Akhirnya, hari ini mereka bisa keluar kamar. Setelah lima hari Siegfried berhasil membuat Katharina tidak bisa berkutik. Bahkan rayuan yang dipenuhi rengekan manjanya, tidak sedikit pun membuat Siegfried mengabulkan keinginannya. Keegoisan hasrat lelaki itu lebih dominan dibandingnya keinginannya untuk menelusuri indahnya pemandangan alam.
Tapi hari ini Katharina menang. Suaminya itu menuruti kemauannya untuk menikmati indahnya pemandangan Beijing. Walaupun lebih dulu harus menuruti kemauan lelaki itu.
" Biarkan aku membuat karyaku yang banyak di lehermu dan jangan pernah menutupinya."
Dengan kesal dan sambil menggeram, Katharina pasrah dengan keinginan suaminya itu.
" Kau sangat, sangat menyebalkan sayangku." Umpat Katharina begitu melihat hasil karya suaminya itu.
Mata Katharina berbinar ceria kini dan melupakan kekesalannya tadi pagi. Dia juga lupa akan malunya dengan leher penuh bercak merah seperti kena sengatan serangga. Siegfried tersenyum teramat puas menatapnya.
Taman Xiangshan menampilkan pemandangan yang begitu memanjakan mata. Bunga bunga yang bermekaran, ditambah dapat melihat keindahan kota Beijing dari ketinggian. Katharina tidak henti memujinya dengan mata berbinar bahagia.
" Taman ini sangat cantik, tidak pernah peduli akan musim." Ucapnya sambil matanya berkeliling menatap keindahan taman.
" Jika kita berkunjung pada musim semi, kita akan melihat indahnya bunga-bunga bermekaran. Kemudian jika kita datang di musim gugur, kita bisa melihat daun daun merah dengan sangat indahnya berguguran. Bahkan, jika kita datang di musim salju pun, kita akan melihat indahnya pepohonan taman ini dilingkupi oleh gumpalan salju." Ucapnya dengan senyum semakin terkembang sempurna.
Siegfried menatap dengan segenap cinta, wanita yang kini berada dalam rengkuhannya. Rasa sayangnya tidak lagi dapat terukur.
" Sore nanti aku ingin ke danau Shichachi, danau itu sangat indah pemandangannya dan kerennya, akan tampak sunset di sore hari."
Siegfried mengiyakan saja kemauan istrinya. Dia mengikuti kemana pun Katharina mau melangkahkan kakinya.
" Kita akan makan siang di dekat National Aquatics Centre." Ucap Katharina yang membuat Siegfried mengerutkan keningnya.
" Bird Nest, Olympic Sport Centre dan National Indoor Stadium. Untuk apa ke sana, sayang. Saat ini sedang tidak ada event."
Katharina menatap Siehfried dengan tersenyum manja. Lalu dengan ringan dia berkata.
" Aku ingin berphoto dengan latar gedung itu."
" Ouh...baiklah..baiklah sayang. Whatever you want, baby."
Ucapan Siegfried ditanggapi kekehan Katharina, yang dengan manja menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu. Siegfried tidak dapat berbuat banyak. Lelaki itu mengecup sayang kepala Istrinya.
" Sayang, aku mau makan siang Beijing kaoya." Ucap Katharina setelah lelah berphoto dengan latar belakang bangunan Bird Nest.
" Bebek peking?" Tanya Siegfried yang diangguki Katharina.
" Katanya mau Jiaozi." Lanjut Siegfried sambil menatap Istrinya itu.
" Siomay, ehm..itu juga. Terus... mapodoupu juga." Ucap Katharina dengan senyum lebar.
" Aku tidak suka tahu." Ucap Siegfried sambil menggedikkan bahunya.
Katharina yang memang sangat tahu, Siegfried tidak menyukai makanan itu tertawa mengejeknya.
Mereka memasuki rumah makan yang menyajikan makanan yang tadi dimaui oleh Katharina. Siegfried teramat bahagia menatapi raut cantik Istrinya begitu berbinar. Senyumnya terukir cantik membiaskan mata birunya yang bercahaya.
" Aku teramat mencintai wanita ini, Tuhan. Jagalah selalu dia dan biarkan dia menghabiskan waktu dihidupnya hanya di sisiku. Hanya bersamaku karena aku tidak akan bisa hidup tanpa kehadirannya." Bisik hati Siegfried.
" Aku akan rela melakukan apa pun, demi selalu melihat senyum Istriku tercinta." Ucap Siegfried dihadapan Istrinya. Katharina tersipu.
" Ketahuilah Sayang, aku ini selalu ingin menjadi seseorang yang sungguh berarti dikehidupanmu." Lanjut Siegfried dengan tangan yang mengelus lembut pipi Istrinya yang kini merona.
" Baby, I want to be yours forever." Ucap Katharina sambil mengecup tangan Suaminya.
" You'll be Forever, dear." Ucap Siegfried dengan ciuman lama mendarat di bibir Istrinya.
" Enough. Kalau kau terus saja menciumku, kita tidak akan jadi pergi ke danau Shichachi." Ucap Katharina setelah berhasil melepaskan bibirnya yang dilumat Siegfried.
" Kita bisa pergi ke sana besok." Jawab Siegfried acuh.
" No, Siegi. Besok aku ingin mengunjungi Badaling Great Wall dan Taman Yihe."
Katharina merajuk. Siegfried tertawa.
" Siegi.."
" Yes, my love.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEGFRIED BALDRIK ( COMPLETED )
General FictionKatharina Leota Ernest, selalu teringat dengan seorang pemuda yang mencuri ciuman pertamanya. Pemuda itu bernama Siegfried Baldrik, seorang berandalan yang menolongnya ketika dia hampir di perkosa segerombolan pemuda jalanan. Lalu ketika esoknya dia...