acht

1.5K 139 7
                                    

Katharina tidak menolak ketika Siegfried menaut tangannya dan membawanya ke parkiran untuk mengantarnya pulang. Lelaki itu juga menaikkan gadis itu ke dalam mobil Range rovernya dengan mengangkat tubuh mungilnya. Dengan penuh perhatian juga memakaikan seat beltnya sambil tidak sedikit pun lepas memandangi wajah cantik gadis itu.

Katharina mengulum senyum menatapi perhatian demi perhatian yang lelaki itu berikan. Hatinya serasa berbunga dengan desiran halus yang terus menyambanginya.

Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara banyak. Siegfried hanya menanyakan arah menuju apartement gadis itu. Setelahnya mereka terdiam, walau terkadang saling melirik dengan senyum tersungging di bibir mereka.

" Kau mau mampir?" Tanya Katharina ketika mereka sampai di depan apartement gadis itu.

Siegfried menatap Katharina yang terlihat sedang membuka pintu apartementnya setelah memasukkan passwordnya.

" Tanggal kita bertemu sepuluh tahun lalu." Ucap Katharina ringan, sambil menolehkan wajahnya menatap lelaki yang sedang menatapnya.

" Maksudmu?" Tanya Siegfried, keningnya berkerut.

" Password apartementku. Masuklah."

Katharina mempersilahkan lelaki itu untuk masuk dan duduk di sofa yang tersedia di sana. Lalu gadis itu berlalu menuju pantry dan mengambil minuman untuk dirinya dan lelaki itu.

Lama mereka saling diam. Dengan perlahan Siegfried mendekati Katharina. Lelaki itu menatap lekat mata biru gadis itu, lalu tangannya mempermainkan rambut pirangnya. Bibir lelaki itu tertarik membentuk senyuman.

" Apa kita benar benar bertemu sepuluh tahun lalu?"

Suara berat lelaki itu terdengar. Katharina menatapnya. Dia kini merasa yakin, ada sesuatu yang terjadi dengan lelaki dihadapannya sehingga tidak mengenalinya. Tanpa ragu Katharina menyatukan bibirnya dengan bibir lelaki itu. Menciumnya dan melumatnya lama. Gadis itu seolah ingin menghadirkan bayangan keberadaannya kepada lelaki yang kini membalas ciumannya. Mereka terlalut dalam hasrat penuh gairah. Masing masing merasakan getaran yang tanpa dapat mereka elakkan.

" Aku seolah begitu akrab dengan ciuman ini, dengan bibir menggoda ini. Aku teramat merindukanya."

Siegfried berucap lirih disela lumatan bibirnya. Desahan napasnya tanpa disadarinya lolos seiring usapan lembut tangan halus Katharina yang menyusuri lengan berototnya yang dihiasi beragam tattoo. Lalu seolah tersadar. Siegfried tersentak dan sedikit menjauhkan dirinya.

" Sebenarnya siapa dirimu. Kamu tahu, aku tidak pernah merasakan hal ini. Yang kuingat hampir lima tahun aku di kota ini. Bertemu dengan banyak wanita, tapi tidak ada satupun yang dapat mengusik hatiku."

Mata lelaki itu menatap lekat dengan gelisah. Ada sinar kekhawatiran juga rindu terbaca jelas disana. Katharina menatap lelaki itu dengan senyum terukir manis di bibirnya.

" I'm yours, Siegi." Ucap Katharina dengan senyum.

Siegfried menggeleng, tangannya menyentuh kalung yang tergantung di lehernya. Lalu kembali teringat pembicaraannya dengan Carl yang mengatakan bahwa dia kerap kali mengingau dan menyebut nama gadis di depannya.

" Katharina." Gumamnya.

Gadis itu tersenyum menatap lelaki yang kini menatapnya. Binar kebahagiaan terbias di mata biru gadis itu.

" Kau selalu mengucapkan namaku dengan lengkap."

Banyak tanya yang mengendap dipikiran Siegfried. Banyak yang harus dia tahu. Tapi dia sadar, bahwa gadis ini memang berada di sana. Tersembunyi di bagian hatinya. Sedikit dalam, sampai dia tidak mengingatnya tapi akan muncul kepermukaan tanpa mampu dia tolak. Mata lelaki itu terpejam. Kepalanya menengadah tapi tangannya mencari tangan gadis itu dan menggengamnya erat. Dia seolah mencari kekuatan.

" Carl bilang, aku sering kali menyebutkan namamu. Ketika terlelap dalam tidurku. Aku juga menyadari kini, dalam diamku kerap kali aku menggumamkan nama itu. Lalu akan muncul bayangan seorang gadis muda ketika aku memejamkan mata atau ketika aku hampir tergoda oleh pesona seorang wanita. Gadis muda berambut pirang gelap dengan mata beriris biru nan cantik."

Perlahan Siegfried membuka matanya dan menatap Katharina yang kini matanya telah berkaca kaca. Dengan lembut dan penuh perasaan lelaki itu kembali mencium bibir gadis itu. Dia menyadari sepenuhnya gadis yang duduk dihadapannyalah yang kerap muncul dalam bayangannya. Siegfried mencium lagi bibir itu, sedikit lama.

" Ternyata bibir inilah yang kurindukan selama ini, sampai aku tidak tergoda untuk mencium bibir wanita mana pun." Ucap Siegfried lirih. Tangannya lembut memegang dagu gadis yang kini terisak.

" Apa yang terjadi padamu sepuluh tahun ini, sehingga kau tidak mengenaliku?"

Sambil terisak dan mengulirkan air mata di wajahnya Katharina bertanya. Lelaki di depannya menggeleng lemah. Matanya kembali terpejam. Lirih lelaki itu berucap.

" Aku tidak tahu."

SIEGFRIED BALDRIK   ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang