3 Tahun Kemudian (95)

16.2K 1.5K 104
                                    

"Minggir."

"Kamu mau menjemur baju?"

"Matamu buta? Kau tidak melihat tumpukan baju sebesar ini dan kau menghalangi jalanku. Ini berat tau."

"Sini ku bawakan." Juna langsung mengambil alih keranjang baju yang dibawa Yuna dan memutar langkah keluar.

Yuna diam. Mengerjab-ngerjab. Lalu ia menepuk-nepuk jari tangannya yang sempat bersentuhan dengan Juna dengan pipi memerah.

"Kenapa Kak?" Tanya Dafa yang baru keluar dari dapur dan membawa secangkir mug kopi.

" ... Banyak nyamuk."

Alis Dafa menukik heran. Namun, Yuna tak memperdulikannya dan segera menyusul Juna.

"Hei, jangan begitu!" Teriak Yuna melihat cara menjemur Juna yang asal-asalan.

Juna berhenti, "Salah ya?"

"Diperas dulu, baru seperti ini." Yuna memperagakan cara menjemur baju yang benar. Dan dia lupa niat awalnya tadi, mau menyuruh Juna pergi.

"Ooh." Juna mengikuti gerakan Yuna. Dan mereka sibuk melanjutkan tugas masing-masing. Kebanyakan baju Aza, daster, celana panjang, rok, dan lain-lain.

Juna nampak diam melihat benda yang diambilnya. Lalu menoleh ke seberang dimana Yuna berada, "Kalau yang ini diperas juga ya?"

Yuna menoleh. Dan wajahnya memerah pekat. Ia sigap mengamankan benda ditangan Juna dan menyembunyikannya di balik tubuhnya. Astaga! Bh-nya!

Yuna kehabisan kata-kata.

"Maaf. Aku akan ambil yang lain." Ujar Juna canggung.

Yuna melirik ke keranjang. Hanya tersisa beberapa helai celana pendek lagi dan astaghfirullah, celana dalamnya!

Yuna segera menjauhkan keranjang dari jangkauan tangan Juna. Semoga dia tidak lihat. Semoga dia tidak lihaaaattt!

Juna menatap Yuna bingung.

Yuna memandang ke segala arah yang terpenting bukan mata Juna, "Sudah. Kau bisa pergi. Aku bisa melanjutkan sisanya."

"Bukankah tanggung? itu sediki---"

"Tidaaakkk!" Yuna menyesalinya. Ia menunduk, "Maaf. Biar aku saja yang melanjutkannya."

"Baik, dan maaf sudah---"

"Ya, tidak apa-apa. Cepat pergi."

Juna berbalik dan melangkah menjauh.

Dan Yuna menarik napas panjang. Dan menghembuskannya.

"Dia lihat tidak ya? Semoga tidak. Tadikan cuman sedikit yang terlihat dan bagian lain tertumpuk."

Sementara itu, Juna memegang dadanya. Pipinya memerah entah karena sinar matahari yang menerpa atau hal lain. Ia menarik napas banyak-banyak. Sambil melangkah menuju mobilnya. Dengan diiringi detak jantung berdetak kian tak normal.

***

Di ruang makan. Terlihat Ibu Siska, Julio, Laura, Kiki dan Juna tengah menyantap makan malam.

"Mas, lihat deh. Lucu kan?"

"Hm, lucu. Tapi, itu lebih ke anak kecil. Pilih yang lain saja."

"Tapi, aku maunya daster hello Kitty. A---"

"UHUK! Uhuk! Uhuk ..." Juna menepuk-nepuk dadanya. Namun batuk dan rasa tersedak itu belum reda. Daging steak yang kecil itu menyangkut pangkal tenggorokan.

"Mas, tepuk punggung Mas Juna."

"Kalau yang seperti ini nggak usah ditepuk. Kakiku sudah siap. Ini mau langsung diterjang atau ditendang?"

"Julio." Tegur Ibu Siska.

"Maaf Bu, bercanda."

"Jun, kok nggak berhenti-berhenti batuknya? Ini tanganku capek tau! Oh, aku tau! Juna!" Julio menghentikan aksinya menepuk punggung Juna. Kini ia duduk di samping Juna dengan menghadap ke Juna sepenuhnya.

"Uhuk..uhuk...aduh...apa sih..uhuk..."

"Juna, ikuti kata-kataku ya. Asyahaduallah ilahhailallah...wa'as---"

Tuk!

Sebuah lemparan sendok sukses mengenai kepala Julio. Menghentikan aksi konyolnya dan dia menengok, ibunya menatap dengan marah.

"Julio! Itu adikmu lagi tersedak! Jangan bercanda!"

"Persiapan bu. Kali saja dibelakang Juna ada malaikat." Julio menyengir. Dan berdiri dibelakang Juna.

"Bismillahirrahmanirrahim. Allahuakbar." Teriak Julio.

Buk!

"Julio! Kamu mau bunuh adikmu?"

"Mas! Lebih lembut bisa?"

"Wah, ayah keren!"

"Tentu dong!"

Rasa mengganjal di tenggorokannya keluar. Juna segera meraup air putih dan meneguknya hingga habis. Setelah itu, napasnya masih memburuh. Ia menatap kakaknya kesal.

"Kakak punya dendam apa sama aku?"

"Yang pentingkan keluar. Tuh, sekali coba langsung bisa. " Sahut Julio enteng, dan kembali ke kursinya lagi, "Tenang, aku mukulnya juga kira-kira Bu."

Bu Siska hanya mengurut dada.

.
.
.

14 Maret 2020
Vote dan komen 😉
Sesuai Janji 😊

Yeayyy, 1 M 😄😄😄

Tiga tahun [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang