dreißig

1.1K 103 21
                                    

Pandangan mata Siegfried teralih mendengar suara parau yang menampilkan sosok lelaki tua di ambang pintu. Sejenak Siegfried terpana menatap sosok yang duduk di kursi roda dan didorong oleh seorang perawat.

" Dad, kenapa kau ke sini?" Tanya Siegfried sambil berjalan menghampiri lelaki tua itu, yang mengulas senyumnya.

" Siegi, Pap siuman." Desis Katharina.

Siegfried mendorong kursi roda Dad mendekat ke arah ranjang Pap.

Mata Pap menatap lekat wajah Dad yang terlihat datar. Sorot penyesalan dan permohonan terlihat jelas di mata Pap. Siegfried menatap dua wajah tua itu bergantian. Katharina duduk di kursi dan menatapi ketiga lelaki itu.

" Rainart, aku datang untuk melihatmu. Oliver tadi mampir ke ruanganku." Ucap Dad tenang. Lalu pandangan matanya beralih menatap Siegfried.

" Kau telah kembali, Siegi. Bagaimana kabar si brengsek Ernest. Dia merestuimu atau tidak?" Ucapnya kemudian, kali ini dengan suara sedikit berbisik. Matanya melirik Katharina yang tersenyum menatapnya.

Ayah dan anak itu saling tatap, lalu tersenyum lebar. Kemudian pandangan mereka beralih menatap Pap yang terlihat lemah tapi bibirnya mengukir senyum samar.

" Aku, aku tadi mendengarmu, Siegi." Ucapnya dengan suara pelan dan bergetar.

" Ya, Pap. Pulihlah segera, karena  pernikahanku menantikan kehadiranmu." Ucap Siegfried pelan. Mata lelaki itu berbinar cerah dan Katharina menangkap itu.

" Dad, Pap. Kalian bicaralah. Aku dan gadis cantik itu akan menyusul saudara saudaraku."

Siegfried merengkuh tubuh Dad dan berbisik ditelingannya.

" Jangan bikin keributan, Dad. Aku ingin kalian berdua menghadiri pernikahanku."

Dad tersenyum mendengar bisikan Siegfried. Sementara Pap menatap Ayah dan anak itu dengan sinar mata cemas.

" Dad, besok Ayah Katharina akan datang menemuimu." Ucap Siegfried sebelum berlalu keluar kamar sambil menggandeng mesra gadisnya.

Katharina merasakan kebahagian lelaki tercintanya yang mengguar. Gadis itu begitu bahagia. Mungkin Siegfried kehilangan sebagian besar ingatannya, tapi sepertinya itu harus disyukuri. Karena keadaannya itu mampu mendamaikan dua hati yang berselisih. Mampu menyatukan dua orang yang selama ini saling mendendam. Katharina mengulas senyum mengingatnya.

" Kenapa calon Istriku tersenyum senyum sendiri. Sedang memikirkan seseorang?" Tanya Siegfried sambil melirik gadisnya.

Katharina terkekeh. Dia memeluk tubuh besar kekasihnya. Dia menyurukkan wajahnya di dadanya.

" Apakah selama sepuluh tahun belum cukup membuktikan?" Gadis itu balik bertanya.

Siegfried mencium sayang kening Katharina. Tangan kokohnya memeluk tubuh mungil gadis itu sekejap, lalu membingkai wajah cantiknya. Menatapnya dengan mata berbinar cinta. Dengan nada lirih dia berucap dihadapan wajah gadisnya.

" Aku tidak tahu akan seperti apa hidupku tanpa dirimu. I love you. I love you, Katharina."

Siegfried menciumi wajah gadis itu, melumat bibirnya. Dia tidak mampu lagi menahan diri. Dia berhasrat. Gairahnya meletup kuat. Seandainya dia tidak berusaha mengendalikan diri, mungkin dia akan menyeret tubuh mungil itu ke Toilet yang seolah melambai di depan sana.

" Siegi, aku rasa kau butuh pulang."

Sebuah suara dan tepukan di bahunya menyentakkan gairahnya. Hasratnya sedikit meredup. Tapi bukan berarti hilang dan padam. Dengan mata yang sudah bergeriap Siegfried menatap sosok yang barusan membuatnya tersentak.

" Carl, Pap sudah siuman. Dia bersama Dad di dalam. Aku sengaja meninggalkan mereka. Biarkan mereka berbicara dan saling berdamai dengan masa lalunya."

Siegfried masih merengkuh Katharina yang menyembunyikan mukanya di dada lelaki itu. Carl tentu saja terkekeh menatapnya, begitu juga Oliver yang mengekor dibelakangnya.

" Apa mereka tidak akan saling bunuh ditinggal berdua?" Tanya Oliver sambil menaikan alis matanya. Siegfried berdecih.

" Ayah kita bukan pembunuh, man." Jawab Siegfried ketus, yang mengundang tawa Oliver.

" Aku butuh pulang, betul seperti yang kau bilang, Carl. Aku butuh dibuat nyaman oleh kelembutan gadisku." Ucap Siegfried dengan senyum menyeringai. Carl dan Oliver tertawa. Katharina semakin merona.

" Okay, lil brother. Pulanglah. Buatlah dirimu tenang dan nyaman. Biar kami yang menjaga Pap." Ucap Carl sambil mengusap punggung Siegfried.

Katharina mengikuti tarikan lembut tangan Siegfried yang menaut tangannya menuju ke parkiran. Lalu duduk dengan nyaman begitu lelaki itu membukakan pintu dan memasangkan seat beltnya.

" Aku tidak pernah tahu, ternyata jatuh cinta bisa membuat hasrat dan gairahku menggila seperti ini." Ucap Siegfried frustasi.

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang