18. Kesal, tapi..

4.3K 346 52
                                    

Irene perlahan membuka pintu kamar putrinya dan tersenyum saat mendapatkan Yeri yang sedang fokus dengan PR nya dan komputer yang menyala. Irene berniat mendekati Yeri dan melihat jika di atas meja itu banyak kertas-kertas berserakan.

"Ini susu coklat mu" Irene meletakkannya di samping. Kemudian tangan Irene mengelus rambut putrinya. Yeri hanya membiarkannya. Irene membuang nafas lelahnya. Yeri masih sama seperti kemarin. Dia berkali-kali lipat lebih cuek pada Irene sejak penolakan itu. Tentu saja Irene sendiri tidak bisa bertahan lama dengan sikap Yeri yang seperti ini.

"Sayang"

"Hmm..?"

"Kamu ingin sekali pergi ke perkemahan itu?" Tanya Irene dengan pelan. Namun itu mampu membuat Yeri menghentikan aktivitasnya dan melebarkan bola mata, ia senang saat ditanya seperti ini. Apakah mommy-nya sudah mengubah keputusannya itu?

Yeri berbalik tubuhnya dan mendongak kepalanya untuk menatap wajah Irene. Irene bahkan tidak bisa menepis rasa bahagia yang terlihat pada wajah Yeri hanya dengan melontarkan pertanyaan seperti itu.
"Iya mommy! Aku ingin sekali... Tapi kalau mommy mengizinkan saja. Kalau tidak yasudah" Yeri masih ingat jika dia sudah berjanji akan menjadi anak yang penurut. Jadi tetap saja semua ada di tangan Irene.

"Kenapa kamu ingin sekali pergi kesana sih, nak?" Tanya Irene lembut sambil sesekali mengelus surai putrinya.

"Apa aku tidak boleh pergi bersama mereka?" Yeri kembali bertanya, tapi dia melihat raut wajah sedih terpatri disana. "Aku hanya ingin merasakan bagaimana perkemahan itu"
Mendengar itu. Irene menjadi sedih jika keinginan putrinya tidak tercapai.

"Baby.." suara lembut kembali menyapa sambil terus membelai pipi Yeri dengan ibu jarinya.
"Mommy takut kamu bakal kenapa-napa disana. Jangan ya? Kamu dirumah aja sama mommy sama imo.." senyum menenangkan.

Yeri hanya diam dan terpaksa mengangguk juga. Tubuhnya berbalik dan kembali melanjutkan mengerjakan PR nya sambil menopang dagu dengan ekspresi yang lelah.

"Jangan bergadang ngerjain PRnya. Ini sudah jam 9 malam. Jangan lupa diminum susunya ya baby"

"..."

Sebelum keluar dari kamar yeri, Irene memberi ciuman pada puncak kepalanya

"Buat apa aku berharap banyak jika pada akhirnya tidak diizinkan juga!" Menutup buku-bukunya dengan sebal dan merebahkan dirinya langsung di ranjang. Tanpa Yeri sadar jika Irene masih berdiri di depan pintu kamar Yeri dan bisa mendengar keluh kesah Yeri tadi.




•~•


"Yerim kamu tidak sarapan nak?" Jelas saja mereka bingung. Yeri baru keluar dari kamar dan langsung mengambil posisi duduk didepan tv sambil menonton saluran yang menyiarkan kartun di pagi hari.

"Aku tidak lapar" jawabnya singkat tanpa menoleh ke arah mereka.

"Tapi kamu harus sarapan Yerim." Sambung Joy.

"Iya sayang kemari. Jangan disitu terus"

Yeri menggelengkan kepalanya. Dia lagi malas ya dekat-dekatan dengan mommy-nya. Masih kebawa perasaan kemarin malam. Jika memang mommy-nya tidak mengizinkan nya lagi, buat apa dia bertanya.
Yeri sungguh menyayangkan jika dia tidak menghadiri perkemahan itu. Bukankah lebih baik, daripada hanya dirumah menatap hal-hal yang sama dan itu terasa membosankan!

Melihat Yeri yang hanya diam dan tidak menghiraukan mereka. Irene terpaksa mengambil spaghetti sederhana yang dia masak untuk sarapan ini menghampiri putrinya.
"Nih, kamu harus sarapan" Irene hendak menyuapinya namun Yeri malah memalingkan wajah

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang