" Pap, mau pergi?" Tanya Siegfried yang ditanggapi tatapan menyelidik lelaki itu.

" Tidak. Kau dari Rumah sakit, bagaimana kabar cucuku?" Tanya lelaki itu, tatapannya terus tidak lepas dari Katharina yang membuat gadis itu jadi merasa canggung.

" Baik, sangat baik. Sore nanti mereka pulang. Pap, kenalkan ini Katharina." Ucap Siegfried sambil merengkuh pundak gadis di sebelahnya. Lelaki itu menatapnya lalu mengulurkan tangannya. Katharina menyambutnya dengan sopan.

" Senang bertemu dengan anda, Sir." Ucap Katharina dengan anggukan.

" Pap. Mereka memanggilku Pap, jangan sungkan." Ucap lelaki itu ramah. Katharina menggangguk dengan senyum.

" Si gadis dalam mimpi, huh. Pemberi kalung juga." Ucap Pap dengan senyum. Telunjuknya terarah ke kalung yang di pakai Siegfried. Kedua lelaki itu terkekeh. Katharina tersipu karenanya.

" Ayo Pap, kita bicara di dalam Mess. Kau tidak ingin langsung pulang kan."
Ajak Siegfried yang berjalan mendahului sambil tetap merangkul bahu gadisnya. Lelaki tua itu mengikutinya.

Mereka duduk di sofa yang tersedia di sana. Mess itu hanya ruangan luas yang terdapat tempat tidur, sofa dan sebuah pantry kecil di dalamnya. Lalu di pojok ruangan dekat pintu belakang ada sebuah kamar mandi yang tidak terlalu luas.

" Inilah kamar bujanganku yang selalu sepi tanpa desahan seorang wanita, yang terdengar hampir setiap malam hanya erangan dan gumaman atau teriakan nama seorang gadis dari mulutnya."

Lelaki tua itu menjeda, dia melirik gadis yang sedang duduk menatapnya di sebelah Siegfried. Mata gadis itu memancarkan riak penasaran dan khawatir. Lelaki itu terkekeh.

" Nama yang selalu sama selama hampir lima tahun ini. Katharina...dan aku yakin gadis inilah orangnya, sesuai deskripsimu jika bergumam..."

" Rambut pirang gelap dan mata biru jernih.."

potong Siegfried cepat. Kedua lelaki itu tergelak. Katharina tersenyum canggung. Gadis itu merona. Siegfried mencium lembut sisi kepala gadis itu.

" Pap, kau ternyata mengetahuinya. Carl yang bercerita, atau kau suka mengamatiku ketika aku tidur?" Tanya Siegfried sambil beranjak dari duduknya. Dia mengambil minuman dari dalam lemari pendingin. Dua kaleng bir dan satu kaleng coke. Kemudian menyimpannya di atas meja.

" Kau anakku, Siegi. Aku pasti akan selalu mengamati dirimu. Aku menyayangimu, seperti aku menyayangi Carl dan Oliver." Ujar lelaki tua itu. Siegfried tertawa pelan lalu mencium puncak kepala lelaki itu.

" Thank you, Pap. I love you too."

Lalu Siegfried membawa langkahnya menuju ke kamar mandi. Dimana sebelumnya dia meminta ijin untuk mandi. Katharina mengangguk, begitu pun lelaki tua itu.

Sepeninggal Siegfried, lelaki tua itu menatapi Katharina lalu berpindah duduk disebelah Katharina yang sedikit beringsut dan menatap lelaki itu. Sedikit lama lelaki itu terdiam.

" Aku mohon, jika dia memintamu untuk mengantar ke rumahnya. Tolong jangan kau turuti. Aku tidak mau dia kembali ke sana. Aku tidak mau kehilangan dia lagi. Selama lima tahun ini, dia hidup tenang. Aku tahu lambat laun dia akan bertemu denganmu, karena kaulah cintanya. Tapi aku memohon kepadamu, jangan membawanya kembali ke sana."

Ucapan pelan dan bergetar lelaki tua itu membuat tanya dalam diri Katharina. Dia menatap lelaki itu tidak mengerti.

" Nanti aku akan bicara denganmu, tapi tidak disini." Ucapnya masih dengan nada pelan, seolah mengerti akan tanya di diri gadis itu.

Lelaki tua itu beranjak kembali ke tempatnya begitu terdengar pintu kamar mandi terbuka. Meninggalkan Katharina yang masih menatapnya bingung.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang