Perjalanan pulang menjadi lebih hening. Saat Aza tertidur pulas. Juna sesekali mengecek keadaan dibelakang. Melihat dari kaca dasboard pantulan Yuna yang menatap keluar jendela.
Yuna tentu menyadari tapi ia memilih tidak ambil pusing. Memasuki perkarangan rumah. Juna dengan sigap, setelah memarkirkan mobil ia keluar dan membuka pintu penumpang. Yuna memijakkan kakinya ke tanah hendak membungkuk mengambil Aza.
"Biar aku saja yang membawanya."
Ia mendiamkan Juna. Tetap mengangkat tubuh Aza ke lengannya. Tapi...
"Aku tau tubuhmu lelah, Yuna. Jangan memaksakan. Aku takut kalian malah jatuh berdua."
Yuna mendecak sebal. Ia bisa merasakan kedua lengannya nampak goyah. Seiring napasnya yang bertambah cepat. Lalu ia memutuskan pergi. Mengijinkan Juna membawa Aza. Ini bukan karena dia menyetujui Juna, tapi ia takut Aza nanti bangun gara-gara gerakannya.
Ia duduk di kursi ruang tamu. Sementara Juna mengendong Aza dan membawanya ke arah kamar Yuna. Meletakkannya di kasur dan menyelimutinya. Juna keluar dan matanya berpapasan dengan mata Yuna. Yuna langsung membuang wajah.
Juna menoleh ke arah dapur. Di rumah Yuna hanya ada Ibu Asri. Dafa belum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia menoleh lagi ke dapur, melihat Ibu Asri sedang berkutat masak.
Ia mendekat, "Ibu, aku pamit pulang."
"Oh, tidak mau makan dulu?"
Juna hendak mengangguk tapi sergahan suara Yuna menghentikannya.
"Dia tidak akan mau, Bu. Dia tidak suka makanan rumahan. Dia lebih suka makanan mewah dan tempat yang berkelas."
Itu adalah pengusiran secara halus. Yuna tidak suka melihatnya lebih lama lagi.
Alih-alih sedih, Juna mengukir senyum dan menatap Yuna, "Ternyata kau memperhatikanku, Yuna."
Yuna sontak mendengus.
"Tapi, tidak juga. Aku tidak pemilih makan. Aku juga makan ditempat-tempat warteg dan pedagang keliling. Makanan favoritku Mie ayam."
"Heran, siapa yang tanya." Ucap Yuna masih melarikan pandangan. Dan memasang wajah datar ditambah sebal.
"Aku pergi dulu, Bu. Terima kasih tawarannya. Mungkin lain kali." Juna menyalim tangan Ibu Asri.
Lalu beralih ke Yuna, berkata pelan, "Aku pamit dulu."
Yuna diam.
***
16 Januari 2020
Vote dan komen 😉Ps : siapa yg suka genre misteri atau pembunuhan? Bisa baca cerita adik aku yg judulnya RED di putra_syah06 😍😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
General FictionWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...