3 Tahun Kemudian (17)

22.2K 1.5K 9
                                    

Juna mengedarkan pandangannya. Kedua tangannya membawa piring berisi kudapan. Namun, sosok yang menginginkan ini entah hilang kemana. Dimana Ara?

Ia hanya sebentar mengambil. Tapi, Ara sudah tidak ada di tempatnya. Belum lagi tamu yang berdatangan semakin banyak. Makin larut malam semakin sesak disini.

Juna keluar dari pintu belakang. Disini agak sepi. Sebuah taman hijau luas dan lampu taman di beberapa titik. Menerangi sisi jalan. Ia tidak kuat berada didalam terlalu lama. Sangat bising. Udara dingin langsung menyapa kulit. Ia menarik napas, merasakan udara dingin itu merasuki paru-parunya.

"Jika kita bertemu lagi, maka aku akan memberitahukan namaku."

Tunggu, ia kenal suara ini. Dimana asalnya?

Kepala Juna mengedar.

"Apakah kita akan bertemu lagi?"

"Aku yakin kita akan bertemu lagi."

"Siapa kau? Apa aku mengenalmu?"

"Saka Yudhatama. Anak pertama dari Arif Yudhatama dan istrinya Gita Gayatri Yudhatama. Namun bukan pewaris tunggal..."

Juna semakin mendekat ke sumber suara.

"Kau memiliki seorang adik. Tepatnya adik tiri. Dari perselingkuhan ayahmu. Atra Dewansyah Putra."

"Dari mana ..."

"Makanan favoritmu, . Minuman kesukaanmu Caffe Latte. Warna yang kau sukai Biru langit. Hobimu melukis. Kau memiliki impian untuk menjadi pelukis seperti Leonardo Davinchi. Kau suka kucing, terutama berbulu hitam."

"Hei, darimana kau tau itu?"

"Kau pernah kabur dari rumah dan tinggal di rumah nenekmu selama enam bulan. Karena ayahmu membawa Atra ke rumah."

"Siapa kau sebenarnya?"

"Tidak perlu tergesa-gesa, karena kita akan bertemu lagi nanti."

Juna sampai. Ia berdiri di samping tembok. Dan mengintip, benar itu Ara dan Saka. Apa yang dilakukan mereka di belakang sini? Apa Ara mengenal Saka?

"Apa kau salah satu pelac*ur ayahku?"

Tidak bisa dibiarkan. Dia menyebut Ara dengan sebutan hina itu. Juna meletakkan piringnya di lantai.

Plakkk!!!

Langkah Juna terhenti. Ia melihat kepala Saka yang tertoleh ke samping. Pasti itu sakit.

"Kau---"

Suara Saka tertelan. Dan Juna menyaksikan dengan matanya sendiri. Rasanya sakit itu mengiris-ngiris dadanya. Pedihnya di hianati. Dan melihat perselingkuhan untuk kedua kalinya.

Di depan matanya, setelah Ara menampar Saka. Tangan wanita itu menarik tengkuk Saka dan mencium bibirnya. Dan ia melihat sendiri, Saka yang awalnya marah namun sekarang tunduk dengan nafsunya. Dan dalam kendali Ara.

Juna menyandarkan punggung ke tembok. Menarik napas. Tapi,  itu tak juga berguna. Rasanya ia ingin menonjok seseorang. Tapi, tenaganya sudah terkuras akibat kesakitan itu. Akhirnya ia meninggalkan pasangan itu dengan suara berisik dan desahan mereka disana.

Ia duduk di dalam mobil. Memorinya kembali memutar waktu lalu. Ternyata ini yang dirasakan Calista. Rasa sakit dibohongi dan dihianati.

***

"Yuna, kalian orang baik. Tapi, baik saja tak cukup untuk menyambung hidup ini. Aku ingin memberikan kalian waktu lebih tapi aku juga mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Minggu ini, aku harap uangnya sudah ada. Aku sudah menberikan kalian waktu seminggu lebih. Jika tidak, aku akan sewakan kontrakan ini pada orang lain."

"Terima kasih atas kebaikan hatimu, Bu Cici. Maaf, nanti saya akan lunasi."

"Iya."

Ibu Cici pergi. Yuna menutup pintu rumah. Gajiannya masih lama. Tapi, tunggakan sudah mencekiknya. Uang sewa kontrakan, biaya air dan listrik. Semuanya dalam waktu dekat ini. Minggu ini sewa kontrakan yang harus ia lunasi. Tiga hari setelahnya pd*m. Seminggu lagi listrik.

Yuna terduduk di lantai. Kedua tangannya menyangga kepala. Pikirannya kusut. Dari mana ia mendapat uang sebanyak itu? Sisa tabungannya hanya lima puluh. Sementara tunggakan itu lebih dari satu juta.

Dititik ini, ia rasanya ingin menangis. Titik tidak berdaya. Tidak bisa melakukan apapun.

***
21 November 2019
Vote dan komen 😉

Tiga tahun [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang