26. Fear

4.6K 401 102
                                    

Yeri sedang bersiap-siap dengan seragam sekolahnya, dia menenteng ransel dan keluar dari kamarnya. Begitu menghampiri dapur, ia langsung mendapat tatapan datar dari tantenya yang tiba-tiba saja ada di rumah ini.

Joy duduk di samping Irene yang memulai sarapan terlebih dahulu tanpa menunggu Yeri. Suasana canggung banget. "Yerim ah, sini duduk, ngapain berdiri terus.." tegur Joy.

Yeri dengan perlahan mengambil duduk di depan Irene yang wajahnya terlihat kacau banget. Dia teringat dengan kejadian pagi tadi. Apakah mommy-nya tidak tidur dan terus menangis seharian? Dia cemas juga

"Cepat makan, imo akan mengantarmu"

"Hm..? Kenapa bukan mommy?"

"Mommy kamu lagi gak enak badan" yeri melotot dan langsung meletakkan telapak tangannya di atas tangan Irene. Kemudian berpindah di dahi dan turun ke lehernya.
Memang beneran panas. Yeri membuang napasnya cemas. Memang dasar Irene, meskipun sedang sakit tapi tetap mengkhawatirkan dirinya. Buktinya aja dia menyuruh Joy kesini agar mengantarnya ke sekolah.

Eum.. sebenarnya bukan karena itu juga Joy kesini. Dia khawatir dengan unnie-nya yang tengah malam tadi teleponan sambil menangis dan menceritakan Yeri. Jadi ini inisiatif Joy pulang.

"Mommy harus istirahat.."

"Hm.."

"Aku gak mau sekolah"

"E-eh kenapa gitu..?" Tanya Joy

"Sekolah saja, gak usah khawatir" kata Irene dengan lemas. Wanita itu menyudahi sarapannya yang masih ada setengah dan langsung menyiapkan sarapannya Yeri.

Setelah menyudahi sarapan, Yeri menenteng tas punggungnya
"Mommy janji akan baik-baik saja?"
Yeri menunjukkan jari kelingkingnya. Irene cuma membuang napas karena ini terlihat sangat kekanakkan. Akhirnya Irene melakukan pinky swear dengan Yeri.

Seperti biasa, sebelum berpisah di pagi hari, Yeri mengecup kedua pipi mommy-nya.


♡♡♡



Irene stress. Dia beneran kurang tidur beberapa hari ini. Kerjaan yang masih saja menumpuk, apalagi ditambah tingkah Yeri kemarin yang membuat mood-nya beneran hancur. Dasar anak keras kepala.
Kalau semakin dipikirkan, kepalanya terus berdenyut dan pusing. Jika bukan karena permintaan Joy yang meminta dia untuk tetap di rumah, Irene pasti sudah berada di Company-nya sekarang

Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari nakas. Dia baru memintanya beberapa hari lalu karena pertengkaran dengan putrinya. Irene menuangkan pil-pil tersebut di tangannya dan langsung ia minum tanpa menghitung jumlahnya.

Yang Irene inginkan saat ini adalah pikirannya menjadi tenang. Wanita itu melepaskan seluruh pakaiannya dan berendam air dingin di bathub.

"Unnie"

"Eoh?"

"Unnie sedang mandi?" Tanya Joy dari luar pintu kamar mandi.

"Iya"

"Unnie lupa jika sedang sakit?" Tanya Joy berteriak lebih keras

Iya. Irene lupa. Bahkan dia tidak memikirkan hal itu. Jika bukan karena Joy yang mengatakan dia sedang sakit, irene tidak akan tau.

"Unnie palliwa jangan berlama-lama"

"Geurae" balasnya singkat. Irene melirik jam digital yang dia letakkan di sana. Ini sudah hampir pukul 9 pagi. Pantesan saja adiknya sudah pulang mengantar putrinya.

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang