"mwo? Kamu ingin kita putus?" Tanya Suho tidak percaya.
"Maafkan aku tapi ini pilihan terbaik"
"Rene? Kita baik-baik saja dari kemarin.. kenapa kamu ingin kita putus? Secara tiba-tiba seperti ini..? Heooll...!?"
Suho mengacak rambutnya yang di pomade. Dia sudah tidak peduli jika rambutnya itu akan berantakan atau dia akan terlihat seperti orang gila.
"Suho ah, mianhae.."
Suho membanting meja di Cafe tersebut dengan emosi, hingga membuat Irene tersentak dan lebih merasa bersalah.
"Kau gila Rene!! Kenapa!!? Apa ini karena putrimu itu!?" Irene hanya diam dan lebih memilih menatap steak di depan meja yang belum dia sentuh.
"Berarti benar ya? Ini karena Yerim?""Jikalaupun bukan karena dia. Kau tidak pernah serius padaku, Suho. Kita hanya berpacaran dan tidak ada perkembangan sama sekali"
"Rene? Apakah tidak lebih baik aku sudah menerima kamu apa adanya? Kamu itu janda Rene!" Sebenarnya jika bukan berpacaran dengan Suho. Masih banyak cowok berondong yang menunggu Irene untuk dijadikan calon ayah dari anaknya. Mereka tidak masalah, irene saja masih berumur 36 tahun tapi wajahnya tidak kalah dengan anak ABG yang berumur 17 tahun. Malah Irene seperti tidak terlihat jika dia sudah mempunyai anak, apalagi anaknya sudah berumur 15 tahun. Wajahnya masih kinclong dan body-nya masih sangat bohay!
"Kenapa memangnya jika aku janda? Aku tahu Suho, kau berpacaran denganku hanya untuk main-main! Jadi sebaiknya aku meminta putus"
Katanya lebih tegas, tatapannya mematikan."Selama ini kita baik-baik saja Rene! Bahkan dengan kesibukan kita masing-masing? Setelah putrimu tinggal di Seoul semuanya berubah!"
"Suho, sudahlah! Lebih baik kita akhiri ini.." bohong namanya jika Irene tidak sakit hatinya saat meminta putus dengan Suho. Wanita itu bahkan berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah lagi. Tapi bagaimanapun juga, Yeri tidak menyukainya. Dan tentu, Irene lebih menyayangi putrinya lebih dari apapun di dunia ini.
"Rene! Wah.. aku tidak percaya ini!" Suho hanya menatap punggung ringkih Irene yang menghilang di balik pintu. Irene rela kehilangan cintanya dari para lelaki, daripada harus kehilangan cintanya dari putrinya.
"Rene!" Suho sampai mengejarnya dan menggenggam tangannya erat.
"Lepaskan Suho! Kita sudah berakhir!"
"Tidak bisa Rene! Kita tidak bisa putus begini saja hanya karena alasan yang tidak jelas!"
"Suho, please.. lupakan aku. Kupikir ini adalah jalan yang terbaik." Irene berusaha melepaskan tangan Suho yang menempel di pergelangan tangannya.
Setelah itu Suho hanya mampu berdiam diri di tempat menatap punggung Irene yang perlahan menghilang. Tapi dalam hati, dia sungguh masih belum bisa menerima keputusan ini. Dia sangat marah, dan perlahan rasa dendam pun muncul dalam dirinya.
•••••
"Mommy.. kapan siapnya?" Yeri mengayunkan kakinya dengan malas. Dia masih menunggu sang mommy di sisi ranjangnya, melipat kedua tangan di depan dada dan memapautkan bibirnya.
"Tidak usah menunggu mommy sayang, kerjaan mommy masih banyak.. nih.." pasalnya sudah dari tadi, entah kesambet apa, Yeri meminta mommy-nya untuk tidur bareng dengannya di kamarnya. Irene pun sebenarnya bingung ada apa dengan putrinya ini.
"Kerjaan mulu yang diperhatikan" Yeri sudah kesal setengah mampus, Irene sedari tadi tidak berpaling sedikitpun dari kertas-kertas putih bertinta hitam yang Yeri tidak tau apa isinya.
Irene yang mendengar omongan putrinya ini langsung berjalan menghampirinya , tanpa melepas kacamata bulat yang masih bertengger disana. Bahaya jika Yeri beneran ngambek.
"Ada apa sih ini anaknya mommy?"
Ujarnya sambil menjiwil hidung gemas putrinya."Pengen bobo ya?"
"..." Yeri malas menjawab, tubuhnya dia rebahkan di ranjang sang mommy sambil menutup kedua mata.
"Kenapa sih nak? Ngantuk banget ya? Maafin mommy ya? Yaudah Yeri bobo ya?" Irene merangkak ke samping yeri dan mendekatkan dirinya pada Yeri.
Yeri pun memeluk Irene dari samping dan menenggelamkan wajahnya di dadanya Irene."Ututututt.. kamu udah gede loh baby, masih mau mommy kelonin?"
"Mommy saja masih sering memanggilku baby!"
"Hahaha, yasudah sini.. mommy kelonin" Irene memeluk putrinya seperti saat Yeri masih begitu baby dan tubuhnya masih tidak sebongsor ini. Irene hanya tidak menyangka jika waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin Irene melahirkan Yeri dan anak itu menangis sangat keras, Yerim-nya yang begitu manja, hingga sedetikpun tidak mau lepas dengan dirinya. Rasanya juga baru kemarin Yeri terus merengek meminta ASI, hingga anak itu terpaksa stop ASI saat Irene sudah bekerja di Seoul. Dan membuat mereka begitu menjauh, Irene sudah melewati hari-hari sakit hatinya saat Yeri seperti tidak mengenalnya. Itulah yang membuat Irene saat-saat itu jarang pulang kampung. Hubungan keduanya menjauh, dan Irene sangat bersyukur jika waktu kembali menyembuhkannya.
Irene pun menepuk-nepuk pantat Yeri dan mengusap punggungnya yang hangat.
"Yerim sayang gak sama mommy?"
Tanya Irene jahil.Yeri hanya mengangguk di dada Irene.
"Cium mommy-nya dong," sebenarnya Irene hanya menggoda Yeri. Tapi Yeri beneran mencium kedua pipi Irene membuat Irene geli sendiri. Anak itu kembali bobo dan bersandar di dada Irene."Yerim ah, nurut yah nak sama mommy, jangan bandel-bandel. Kamu tau mommy sayang sekali sama kamu.." bagi Yeri itu seperti lagu tidur buatnya. Mendengar Irene mengungkapkan isi hatinya. Irene terus mengusap wajah Yeri hingga anak itu pun tertidur dengan nyaman.
Irene mengecup dahi yeri sebelum dia juga ikut menyusul putrinya ke alam mimpi.
•••••
Sementara itu diseberang sana, seseorang sedang mengisap cerutunya kuat. Tatapan matanya berubah jadi sangat tajam, dia menatap orang yang duduk di depannya dengan serius.
"Aku akan membayarmu mahal" katanya dengan ketus."Siap bos. Apa yang bisa saya lakukan?"
Matanya menyipit tajam, penuh dengan dendam disana. "Cari tahu semua informasi tentang Kim Yerim! Putri dari Kim Irene! Cari hingga ke inti-intinya! Mengerti!?"
"Baik bos"
"Saya tidak ingin ini tertinggal dengan sedikitpun. Kau mengerti?"
"Mengerti bos"
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]
Hayran KurguMenjadi seorang single parent adalah hal yang tidak mudah. Tapi, itulah yang dirasakan oleh Irene. Meskipun putrinya cuma satu dan akan menginjak usia remaja, semua tingkahnya suka buat Irene mengelus dada. "Dia yang manja dan nakal Putriku yang mas...