neunzehn

1.2K 109 14
                                    

Satu bulan sudah Katharina membantu Pap di Polikliniknya, karena Ivory yang biasa membantu Pap sedang cuti melahirkan. Katharina begitu senang ketika Ivory memintanya untuk menggantikan. Pap juga senang. Terlebih Siegfried, lelaki itu tidak harus khawatir dengan keadaan kekasihnya.

Siang ini ada seorang pasien yang masuk dengan luka parah. Warren dan Oliver yang membawanya sepulang dari hutan bagian barat. Lelaki yang hampir seumuran Pap itu sedang bersafari di hutan sebelah barat dan diserang oleh harimau. Keadaannya sudah tidak sadarkan diri. Wajah yang terkoyak, begitu pun kaki dan bagian belakang tubuhnya. Katharina sampai ngeri melihatnya.

" Kita harus merujuknya ke rumah sakit besar. Darahnya lumayan banyak keluar. Adrein berikan suntikan untuk menghentikan pendarahannya." Ucap Pap yang diangguki dokter muda yang membantu Pap.

" Lalu kita bersihkan dulu lukanya dan lakukan hecting untuk luka kecilnya. Kath, tolong siapkan alat Tromol steril." Ucap Pap lagi.

Katharina segera berlari mengambil alat alat Tromol steril.

" Jangan lupa cairan normal saline untuk membersihkan lukanya."

Katharina mengangguki perintah Pap. Lalu dia segera mendorong meja stainless yang penuh berisi alat alat yang dibutuhkan.

" Adrein, bantu aku memegangi sisi sebelah kirinya." Ucap Pap. Dokter muda itu langsung mengikuti arahannya.

Pap membersihkan luka itu dengan hati hati dari mulai laki yang terlihat lebih parah, punggung dan wajah di bagian sisi kanannya. Katharina melihat Pap sedikit menegang begitu selesai membersihkan wajah lelaki itu. Wajahnya berubah dingin dan datar.

" Pap, ada apa?" Tanya Katharina sangat pelan.

Pap menggeleng. Tangannya sedikit bergetar ketika hecting mulai dilakukan. Lalu dia berhenti dan menyerahkannya kepada Adrein. Sebelum keluar dia berkata lirih.

" Adrein, tolong lanjutkan. Sepertinya aku sedang tidak baik. Aku merasa mual."

Katharina menatap kepergian Pap lalu kemudian mengikutinya. Dia meninggalkan Adrein yang di bantu Barbara, setelah Kathatina memintanya.

" Pap, ada apa?" Tanya Katharina begitu sampai dihadapan Pap yang duduk di depan Mess.

Lelaki tua itu menatap kolam ikan di depannya. Tangannya terlipat di dadanya. Dia menatap Katharina dengan pandangan gusar. Katharina menduga sepertinya ada sesuatu dengan pasien lelaki yang sedang ditangani Adrien.

" Dia itu, Darek Baldomero, Ayah tiri Siegi." Ucap Pap sambil menunduk.

" Lelaki yang membunuh Ibu dan kakak perempuannya?" Katharina menegaskan.

" Ya, dia lelaki itu." Pap menatap Kathy dengan mata berurai cairan bening.

" Ya Tuhan, Pap. Apa yang harus kita lakukan. Bagaimana jika Siegi mengetahuinya."

Suara Katharina bergetar. Pap menggeleng dengan raut wajah frustasi.

" Hei, baby. Ada apa, kenapa Pap?"

Pap dan Katharina memandang Siegfried yang tiba tiba hadir di hadapan mereka. Ketegangan terlihat jelas di wajah Pap dan Katharina.

Katharina langsung merapatkan tubuhnya ke dekat lelaki gondrong tercintanya itu. Dia merangkul lengannya dengan cepat. Senyum berusaha dia hadirkan. Sementara Pap terlihat menunduk dengan tangan yang berusaha menghapus butiran bening yang masih menggenang di pelupuk matanya.

" Hei, tidak ada apa apa. Hanya ada yang terluka di dalam sana dan cukup parah. Pap berpikir untuk membawanya ke Rumah sakit besar atau orang itu tidak akan selamat."

Siegfried menatap Pap dan Katharina bergantian. Katharina tersenyum sambil tangannya mengelus lembut lengan kekasihnya itu dan Pap mengangguk canggung.

Siegfried hendak beranjak menuju ke ruangan Poliklinik berbarengan dengan Adrien yang muncul di ambang pintu.

" Sudah selesai, Pap dan kurasa pasien mulai sadar."

Pap segera berjalan, sedikit tergesa menuju ruangan. Mendahului Sigfried yang tangannya masih dirangkul Katharina. Siegfried setengah menarik kekasihnya itu untuk masuk ke ruangan.

Di atas ranjang periksa, tampak lelaki itu tertidur lemah. Luka lukanya telah dibersihkan dan di hecting. Pap menatap nyalang lelaki seumurannya itu yang kini sedang mengedip ngedipkan matanya. Menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan. Pap terlihat gusar. Sorot matanya menunjukan kecemasan. Siegfried menatapnya seolah menyadarinya. Katharina terus tidak beranjak, dengan berada di sampingnya sambil tangannya masih mengusap lembut lengan kokoh Siegfried.

" Rainart Baldrik, kau kah itu?" 

Suara pasien itu terdengar pelan begitu matanya bersitatap dengan mata Pap. Lelaki tua itu segera saja menghampirinya. Wajahnya tampak tidak bersahabat.

" Dan aku mengenali lelaki muda dengan rambut gondrong itu." Ucapnya dengan suara pelan juga sambil menunjuk Siegfried.

" My baby boy, Little Siegi."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang