7. Khawatir

5.2K 387 38
                                    

"Halmeoni... Daddy... Aku rindu dengan kalian, apa aku salah karena tidak betah tinggal dengan mommy? Mommy sangat egois, Dad.." Yeri mengelus-elus bingkai foto Taehyung di balik kaca Colombarium, begitu juga dengan kaca dibalik foto Neneknya. Mereka ditaruh bersebelahan. Semakin dipikirkan oleh Yeri, anak itu semakin takut jika orang yang dia sayang perlahan-lahan meninggalkannya satu persatu.

"Dad.. aku takut kehilangan mommy.. hanya mommy yang aku punya saat ini.. tapi mommy saja jarang menoleh ke arahku.. aku capek dad.." katanya sambil mengeluarkan air mata.

"Kenapa kalian harus meninggalkanku secepat ini? Hidup ini sungguh tidak adil..."
Yeri kembali menatap lama wajah Ayah dan Neneknya disana. Saat baru sampai di Jeju, disinilah tujuan pertama Yeri.

"Halmeoni.. kurasa aku memang tidak bisa hidup tanpa kalian.." Yeri sedikit terkekeh, sempat muncul pikiran liar dan jahat itu di dalam otaknya. Namun itu adalah tindakan paling bodoh jika itu terjadi. "Tapi tidak apa.. meskipun mommy begitu, aku tahu dia sangat cinta padaku. Halmeoni tahu, aku selalu terbangun dan melihat mommy yang memelukku setiap malam saat aku tidur.." kata Yeri dengan pilu. Tanpa henti menatap bingkai foto mereka sambil mengelusnya di balik kaca.

"Aku sangat mencintai kalian..." Yeri kembali menyeka air matanya.

Hingga aktivitasnya itu dihentikan oleh seorang penjaga kebersihan dan keamanan di Colombarium itu. "Aggashi.. anda tidak pulang? Apa orang tua anda tidak mencari anda? Ini sudah jam 11 malam dan anda masih disini terus?"

"Geurae.. saya akan pulang.." Yeri menghapus air matanya lagi, sebelum melangkah pergi, dia memanjatkan doa untuk kedua orang yang sangat dia sayangi ini.




•••••




"Sooyoung ah, bukankah sudah kubilang padamu untuk menjaganya dengan baik? Dia pergi kemana Sooyoung ah? Kenapa dia masih belum pulang?" Irene duduk dengan putus asa di sofa, dia gelisah setengah mati saat pulang dan tidak mendapatkan Yeri dirumah.

"Unnie mianhae, aku sudah menghubungi dari tadi, aku juga mencarinya kembali ke sekolahnya. Tapi dia tidak ada. Lagi pula ini sudah malam.." Joy melirik jam dinding yang menunjuk pukul 11 malam.

Irene menggigit bibir bawahnya sambil mengusap wajahnya dengan cemas. Irene mengambil tas tangannya dan menghubungi Suho. Dia ingat bahwa tadi dia mengutus Suho untuk menjemput Yeri.
"Suho.."

"Irene? Wae? Kenapa menghubungiku selarut ini?" Irene merasa bersalah karena mendengar suara serak khas orang bangun tidur itu. Pasti Irene sudah menganggu tidurnya.

"Suho mianhae.. aku cuma ingin bertanya. Apa kau melihat Yeri? Apa kau tadi menjemputnya pulang sekolah?"

"Tidak. Dia menolak ku, dia pergi sendirian entah kemana. Memangnya kenapa?"

"Yeri tidak pulang kerumah, Suho ya.." Suho bisa mendengar dari ujung sana jika Irene telah menangis.

"Tunggulah hingga besok, dia pasti pulang. Lagi pula dia tadi begitu sombong, sudah ya, aku ingin lanjut tidur" Suho langsung mematikan sambungan teleponnya

Memang Suho tidak bisa diharapkan saat ini,  dia tidak mengerti akan perasaan irene.
"Unnie... Kita tunggu hingga besok saja ya? Tidak mungkin kita mencarinya selarut ini?" Joy mengusap punggung Irene yang bergetar.

Tapi Irene tetap tidak bisa, dia terus mengubungi yeri. Namun hasilnya tetap sama, nomor yang dituju sedang tidak aktif.

"Tidak bisa Sooyoung ah, bagaimana jika Yeri kelaparan disana? Apa dia sudah makan? Apa dia baik-baik saja? Aku harus mencarinya sekarang juga"

Malam itu juga Irene nekat mengambil kunci mobil dan berkeliling kota Seoul mencari Yeri, ditemani Joy. Yang benar saja, Irene tidak akan membiarkannya. Dia sudah khawatir setengah mati pada putrinya. Perasaannya tidak karuan, entah apa jadinya dia sampai besok dia tidak menemukan Yeri.

"Unnie biar aku yang menyetir saja" Joy prihatin melihat kondisi kakaknya yang tampak menyedihkan. Bahkan menyetir saja sambil menghapus air matanya.

"Ini salahku Joyi ah.. apa aku terlalu sibuk? Aku sudah tidak memikirkan untuk meluangkan waktu luang untuknya..  sekarang kemana dia selarut ini.. Tuhan.." racaunya tidak jelas.

Mereka terus berkeliling hingga tengah malam pukul 1 pagi. Irene tetap kokoh pendirian ingin terus mencari Yeri meskipun hingga esok sekalipun, meskipun Joy juga sudah begitu lelah.

Sampai akhirnya mereka berhenti di toserba tepi jalan, dan membeli minuman segar. Tiba-tiba Joy mengingat sesuatu, suara Yeri terngiang di kepalanya tentang dia mengatakan betapa dia sangat rindu dengan neneknya, dia sudah mengatakannya dari kemarin-kemarin.
"Unnie..! Aku baru saja ingat!"

"Ingat apa?"

"Apa mungkin Yeri nekat ke Jeju? Ke rumah Eomma?"

"..."

"Dari kemarin dia terus mengatakan padaku jika dia rindu pada Eomma!"

"Geurae? Kemana lagi kita harus mencari dia semalam ini? Ayo kita ke sana" sebelum ke bandara, mereka pulang sebentar untuk memastikan jika saja ada harapan Yeri pulang ke rumah. Ternyata tidak, jadi tanpa ragu lagi Irene langsung cek tiket pesawat pada penerbangan saat subuh, ia langsung bergegas ke bandara dengan Joy.

























TBC!

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang