Ch. 8 - Substansia Nigra

761 108 48
                                    

Hoi Pembaca!

Udah cape-cape gua ketikin cerita, masa kaga mau vote atau komen sih lu pada!? Itu noooh tombolnya di bawah noohh...

Ya udah, selamat membaca. Huft.
_______________________________________

"Muaahh!"

"Makasih, Syl..." Kataku sambil tersenyum kepada Syla yang tiba-tiba mencium pipiku.

"Eh? Tumben Arka bilang 'makasih'?" Syla yang melihat responku, malah bingung.

"Hehe..."

"Heeeeiii kalian berdua, bisa-bisanya bermesraan di saat seperti ini!?" Ren yang melihat kami, protes.

"Ren, santuy... Ini kan Ruby lagi terbang ke sana..." Kataku mencoba menenangkan Ren yang tampak gelisah dan khawatir.

"Yang buat aku cemas itu, bukan korban pembantaian di sana, tapi kalian! Kenapa kalian bisa-bisanya seperti itu di saat sedang terjadi peristiwa yang tidak menyenangkan? Apa perasaan kalian sudah kebas sampai bisa menganggap pembunuhan di dekat kalian sebagai angin lalu!? Kalia-!"

"Cupps." Kukecup bibir Ren yang terus-menerus mengomel.

Sepertinya efektif. Ren jadi berhenti mengomel.

"Uuu... A-Arkaa..." Ucap Ren dengan pipi merona merah.

"Ren, nggak usah marah-marah terus. Nanti cantiknya ilang loh..."

Aku tak pernah menyangka, bahwa aku akan menggunakan kalimat menjijikkan yang pernah kudengar dari sinetron itu. Di kehidupan nyata. Kepada seorang gadis. Seseorang, tolong potong lidahkuuu!

"C-cantik..." Ren berbicara dengan suara kecil, semakin menunduk malu.

Wah? Itu tadi... Super effective!? Ren!? Ren yang terlihat berkepribadian dewasa pun bisa tersipu malu dengan kata-kata seperti itu!? Apakah kiamat sudah dekat!?!?

Apakah, makhluk yang bernama 'wanita' memang se-simple itu? Jika dipuji maka hatinya akan langsung merasa bahagia sampai seperti itu?

Tidak mungkin. Mustahil. Wanita adalah makhluk yang paling sulit dimengerti. Aku pasti salah menganalisa. Ini pasti trik Ren untuk menjerat hatiku. Gadis rubah itu...

"Groaaarrr!"
'Itu di sana!'

Ruby memotong lamunanku. Sepertinya kami sudah sampai di lokasi terjadinya pembunuhan.

"Darkness Sense......... Syl, seperti biasa."

"Ren, panahku dong..."

"Ini." Ren memberikan Helvaran bow dan 'quiver' (kantong anak panah) berisi puluhan anak panah milik Syla yang disimpan di Trans-Dimensional Storage (penyimpanan antar dimensi).

"Itu, Syl. Selametin anak itu. Ruby, tembakin mereka pake api kecil ya. Jangan sampe kena orang-orang di sana. Oh, iya. Kalian jangan turun, ya..."

"Graarrr!"
'Okaaay!' Jawab Ruby.

"Hupp! Lucifer Mode!" Aku melompat dari punggung Ruby dan menggunakan Darkness Creation saat sedang terjun bebas di udara untuk menciptakan Lucifer Mode.

"Snipe Shot! Snipe Shot!"

"Grahh grahh grahhh!"

Syla dan Ruby sudah melepas tembakan ke arah para monster yang berada di daratan. Dari atas, mereka terlihat seperti segerombolan anjing besar yang sedang menyerbu sebuah desa kecil.

Dalam hitungan sekian detik, seluruh tubuhku sudah terbalut dark magic dan membentuk exoskeleton yang menutupi seluruh permukaan tubuhku. Di bagian punggungku, tumbuh 4 buah sayap malaikat hitam, terbuat dari dark magic dan kugerakkan dengan dark magic juga.

Isekai Medic and Magic 2 : DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang