Sampai di Rumah sakit, Katharina bergegas menemui Wynona yang ternyata sudah ada di ruang bersalin. Dia harus menunggu di luar, karena perawat melarangnya masuk.
Gadis itu duduk di ruang tunggu dengan pikiran bercabang. Memikirkan sahabatnya yang sedang berjuang di ruang bersalin dan memikirkan lelaki yang menawan hatinya.
Air mata perlahan mengaliri pipinya. Gadis itu mengusapnya perlahan. Dia merasa sedih memikirkan Wynona yang akan membesarkan anaknya sendiri tanpa kehadiran Edgar, ayah dari anaknya itu.
Katharina tahu, tidak mudah bagi Wynona melupakan sosok Edgar, lelaki yang dicintainya seumur hidupnya. Lelaki yang dari kecil selalu menemani dan menjaga Wynona.
Edgar adalah anak angkat di keluarga Wynona dan sedari bayi, sahabatnya itu sudah terbiasa dengan kehadiran dan semua perhatian lelaki itu.
Terlebih di usia Wynona yang masih teramat muda, sepuluh tahun. Ibunya meninggal dunia, Ayah Wynona menikah lagi dan tinggal bersama istrinya di luar negeri. Edgarlah yang menjaga dan mengurusi Wynona. Sampai akhirnya benih cinta itu tumbuh. Mereka terlihat begitu bahagia, hingga enam bulan lalu Edgar harus pergi menghadap sang penguasa kehidupan. Kecelakaan merengut nyawanya.
Air mata mengalir deras dari mata yang kini terpejam. Katharina merasa begitu lelah. Lelah dengan keadaan yang seolah mempermainkan hidupnya.
" Hei, kau tidak apa apa?"
Suara itu menghentakkan Katharina yang larut dalam lamunannya. Matanya nyalang menatap raut wajah yang kini berada di hadapannya. Posisi lelaki itu berjongkok di depannya yang membuatnya mudah menatap tepat ke matanya. Seolah tidak sadar Katharina mendekatkan wajahnya kehadapan lelaki itu. Dengan berani bibirnya meraup bibir lelaki itu. Melumatnya perlahan. Lalu seolah tersadar, dia tersentak. Dia menjauhkan wajahnya dari lelaki itu. Mendorong kuat tubuh kekar itu hingga jatuh terduduk. Kemudian gadis itu beranjak setengah berlari.
Katharina membawa langkahnya menuju toilet. Dia mengunci dirinya disana dengan tangisan deras yang tidak mampu di tahannya. Kedua tangannya terkepal di simpan di dadanya. Seolah dia menahan rasa sakit yang teramat sangat. Wajahnya tertunduk dalam.
" Aku tidak bisa. Aku tidak bisa." Ucapnya lirih berulang ulang.
Tok..tok..tok..
Ketukan di pintu membuat Katharina mendongakkan wajahnya. Dia menghapus air mata yang terus bergulir di pipinya. Perlahan dia membuka pintu dan terpana mendapati lelaki yang tadi diciumnya berdiri di sana dengan wajah cemas.
" Sepertinya kita harus bicara. Serius." Ucap lelaki itu. Tangan besarnya menarik lembut lengan Katharina yang dengan terpaksa mengikutinya.
Lelaki itu membawa Katharina ke taman di belakang rumah sakit. Suasana taman yang lengang membuat Katharina sedikit merasa tenang.
Lelaki itu menatap lekat wajah Katharina yang tertunduk. Dia memegang dagunya dan membuat wajah itu menengadah.
" Aku tahu tadi kau ke kantorku." Ucapnya sambil menatap tepat ke mata Katharina yang masih mengembun karena air mata.
" Maaf aku belum bisa menemuimu, dua hari kemarin aku harus ke luar kota." Ucapnya lagi, kali ini tangan itu mengusap air mata yang mengalir di pipi gadis itu.
" Aku tadinya akan menemuimu hari ini. Banyak yang harus kutanyakan, tapi tadi aku harus mengantar Ivory ke Rumah sakit, dia akan melahirkan."
Lelaki itu menghela napas dan menatap Katharina yang masih diam.
" Beruntungnya aku bertemu kau disini. Jadi aku tidak harus mencari alamat rumahmu, karena aku hanya tahu tempatmu bekerja tapi menurut Tuan Lazaro setelah kejadian hari itu kau memutuskan berhenti bekerja."
Katharina menatap lelaki di depannya penuh tanya tapi tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
" Kathy, Wynona sudah melahirkan. Bayinya laki laki."
Sebuah suara membuat Katharina menolehkan wajahnya. Dia mendapati Tobias, lelaki yang dekat dengan Wynona beberapa bulan ini berdiri di sana. Katharina mengembangkan senyumnya. Dia berjalan mendekati Tobias yang segera merangkul pundaknya dengan rasa senang yang tidak dapat ditutupinya. Kemudian mereka beranjak pergi menuju ke tempat dimana Wynona berada. Dia meninggalkan lelaki yang menatapnya dengan wajah penuh tanya. Ada kilat kecewa dan kesal di mata biru gelap itu. Lalu sebuah gumaman terdengar dengan nada sangat frustasi.
" Siapa kah dirimu gadis cantik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIEGFRIED BALDRIK ( COMPLETED )
General FictionKatharina Leota Ernest, selalu teringat dengan seorang pemuda yang mencuri ciuman pertamanya. Pemuda itu bernama Siegfried Baldrik, seorang berandalan yang menolongnya ketika dia hampir di perkosa segerombolan pemuda jalanan. Lalu ketika esoknya dia...