3 Tahun Kemudian (76)

20.4K 1.5K 75
                                    

Mereka kembali lagi ke ruang Praktek Rama esok harinya. Dengan Juna dan Yuna di ruang khusus sementara Aza duduk di kursi tamu menonton tv. Hanya dipisahkan rak-rak buku.

"Aku akan bertanya beberapa hal padamu. Ku harap kau menjawab jujur."

Yuna menoleh ke Juna, kehadiran sosok Juna membuatnya risih. Terlihat dari gurat wajahnya. Walau tak berkata tapi ekspresinya mencerminkan semua. Bahwa ia tidak suka hal pribadinya diketahui Juna.

"Aku tidak akan menanyakan tentang hal pribadimu seperti sebelum-sebelumnya. Ini tentang penyakit yang kau derita. Aku harap pendekatan ini bisa meringankan tekanan dalam dirimu dan Juna bisa memposisikan dirinya dan menghindari kejadian yang tidak diinginkan kedepannya." Ucap Rama yang memahami gejolak yang dialami Yuna.

Yuna menatap Rama. Keraguannya memudar melihat senyum dan anggukan kepastian Rama. Ia menarik napas panjang. Menjeda sesaat. Lalu mengangguk akhirnya.

"Aku akan mengawali pertanyaan pertama. Apa yang kau rasakan saat melihat Juna ada didekatmu?"

Juna memandang Yuna. Yuna diam menatap Rama.

"... takut."

Juna melihat tangan Yuna yang gemetar tapi mengepal di atas pangkuannya.

"Ada yang memicunya?"

"... Aku tidak bisa menghentikan bayangan masa lalu. Dan membuatku berpikir banyak hal buruk."

"Apakah ini berlaku juga untuk pria-pria yang kau temui?"

"... Ya, untuk pria yang tidak kukenal dan tidak dekat."

"Apakah kau menganggap mereka semua jahat dan bisa melukaimu?"

"... Ya."

"Pertanyaan kedua, selain itu, apakah ada yang kau takutkan atau yang menganggumu?"

Yuna menunduk, "Aku takut mendengar suara keras. Bentakkan. Bunyi yang keras. Orang-orang yang sedang bertengkar. Cermin. Ikat pinggang. Dan...dan...aku tidak tau lagi."

"Hal yang menganggumu?"

"Aku selalu melakukan kegiatan yang sama sampai benar-benar aku puas. Mengecek kompor berulang kali. Memastikan pintu dan jendela sudah terkunci dan itu kulakukan sampai pikiran-pikiran di otakku tidak ada lagi. Dan memeriksa ke luar melalui jendela saat malam, aku hanya takut ada maling atau orang jahat yang menyusup."

"Berapa kali kau mengulanginya?"

"... Aku tidak tau. Aku melakukannya tidak tentu tapi berkala. Tiap sejam sekali atau dua jam sekali. Tergantung pikiran-pikiran yang datang padaku dan membuatku takut akan kemungkinan-kemungkinannya."

"Apa yang kau lakukan saat rasa ketakutan itu datang? Apakah hanya dengan reaksi tubuh atau ada yang kau lakukan agar rasa ketakutan itu hilang?"

Disini Yuna terdiam begitu lama. Sedangkan Juna menundukkan kepalanya sarat akan bersalah.

***
20 Januari 2020

Vote dan komen 😉

Maaf kemarin tidak up. Karena sesuatu dan lain hal.

Aku ingin tanya, menurut kalian apa kekurangan cerita ini?

Harapan kalian tentang cerita ini?

Hal yang tidak disukai dari cerita ini (terlepas dari authornya sendiri😅)?

Dan saran untuk cerita ini? (Tolong jangan menggurui dan berlagak seperti Tuhan, okay? Kayak, hei juna itu harusnya gini, yuna tuh harus gitu, juna tuh harus mati, yuna kasih jodoh lain saja. Hei, sayang. Kau sendiri saja tidak tau jodohmu mau menentukan jodoh orang lain? )

Tiga tahun [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang