35. I Can't Believe

4.5K 376 90
                                    

"K.. kamu tau?" Irene membenarkan posisi duduknya, wanita itu serius menatap Chanyeol meminta penjelasan soal apa yang baru saja dikatakannya.

Chanyeol mengangguk sekali, lelaki itu menarik nafas yang panjang sebelum mengatakannya, "Mantan pacarmu lah yang melakukan itu padanya."

"A-apa? Bagaimana bisa?" Irene membesarkan bola matanya tidak percaya.
"Suho?"

"Ye, nama itulah yang aku dengar"

"T-tunggu dulu, kau sungguh mengetahuinya? Atau ini hanyalah hoax?"

"Ini benar, noona. Yerim datang ke rumah sakitku dengan kondisi terluka" Chanyeol meletakkan telapak tangannya di bagian pundak sebelah kiri. Yang artinya jika ini adalah benar. Irene membekap mulutnya tak percaya.

"Harusnya tidak kubilang. Tapi, kau harus tau jika Yerim tidak mengadukannya padamu karena pria itu selalu mengancamnya dengan nyawamu"

Kini Irene membiarkan rasa sesak memasuki dadanya, dia merasa susah bernafas dan pipinya telah banjir air mata.
"Pria itu mempunyai penyakit psikis sehingga Yerim yang selalu dia jadikan sasaran karena tak bisa mendapatkanmu"

Jelas sudah. Irene sekarang sudah mengetahuinya.
"Suho iblis...!" Emosi Irene yang berusaha mengontrol suaranya. Wanita itu membanting mejanya dengan penuh emosi dan membuat Chanyeol meringis melihatnya.

Yang sekarang ada di pikiran Irene adalah hanya Yeri. Yaampun, dia sudah sangat tega pada anak itu, bahkan kemarin mereka juga sempat bertengkar lagi. Irene tidak habis fikir, jika bungkam-nya Yeri selama ini adalah karena ancaman yang diberikan Suho. Terlebih lagi, kenapa harus Yeri? Yeri tidak mengetahui apapun dan malangnya anak itu harus selalu diperlakukan seperti itu oleh Suho. Rasa bersalah yang Irene miliki semakin menguap dan kakinya bahkan tidak sanggup lagi bertumpu pada lantai.

'Maldo andwe.. aku sungguh tak percaya ini..'

"Noona, kau baik-baik saja?"
Chanyeol langsung sigap menangkapnya begitu melihat Irene yang terhuyung saat mencoba berdiri.
Chanyeol masih sempat mengeluarkan dompet dan menaruh beberapa uang won di meja tempat yang dia duduki tadi.

Selanjutnya yang Irene ingat hanya tubuhnya seperti melayang dan sembari bersandar di dada bidangnya, wanita itu juga mendengar detak jantungnya yang memburu. Lelaki itu terus memanggil namanya, namun dia terlalu lemah bahkan untuk berbicara.

~~~

Matahari telah masuk melalui celah jendela kamar Irene sejak beberapa jam yang lalu. Irene perlahan memicing matanya dan menyesuaikan pandangannya. Rasa pusingnya langsung menusuk kepalanya yang terasa akan putus. Terlebih lagi, wanita itu merasa tubuhnya tak lebih sehat daripada biasanya.

Joy langsung membuka kedua matanya saat merasakan pergerakan dari ranjang Irene. "Unnie,"

"Sooyoung ah" Irene melihat muka bantal Joy yang sedang membantunya dalam posisi duduk. Bahkan baju yang dipakai Irene kemarin telah diganti dengan yang lebih nyaman, dan sebuah cardigan warna pink milik Yeri melekat di tubuhnya.

Irene juga menyingkirkan kompresan pada dahinya dan meletakkannya di samping.
"Ada apa ini?" Tanya Irene dengan suara yang lemas. Joy mengambil air putih untuk Irene teguk.

"Sebentar," Joy turun dari bed, dan mengambil termometer di atas nakas yang langsung dia masukkan ke dalam mulut Irene.
"Syukurlah, panasnya sudah turun."

"Kau bergadang?"

"Hm..~"
Kasihan melihat kantung mata Joy yang tebal. Irene masih belum mengingat apa yang terjadi. Wanita itu meneguk air putihnya sambil berpikir.
"Unnie, kau sungguh membuat orang sangat panik." Keluh Joy tiba-tiba.

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang