Irene tiba di Jeju sekitar pukul 5 pagi, langit masih gelap ditambah awan yang sedikit mendung, mungkin Tuhan tahu bagaimana suasana hati Irene hari ini. Dia cemas setengah mati, dan menaruh harapan jika Yeri benar-benar ada di tempat tinggalnya waktu ia kecil hingga remaja dulu, yaitu di rumah Eomma-nya.
"Unnie.. sudahlah berhenti menangis. Aku yakin Yeri ada di rumah kita" Joy mengelus pundak Irene dan memeluknya dari samping. Mereka tidak sempat berkemas, Irene tidak membawa apapun, kecuali ponsel dan dompetnya.
Irene melihat jendela kaca mobil taxi yang dia naiki ini, hujan sudah turun, dan semakin deras.
"Ahjussi kumohon cepat"•••••
Irene sudah melihatnya dari ujung, siluet gadis memakai sweater berwarna putih, celana tidur yang panjang dan sandal rumahan. Mereka segera memberhentikan taksi tersebut di pinggir jalan. Irene berjalan dengan terburu-buru setelah membayar ongkos taxi. Joy pun mengekori langkah unnienya dari belakang.
Jika melihat semakin dekat, gadis tersebut semakin mirip dengan putrinya. Lagi pula siapa yang jam 5 pagi seperti ini berdiri di depan pintu rumah orang sambil memandang bunga-bunga dan kolam ikan, sedang mendengarkan musik melalui MP3 dan melamun.
"KIM YERIM!!!" benar, itu adalah Yeri, putrinya. Irene melepas earphone tersebut dengan paksa dari telinga Yeri hingga terasa sakit, membalikkan tubuhnya agar menghadapnya dan menamparnya.
Joy yang melihat dari kejauhan hanya meringis tidak berani ikut campur.
"Keterlaluan kamu!!" Bentak Irene sambil menahan air matanya agar tidak turun.
Sementara Yeri yang baru saja ditampar itu hanya diam melihat rumput di bawah, tidak berani melihat wajah ibunya."Mommy mencarimu seharian ini, tahu gak!? Kenapa tidak kasih kabar?!"
"..."
"Kim Yerim jawab mommy!!"
Tidak ada jawaban apapun, anak itu hanya mulai menangis saja. Beruntung sedang hujan, jadi dia bisa menutupi air matanya dengan hujan.
"Bagaimana jika kamu kenapa-kenapa! Mommy sangat khawatir!"
"..."
"Kenapa kamu berbuat seenaknya seperti ini?! Hidup saja sendirian jika terus seperti ini! Mommy tidak akan perduli lagi!"
Yeri baru berani dengan perlahan mengangkat wajahnya menatap mommy-nya. Pipinya memerah dan dia berusaha untuk tidak terisak karena sedari tadi dia menahan tangisannya.
"Urus saja dirimu sendiri sekarang!!"
Irene berlalu melewati Irene menaiki undakan tangga di depan pintu rumah dan membanting pintu rumah mereka ketika masuk.Joy menghampiri keponakannya dengan payung di tangannya yang melindungi Yeri dari hujan yang bertambah deras. "Yerim ah, biarkan saja mommy hm? Orang sedang marah bisa berkata hal yang tidak-tidak.."
Joy memayungi Yeri, merangkulnya hingga masuk ke rumah dengan keadaan basah kuyup. Tidak jauh beda dengan Irene tadi."Kenapa kamu harus hujan-hujanan begini sih? Hm? Apa kamu sudah tidak peduli pada dirimu sendiri lagi?" Joy juga mengerti, jika posisi Joy adalah ibunya Yeri. Dia pasti juga akan marah sekaligus khawatir.
"I-imoo.... Hiks...." Tangis yang sudah Yeri tahan sedari tadi tumpah ruah. Baju Joy yang tadinya kering jadi ikutan basah juga. Dia memeluk Yeri dan membisikkan kata-kata menenangkan.
•••••
Irene tidak bisa memejamkan matanya, kepalanya terasa berat karena kebanyakan berpikir. Dia terus menyesali perbuatannya tadi. Irene duduk di sisi kasur miliknya, mengangkat telapak tangannya dan melihatnya lama.
"Ya tuhan, apa yang sudah kulakukan pada anakku sendiri?" Irene menangisi perbuatannya, dimana tadi dia menampar Yeri, dan yang paling Irene sesali adalah anak itu hanya diam menatap ibunya, membiarkan dirinya memarahinya sepuasnya.
"Kim Yerim.. maafkan mommy nak.." isaknya. Matahari sudah terbit, jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan Irene belum tidur sama sekali dari kemarin malam.
Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Irene berjalan menuruni tangga bambu itu dan berbelok ke kanan di kamar Joy. Dia yakin pasti Yeri disini. Ruangan itu terdengar tenang dan damai, Irene mengintipnya, membuka celah pintu dan berjalan mendekati mereka berdua
Irene tersenyum mendapatkan wajah tenang dan damai Yeri, dia hanya terlihat seperti malaikat kecil yang tidak bersalah. Irene menarik selimutnya hingga ke batas leher Yeri.
"Maafkan mommy.." bisiknya dengan pelan saat melihat bekas luka di sudut bibirnya, yang baru saja diberi obat oleh Joy. Ini adalah salahnya, Irene terus merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia harus terbawa emosi hingga menyakiti kesayangannya seperti ini.
"Tidur yang nyenyak ya sayang.." Irene mencium dahinya, menutup lampu kamar dan menurunkan gorden, agar matahari tidak masuk ke ventilasi dan membuat kedua orang ini terbangun.
•••••
"Yerim.."
Yeri melewati mommy-nya di dapur, mengambil segelas air kemudian meneguknya.
"Yerim makan dulu sayang," ujar Irene. Dirinya dan Joy sudah siap di meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah sangat telat ini.
"Yerim ah, ayo makan. Katanya tadi laper"
Ejek Joy, sebenarnya dia sudah tidak tahan untuk menyantap makanan di depan mata yang sangat berselera ini."Aku sudah kenyang" jawab Yeri ketus. Dia melewati mereka berdua.
"Aku akan mengurus diriku sendiri" Yeri tidak meminta izin, dia langsung mengambil jaket tebalnya dan berjalan keluar rumah. Sebenarnya Irene ingin berbicara banyak soal kemarin, tapi seperti menatap wajah ibunya saja dia enggan. Irene pun hanya pasrah.Setelah terdengar pintu tertutup, Irene bersandar lemas di sandaran kursi itu.
"Unnie palli makan, nanti sayurnya jadi dingin""Unnie juga tidak akan makan" bagaimana dia bisa makan jika anaknya sendiri tidak makan? Dia terus memikirkan Yeri seperti kepalanya akan pecah
Joy melihat Irene perlahan menaiki tangga dan meninggalkan ruang makan. Setelah melihat unnienya beneran sudah masuk kamar. Joy langsung mengambil sepotong paha dan menyantapnya.
"Mantap nih, sarapannya buat aku semua hahaha"
•
TBC!
Gimana nih ceritanya sejauh ini ?
Kelanjutannya pengen gimana nih ?
( ̄∇ ̄)
Sebenarnya gue udah nge-draft tapi tetap pengen denger pendapat kalian
/(=∵=)\
Jangan malu untuk berkomentar ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]
FanficMenjadi seorang single parent adalah hal yang tidak mudah. Tapi, itulah yang dirasakan oleh Irene. Meskipun putrinya cuma satu dan akan menginjak usia remaja, semua tingkahnya suka buat Irene mengelus dada. "Dia yang manja dan nakal Putriku yang mas...