20. Something I Don't Know

4.7K 356 27
                                    

Selesai mandi, Yeri memilih golek-golek di sofa. Tidak bisa dipungkiri bahwa tubuhnya terasa sangat lelah dan capek. Entah kenapa suhu ruangan kantor ibunya terasa lebih dingin. Untung saja dia memakai sweater berwarna hitam polos yang dia dapatkan dari mommy-nya.

"Baby" Yeri membuka kedua matanya begitu mendapat panggilan seperti itu. Hampir saja dia sudah memasuki alam mimpi. Dilihat ibunya berjalan menghampiri dia dan duduk di sisi sofa sambil membelai rambutnya dan memberi ciuman singkat di bibirnya karena wajah menggemaskan menahan kantuk dari putrinya itu.

"Ngantuk yah? Gimana kalau mommy anterin pulang dulu?"
Anak itu hanya menggeleng lemas.
"Mommy masih lama sayang"

"Aku bisa tunggu" katanya lagi, suara Yeri hampir seperti berbisik. Bocah itu sudah hampir ditarik oleh alam tidur

"Yaudah kalau mau Yerim seperti itu. Mommy lanjut kerja yah?" Seperti biasa, Irene memberi ciuman kasih sayangnya sebelum meninggalkan ruangan kantornya. Rapat kecil-kecilan mengharuskan dia membatalkan pertemuan di cafetaria. Dia tidak mungkin meninggalkan putrinya di perusahaan Segede ini sendirian apalagi seluruh karyawan nampak sudah pulang ke rumah masing-masing karena jam kerja yang sudah habis.

Irene hanya turun beberapa lantai untuk menemui client-nya. Hanya membahas beberapa hal perancangan kecil seharusnya tidak masalah. Lagi pula ini tidak akan lama. Irene tidak ingin pikirannya terus terbagi antara pekerjaan dengan putrinya.





•~•







Irene berjalan dengan cepat dengan ketukan high heels miliknya, pikirnya dia akan pulang dengan cepat. Ini sudah pukul 20.00 KST dan dia meninggalkan putrinya sendirian di dalam kantornya.

"Eoh, Sajangnim! Apa ada yang ketinggalan?"

Sapa satpam dengan wajah yang sudah berbeda dari tadi sore karena pergantian shift ini.
"Putriku masih didalam" Irene berjalan melewatinya. Ternyata ada juga beberapa pegawai yang masih belum pulang karena kerjaan mereka juga menumpuk alias mereka lembur. Syukurlah, Irene berpikir jika hanya tinggal Yeri sendirian di perusahaan yang luas ini.

Membuka pintu kantor dan bernafas lega saat mendapatkan putrinya masih tertidur seperti tadi. Melepaskan blazer hitam miliknya dan dia senderkan di kepala sofa sembari menghampiri putrinya dan duduk di sisi sofa.
"Baby, bangun yuk kita pulang" menggoyangkan lengannya.

Irene menyatukan dahinya saat melihat wajah yeri dengan seksama dengan keringat yang banyak berkumpul di dahi dan lehernya.

Irene menyatukan dahinya saat melihat wajah yeri dengan seksama dengan keringat yang banyak berkumpul di dahi dan lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene menyekanya dengan telapak tangan. Sepertinya AC di ruangan ini terus hidup. Apa Yeri kepanasan? Kenapa dia berkeringat begitu.

"Baby.." membuka kedua matanya dengan perlahan.

"Mom" jawabnya lemas dengan suara serak

"Apa kamu baik-baik saja sayang?"

"Eung.....?" Yeri perlahan bangkit dari posisi tidurnya dan duduk bersebelahan dengan Irene di sofa.

"Perasaan mommy hanya tidak enak. Apa kamu baik-baik saja?"

"T-tentu saja m-mom.. aku hanya lelah"

"Baiklah, kita pulang yah? Tidur di rumah lebih enak, bukan'?"

Yeri menganggukkan kepalanya. Mereka saling melempar senyum. Irene mengambil tas tangannya dan memakai kembali blazer-nya bersiap untuk pulang.

"Yuk"
Ajak Irene. Wanita itu memutar bola matanya malas kala Yeri masih terduduk di sofa sambil memejamkan kedua matanya ingin melanjutkan tidurnya dengan posisi duduk. Dasar bocah.

"Yerim ah, ayo.. kita lanjutkan tidur di rumah"

"..."

"Ya ampun anak ini......" Ucap Irene agak kesal. Karena selanjutnya dia harus rela sakit pinggang karena menggendong Yeri di punggungnya. Berjalan dengan perlahan sambil menggendong bayi besarnya.
Merasakan hembusan nafas hangat menyapu di lehernya. Anak itu semakin mengeratkan pelukannya menemukan kenyamanan disana. Sesekali Irene harus menyesuaikan gendongannya yang mengendur.

"Mommy..." Panggil Yeri tiba-tiba saat sudah memasuki lift dan disitu hanya ada mereka berdua.

"Hm?"

"Mianhae..."

"Kenapa meminta maaf sayang?"

Yeri malah tidak lanjutkan jawab, tapi dia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil ibunya. Dia sedang merasa bersalah pada ibunya.




•~•




Sesampainya di rumah, Irene melepas seatbelt-nya. "Sayang, bangun yuk.. kita lanjut tidur di kamar yah?" Yeri membuka matanya dengan perlahan dan merenggangkan tubuhnya yang kaku. Dengan malas-malas Yeri turun dari mobilnya.

"Sebentar sayang" Irene takut aja kan Yeri jalannya merem. Dia takut jika kepalanya kejedot tiang yang sedang ada di depannya.

Irene merangkul Yeri dan menarik ke dekatnya. "Mau tidur sama mommy" katanya dengan suara serak.

"Iya tidur sama mommy ya" Irene membawa Yeri ke kamarnya. tanpa ba bi bu, Yeri langsung nyelonos ke bed sang mommy.
Tanpa mengganti pakaiannya dan celananya untuk lebih nyaman.
Memeluk guling dan menyamankan dirinya di bed.

"Ya ampun sayang ganti dulu dong bajunya.." Yeri tidak menggubris sebab dirinya sudah masuk dalam alam mimpi lagi. Tubuhnya sangat sakit dan lelah setelah pulang dari perkemahan itu.

Irene hanya geleng-geleng melihat putrinya ini. Irene melepas blazer hitam miliknya, kemeja putihnya, rok hitam di atas lutut miliknya. Hingga tidak tersisa satu benang pun disana. Dia berniat mandi untuk menghilangkan lengket pada kulit tubuhnya.

Tidak memakan waktu lama, Irene sudah menyelesaikan tugasnya dan berganti pada pakaian tidurnya yang nyaman. Melihat putrinya yang masih pulas tertidur membuatnya tersenyum. Wajah polos dan damai milik putrinya ketika tidur masih selalu bisa menghangatkan hatinya.

Irene berjalan keluar kamar dan mencari pakaian tidur milik Yeri di dalam kamarnya. Dia berniat menggantikan untuk Yeri. Setelah mendapatkannya Irene kembali lagi ke kamarnya.

Meloloskan sweater hitam Yeri. Irene membulatkan bola matanya tidak percaya. Itu akan membuat hati Irene mencelos. Dia mendapatkan pinggang Yeri dengan luka gores yang memanjang dan membengkak.
Memakaikan baju Yeri dengan motif beruang kecil yang menyebar. Wanita itu akan mengobatinya setelah ini.

Dia lanjut akan mengganti celananya. Namun betapa terkejutnya dia. Beberapa luka juga terlihat di sekitar paha kirinya. Ini membuat Irene khawatir setengah mati. Apa sih yang dia lakukan di perkemahan itu.

Yeri mempunyai banyak luka gores dan ada beberapa yang sudah kering. Kulitnya juga terlihat robek di bagian betis.

"Astaga anak ini.." bayangkan betapa cemasnya Irene saat ini. Ingin dia bertanya kenapa, tapi dia tidak tega untuk membangunkan Yeri. Jadi ini kenapa alasan Yeri meminta maaf saat ingin pulang tadi.

"Kenapa tidak bilang dari awal.." Irene jadi kesal sendiri. Dia berjalan mengambil kotak P3K. Dan langsung mengaplikasikan pada luka-luka Yeri di kakinya. Kemudian yang paling parah di pinggangnya. Dengan perban yang panjang disana, Irene menyudahinya.
Dia kecewa. Sungguh kecewa dengan Yeri. Dia tidak bisa melihat putrinya seperti ini, melihat Yeri yang tadi menggeliat kecil saat Irene mengobati lukanya membuat hati Irene ikut teriris. Pasti luka tersebut sangat sakit. Tapi anak itu hanya diam sedari tadi.

"Astaga Yerim ah.. eotteoke"



































































TBC!
Siap-siap merasakan terpaan badai amarah mommy Irene😝

STILL MY BABY - [ 𝑌𝑒𝑅𝑒𝑛𝑒 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang