Ch. 3 - Aurum Proximal

1.1K 115 13
                                    

Halo Pembaca! Silahkan vote dan komentar apapun, terimakasih!

Selamat membaca...
_______________________________________

"Kalian para Demihuman bau dan jelek! Dengarkan aku! Tubuh kalian sudah kuberikan kutukan kematian! Kalian akan mati jika masih mencoba menyerang kami! Sekarang, kembalilah ke tanah kalian dengan damai!"

Apakah aku sudah terdengar keren? Sepertinya tidak. Aku memang kurang pandai dalam berpidato. Apalagi, mereka kaum Demihuman. Apakah mereka mengerti bahasaku?

Setelah teriakanku dari langit barusan, kulihat ada beberapa Demihuman yang berusaha keras melawan efek dari Devil's Glare. Lumayan juga mentalnya.

Mereka mengangkat senjata di tangannya. Ada yang berupa kapak, palu, tongkat berduri, pedang, dan tombak batu.

Lalu mereka mencoba menyerang Fiana, Syla, Garen, dan Lukas. Tentu saja dengan tubuh gemetar. Apa yang berikutnya terjadi pada mereka?

Ya, mereka semua yang mencoba untuk tetap menyerang walau sudah kuperingatkan, tiba-tiba lemas dan jatuh ke tanah. Kornea mata mereka terputar ke atas, membuat hanya bagian putihnya saja yang terlihat.

Tidak ada pergerakan, tidak ada nafas, tidak ada apapun pada tubuh mereka. Hanya segumpal bangkai.

"U-uuhh..."
"Ampun... Ampuni kami..."
"Dewa... Maafkan kami Dewa..."
"De-Dewa Kematian telah menjelma..."
"Ampuni kami, Dewa Kematian..."
"Kami akan kembali ke tanah kami... Ampuni kami, Dewa..."

Eh? Mereka memanggilku... Dewa Kematian? Haha... Bercandaan macam apa itu?

Mereka lantas bertekuk lutut kepadaku, menundukkan kepala mereka. Mereka terlihat melakukannya atas keinginan sendiri. Bukan karena efek dari Devil's Glare. Eh? Aku bingung...

Ah, paling hanya kesalahpahaman saja. Biarlah. Aku malas berpikir terlalu jauh. Kumanfaatkan saja kepatuhan mereka saat ini.

"Sekali lagi kukatakan, kembali ke tanah kalian dengan damai !!!"

""""""BAIK, DEWA !!!""""""

Mereka menjawabku dengan serentak, seolah-olah mereka semua sudah satu pemahaman. Baguslah. Berarti masalah selesai. Dan aku bisa cepat-cepat ke Guild untuk mengajukan kenaikan tingkat kami menjadi Petualang Plat Gold. Dengan bantuan Erazor, tentunya. Hehe...

Melihat mereka serentak berbalik arah dan berjalan menuju tempat asap mereka, aku turun ke daratan, dimana Ruby dan lainnya berada.

Sesampainya di daratan, aku malah disambut dengan wajah heran dari semua orang. Kenapa? Apa yang membuat mereka begitu heran melihatku? Apakah karena skill baruku yang luar biasa dahsyat tadi?

"Ar, sejak kapan kamu bisa bahasa iblis?" Tanya Syla dengan wajah sangat heran bercampur terkejut.

"He?"

"Jangan bilang... Arka nggak sadar kalau tadi berbicara dalam bahasa iblis?" Ren juga terlihat terkejut bercampur bingung.

Aku? Berbicara dalam bahasa iblis? Memang, aku mendengarkan omongan-omongan para Demihuman ketika mereka sedang bertarung dan aku memahaminya. Apakah secara tidak sengaja blessing Multiverse Language jadi teraktivasi dan aku otomatis berbicara dengan bahasa mereka, bahasa iblis?

Setahuku, memang para Demihuman memiliki bahasa yang berbeda di setiap ras. Tapi mereka memiliki sebuah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh seluruh ras Demihuman. Yaitu bahasa iblis.

Namun, untukku berbicara dengan mereka menggunakan bahasa iblis... Wah, Multiverse Language kalau kelepasan seperti ini takutnya bisa membahayakan bagi aku dan orang-orang di sekitarku.

Isekai Medic and Magic 2 : DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang