zweiundzwanzig

1.1K 123 30
                                    

Siegfried segera bangkit berdiri begitu pintu ruang operasi terbuka. Katharina yang setia berada disisinya mengikutinya. Gadis itu segera melingkarkan tangannya diseputar pinggang Siegfried yang langsung merengkuhnya.

" Ada  yang bernama Siegi?" Tanya seorang dokter yang masih memakai pakaian hijau khas untuk operasi.

" Yes doc." Jawab Siegfried cepat.

" Kau yang dipanggilnya begitu tadi dia siuman. Ayah anda sudah melewati masa kritisnya. Kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat."

Siegfried dan Katharina mengangguki perkataan dokter tersebut.

Tidak begitu lama dua orang perawat lelaki dan satu orang suster, terlihat mendorong brangkar menuju ruang rawat. Siegfried dan Katharina mengikuti.

Mereka memasuki ruangan dan menempatkan lelaki tua yang kini akan dipanggil Ayah oleh Siegfried, di ranjang yang lumayan besar dibandingkan ranjang periksa pasien.

Pintu ditutup begitu mereka selesai membereskan semua dan mencatat data terakhir.

" Siegi.."

Suara lirih lelaki tua itu memecah keheningan. Siegfried duduk disisi tempat tidur, sementara Katharina mengambil tempat di sofa yang tersedia disana.

" Eh,.."

Siegfried terlihat ragu, lelaki itu masih mengerjapkan matanya.

" Dad, kau biasa memanggilku Dad." Ucap Lelaki tua itu pelan. Siegfried mengangguk.

" Istirahatlah dulu, Dad." Ucap Siegfried sambil mengusap lengan lelaki itu yang kemudian menggeleng.

" I'm fine. Never feel better than today."

Lelaki tua itu meyakinkan dengan memberikan genggaman erat di tangan Siegfried.

" Dad, I'm so sorry. I don't know about that story." Ucap Siegfried sambil menunduk.

" Kau tidak salah, Son. Lelaki itu, yang kau panggil Pap. Memang tidak pernah dapat menerima Ibumu mencintaiku dan kau adalah anakku." Ucapnya lirih.

Tatapannya menerawang menatap langit langit kamar. Siegfried tersenyum getir, kemudian menggeleng frustasi.

" Aku tidak dapat mengingat banyak. Hanya penggalan bayangan dan terlihat acak." Keluh Siegfried dengan mata terpejam.

" Tapi kau mengingat dia, gadis cantik putri Ulrich Ernest." Lelaki itu tersenyum simpul. Siegfried menatap Katharina yang sedang menatap mereka.

" Dad mengenal Ayah gadisku?" Tanya Siegfried sambil menatap lelaki itu.

" Tentu. Dia temanku." Jawabnya dengan senyum. Mereka terdiam sejenak.

" Dad, boleh aku bertanya?"

Siegfried menatap lelaki tua itu. Ada kehati hatian dalam sorot matanya. Lelaki tua itu mengangguk dengan senyum.

" Apa benar aku melakukan percobaan pembunuhan terhadapmu?"

Tatapan mata Dad beralih, dia menatap keluar jendela. Siegfried pun beralih menatap Katharina yang selalu menatapnya dengan tatapan menyejukkan.

" Kau waktu itu tidak pernah mau mendengarkan penjelasanku. Aku mengirimmu ke penjara bukan untuk menghukummu. Aku ingin kau berpikir di sana. Aku menitipkanmu kepada temanku, petugas di penjara itu. Aku tidak pernah tahu akan ada kerusuhan di sana dan kau mendapatkan kekerasan yang begitu parah."

Dad menatap Siegfried yang begitu serius menatapnya.

" Aku meminta temanku mengirimmu ke Poliklinik Rainart, yang kau panggil Pap itu. Hanya untuk sementara waktu saja. Aku tidak tahu kau kehilangan ingatanmu dan Rainart ternyata memanfaatkan keadaanmu itu. Dia memenjarakan aku."

Siegfried menatap wajah lelaki itu lalu beralih menatap Katharina yang kini menghampirinya. Tangan gadis itu mengusap lembut bahu Siegfried. Lelaki itu memegang lembut tangan itu.

" Mengapa kau mengirimku ke Poliklinik itu, Dad?" Tanya Siegfried getir.

" Aku waktu itu kalut mendengar terjadi kerusuhan di penjara itu dan yang terpikir di kepalaku saat itu adalah Poliklinik itu, untuk menyelamatkanmu. Menjauhkan dari masalah untuk sementara waktu, karena kau terlibat dalam kerusuhan itu, Son."

Mata lelaki tua itu basah oleh air mata. Siegfried menatapnya penuh penyesalan. Sementara Katharina bertekad dalam hati untuk berbicara dengan Pap.

Gadis itu ingin mencari tahu, kenapa lelaki itu berbohong dan menceritakan kebalikan dari cerita yang sesungguhnya.

" Katharina, kau mendengar semuanya. Lalu masihkan tidak berubah perasaanmu untukku?" Ucap Siegfried sambil berjalan menjauhi ranjang.

Berdiri di depan jendela yang mengarah ke taman rumah sakit. Suasana hati lelaki itu tidak karuan. Dia seperti mendapatkan kejutan saat ini. Perasaan hati yang beragam dengan degup tidak menentu.

Sosok mungil gadis itu menubruk punggung Siegfried dengan tangan melingkari tubuh besar itu.

" Apa yang harus kulakukan agar kau percaya padaku, Siegi. Lihat, aku bahkan berani melakukan ini dan berkata dengan tegas dihadapan Ayahmu. Aku mencintaimu, Siegi. Selamanya. Aku akan selalu berada disisimu apa pun dan bagaimana pun keadaanmu. Tidak cukupkah itu, Siegi?"

Siegfried berbalik dan menatap gadisnya. Mengusap lembut pipinya dan beralih menatap Dad yang tersenyum menatapnya. Suara beratnya berucap tenang.

" Dad, setelah kau pulih. Maukah kau meminta gadis ini kepada temanmu itu untuk menjadi istriku?"

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang