33. Mommy Marah

4.5K 369 59
                                    

Irene terdiam sambil menatap kentang goreng di teflon dengan tatapan yang datar. Dia mencengkram pegangan spatula dengan tenaga yang kuat.

"Yerimie..." bisiknya sambil terus memikirkan sesuatu.
Sebelum memasak untuk makan malam. Seperti biasa, Irene akan mencuci baju dan memilih pakaian kotor untuk dimasukkan ke mesin cuci. Namun dia tidak menemukan satupun seragam sekolah milik Yeri. Akhirnya Irene memutuskan untuk mencari ke kamarnya.

"Anak ini, kebiasaan banget gak langsung taruh di keranjang" Irene mengambil beberapa baju Yeri yang diletakkan di atas kursi. Dia lanjut mencari segaram sekolah Yeri hingga ke sudut-sudut sampai dapat. Namun, Irene menyadari sesuatu di baju putrinya.

"Apa ini? Darah?"

Hingga saat ini, Irene cemas akan hal itu. Memasak saja tidak fokus. Sampai membuat kentang goreng itu lumayan gosong.
Irene yakin ada sesuatu yang disembunyikan Yeri lagi.

~~~


"Yerim ah.."

"Ya mom?"

"Kamu bisa jujur sama mommy"

"Eung?" Tanyanya kebingungan. Yeri berhenti mengunyah dan menatap ibunya dengan tatapan bertanya. Yeri terkejut saat melihat Irene yang mencondongkan tubuhnya ke depan dan menyingkap kerah baju Yeri ke samping dan menemukan perban kasa yang menutupi luka di pundaknya.

"Ini kenapa?"

"B-bukan apa-apa" yeri termundur duduknya dan menutupi luka tersebut.

"Kenapa? Bukannya ini sudah semakin membaik? Kenapa berdarah lagi?"

"Bukan hal yang penting, mom."
Yeri nampak cuek saja. Meskipun Irene menangkap eskpresi Yeri yang agak takut tadi. Sepertinya anak itu pandai mengendalikan emosinya. Hingga dia terlihat sangat tenang saat ini. Padahal ibunya sudah sangat cemas, terus memikirkan hal buruk yang terjadi.

"Kim Yerim!!"

"Mom...."

"Jujurlah selagi mommy bertanya baik-baik" Yeri pikir, Irene sudah melupakan hal seperti ini. Irene juga sudah tidak pernah bertanya lagi soal luka-luka yang diberikan anak buah Suho. Namun sepertinya, perkiraan dia salah.

"Mom, bisakah kita melupakan hal ini?"

Irene menghela dan membuang nafas frustasi. "Kenapa yerim ah? Bilang saja sama mommy. Hm? Jangan ada yang ditutup-tutupi."
Irene masih berusaha mengatur emosinya. Mereka sudah melupakan makan malam mereka. Kini Irene duduk di samping putrinya, tapi posisi mereka berhadapan. Irene mengelus pipi Yeri sambil membelai rambutnya.

"Kamu tau, mommy sangat khawatir..." Irene sudah menumpahkan air matanya.

"Mom.. uljima..." Yeri mencondongkan tubuhnya dan menarik Irene untuk dia peluk.
"Maafkan aku.."

"Tidak." Irene melepas dan sedikit mendorong tubuh Yeri agar pelukan mereka terlepas. "Sebelum kamu jujur sama mommy."

"Mom.."

"Katakan yang sebenarnya!! Mau sampai kapan kamu terus terluka seperti ini!? Dan mau sampai kapan kamu harus menutupi ini dari mommy?!"
Kata Irene penuh penekanan dan emosi yang sudah tidak bisa dia tahan. Bahkan anak itu sampai berlutut di depan Irene

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang