12. Jauh

4.4K 347 30
                                    

Irene menyeret kopernya keluar kamar. Menatap seluruh ruang tamu yang terlihat kosong, Irene menghembus nafasnya lelah. Jika sudah begini, dia tidak enak ingin meninggalkan rumah. Tidak tega meninggalkan Yerim, apalagi kondisi mereka yang sedang dingin ini. Irene melangkahkan kakinya dengan perlahan memasuki kamar adiknya, yang sudah dia yakin pasti Yerim tidur di kamar adiknya.

Irene memutar handle pintu dengan perlahan. Berjalan ke sisi kasur yang dekat dengan putrinya. Hanya ingin berpamitan sebentar, seharusnya tidak masalah, Irene hanya tidak tau jika saja dia sangat merindukan sosok ini, malaikat kecilnya.. apa Yeri akan terus mendiamkannya seperti ini, apalagi putrinya ini mewarisi 70% sifat keras kepala mendiang suaminya.

"baby.." sapanya dengan bisikan, dia membelai pipi Yerim yang lembut layaknya bayi. Mengelus rambutnya dengan pelan, agar tidak membangunkan dia.
"mommy pergi dulu ya.." Irene tersenyum ketika hanya dijawab dengkuran halus putrinya. Meskipun begitu, hanya dengan menatap wajah Yeri dengan lama hatinya berdesir hangat. Dia bisa merasakan ketenangan disana.

"maafkan mommy ya? Mommy sayang sama kamu.." meskipun Irene tahu, pernyataan itu tidak akan dijawab oleh putrinya. Tapi Irene tetap ingin mengatakannya.
Irene mengecup pipi Yeri, ujung bibirnya juga puncak kepalanya.

Terakhir, Irene memutari sisi ranjang dan menuju Joy. "Joyie.. tolong jaga Yerim dengan baik"

"hm" sebenarnya sejak Irene memasuki kamar Joy sudah terbangun, ingin sekalian mengantar unnienya hingga depan pintu.

Mereka berjalan keluar kamar dengan wajah Joy baru bangun tidur itu. Berdiri di depan pintu. "ini uang jajan kalian" Irene menyerahkan beberapa ribu won.

"hehe gumawo unnie~"

Maklum lah, Irene itu bekerja pontang-panting hanya untuk mereka. Membiayai adiknya dan anaknya sendiri, Irene tidak pernah pelit. Toh, uang gaji dari perusahaan hingga dia menjabat sebagai direktur, cukup besar. Lagi pula Irene tidak sembarangan jajan, kebanyakan uang yang dia miliki hanya untuk putrinya dan adiknya.

"jagain Yerim ya, kalau dia bandel-bandel bilang sama unnie"

"Ye!" jawab Joy semangat. Joy melihat punggung Irene yang menghilang dan masuk ke dalam mobil milik Suho untuk mengantarnya ke perusahaan milik Suho, karena bus mereka sedang berkumpul disana.






•••••







"imo..."

"ada apa?" sahut Joy dari dapur yang sedang memasak ramyeon

"mommy mana?"
Yeri menghampiri Joy sambil mengucek kedua matanya karena baru bangun tidur. Dia bingung aja rumah kok jadi sepi gini. Padahal ini kan hari libur.

"mommy sudah pergi jam 5 pagi tadi" Yeri menghembuskan nafasnya. Yeri pikir Irene bakal pergi siang atau malamnya. Ternyata waktu Irene pergi, Yeri menyesal tidak sempat berpamitan dengannya. Yah meskipun anak itu sedang kesal pada mommy-nya, setidaknya dengan melihat wajahnya saja tidak apa-apa.

"imo aku juga ingin" tangan Yeri langsung di depak saat ingin meraih garpu untuk ramyeon yang sudah tersaji di depannya

"tidak boleh, tidak ada ramyeon untukmu"

"imoo~ mumpung mommy sedang tidak ada. Aku selalu saja tidak diijinkan makan ramyeon"

"iya itulah yang imo takutkan. Sebaiknya--" Joy baru saja ingin bilang kalau menyuruh Yeri delivery saja. Tapi nampaknya sudah terlambat, Yeri langsung menyeret piring milik Joy dan menelan ramyeon habis-habisan.

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang