22. Please Don't Change

5K 375 39
                                    

Semenjak saat itu sifat Irene berubah ke Yeri. Meskipun dia selalu rutin mengobati lukanya Yeri. Tapi tetap saja anak itu sungguh merasa kehilangan ibunya. Tidak ada belaian kasih sayang. Tidak ada panggilan sayang untuknya. Tidak ada pelukan hangat dan ciuman selamat tidur. Semua sirna. Yeri sungguh merindukan hal seperti itu.
Memikirkannya saja sudah membuat Yeri sangat menyesal. Yeri jadi terbiasa dengan itu semua. Ibunya itu selalu memberi cintanya kepadanya.

Tidak dengan keadaan saat ini. Sudah 2 hari sejak saat itu. Yeri sungguh ingin menangis saja jika didiamkan seperti ini terus menerus.
"Bagaimana bisa kamu tidak mengatakan apapun pada mommy kamu. jelas saja dia marah" kata Joy sambil mengambil Chiki dan melahapnya.

"Justru aku tidak ingin membuat mommy khawatir"

"Caramu sudah salah Kim Yerim, keponakan ku sayang."

"Lalu aku harus bagaimana, imo...? Mommy sudah berubah dan tidak seperti biasanya lagi! Aku tidak suka dengan keadaan ini."

"Mommy tidak berubah. Aku tahu benar bagaimana sifat mommy kamu. Dia hanya sedang kesal denganmu."

"Imoo aku sungguh pusing memikirkan ini.." yeri dengan ekspresi cemberutnya sambil memeluk Joy dari samping. Mereka hanya sedang duduk menonton drama sambil menikmati beberapa Chiki dan minuman soda.

"Boya.. tenang saja mommy tetap sayang sama kamu. Kamu itu anak satu-satunya tahu"

"Tapi mommy sungguh tega mendiamkanku selama ini~"

"Jangan terlalu dipikirkan. Apa lukamu masih sakit?"

Yeri menggelengkan kepalanya pelan. "Jauh lebih baik. Mommy selalu mengobati lukanya bahkan ketika aku sedang tidur. Aku tahu itu"

"Lihatlah.. dia sangat menyayangimu. Aku jadi iri"

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Dan nampak lah Irene yang berjalan masuk dengan muka kusutnya

"Mommy..." Sapa Yeri seperti biasa.

"Eoh unnie baru sampai?"

"Hmm.." menutup pintu dan melepas high heels miliknya.

"Mommy kenapa jam segini baru pulang? Aku menunggu mommy"

"Kamu sudah makan?" Irene menatap Yeri yang berjalan menghampirinya.

"Sudah bareng Imo"

"Baguslah. Sana pergi istirahat"
Berjalan melewati Yeri dan menatap adiknya. "Kamu juga Joy" Joy hanya mengangguk.

"Mommy~" bisik Yeri dengan suara pelan. Setelah mendengar suara pintu kamar yang tertutup. Yeri menghampiri Joy kembali. "Imo lihatlah aku tidak bohong kan."

"Sudah~ tidak apa-apa. Dia hanya sangat sensitif." Membawa Yeri ke pelukannya. Hampir saja keponakannya itu menangis. Joy hanya mampu menenangkannya.






•~•







"Mommy..." Berdiri didepan pintu kamar mommy-nya yang terbuka. Tampaklah Irene sedang membereskan sesuatu di atas meja. Nampak sangat serius dengan kacamatanya yang bertengger disana.

"Ada apa?" Irene sudah tahu jika Yeri ingin tidur dengannya dengan lagi. Namun Irene sedang tidak bisa atau lebih tepatnya sedang tidak ingin.

Yeri berjalan semakin mendekat. "Mommy yuk bobo"

"Mommy gak bisa. Tidur saja duluan"

"Ah.. wae?" Yeri mempautkan bibirnya. Usahanya gagal lagi.

"Tidur saja duluan. Masih banyak pekerjaan"

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang