"Mau kemana?"
"Ke tempat Yuna."
"Kamu mandi Jun? Biasanya langsung pergi kesana. Pake parfum lagi. Ada acara ya?"
"Enggak ada."
"Tumben rapi."
"Nggak harus ada acara atau mau kemana. Kebersihan itukan sebagian dari iman."
"Kamu Juna kan?"
"Iyalah Kak. Aku nggak lagi ingin bercanda."
"Tapi, biasanya ya Jun. Orang yang jahat tiba-tiba baik lalu kebiasaannya berubah, biasanya itu sudah menunggu empat puluh hari."
"Memangnya aku mau mati apa? Sudalah Kak. Aku mau pergi."
"Jangan pergi dulu. Buat surat wasiat, siapa tau dijalan tiba-tiba di panggil---"
"Assalamualaikum." Ucap Juna sambil berlalu dan menghentikan perkataan konyol kakaknya.
"Wa'alaikum salam." Jawab Julio.
"Tuh, kan. Dia tumben ngucap salam. Harta sama Asetnya berapa ya?" Julio segera menghidupkan layar handphone dan mencari nama asisten Juna. (Nih, kakak memang agak ... 😆😆😅)
***
Saat sedang mengendarai, tak sengaja matanya menangkap bayangan tubuh Yuna dari belakang. Wanita itu nampaknya hendak pulang sehabis dari belanja. Ia mematikan mesin. Dan bertepatan ketika hendak keluar, dua orang pria mendekati Yuna.
Firasat Juna tidak enak. Ia segera menghampiri Yuna saat melihat gelagat pria-pria itu yang makin mendesak Yuna.
"Kau anak Bu Asri yang baru pulang itu kan?"
"Iya, pulang-pulang langsung bawa anak."
Percakapan mereka mulai terdengar di telinga Juna.
"Dimana ayahnya?"
"Itu bukan urusan kalian! Menyingkir!" Bentak Yuna keras. Tangannya mencengkram barang belanjaan yang ia beli.
"Sok suci!" Decih satunya.
"Berapa tarifmu permalam?" Laki-laki satunya melangkah mendekat.
Juna makin khawatir. Ini kenapa juga belum sampai-sampai? Astaga, betapa bodohnya kau Juna! Kenapa kau memarkirkan mobilmu terlalu jauh! harusnya tadi tetap didalam mobil dan langsung tabrak mereka berdua!!!
Plakkk...
Terdengar suara tamparan. Juna terperanjat. Dan syukurlah, bukan Yuna yang kena tampar tapi laki-laki itu. Pasti sakit, karena ia pernah merasakannya. Dan Juna semakin mempercepat langkahnya, ia menyadari gelagat tidak baik setelah tamparan itu.
"Wah, berani nih." Laki-laki yang terkena tamparan itu, mengusap pipinya. Dan menatap Yuna tajam dengan senyum menyeringai.
"Jangan mendekat! Aku akan teriak!" Yuna mengambil langkah mundur.
"Teriak saja! Disini sepi." Laki-laki itu sontak mencekal lengan Yuna yang hendak lari.
"Lepaskan! Lepas!" Teriak Yuna. Matanya menyiratkan ketakutan.
Pria yang memegang lengan Yuna terdiam saat tangannya ikut dicekal kuat. Tiga pasang mata disana langsung menoleh begitu menyadari ada sosok baru yang bergabung.
"Lepaskan. Atau mau ku buat ini tak berfungsi lagi?" Kata Juna tajam. Dengan wajah mengeras dan napas terengah-engah.
Laki-laki itu menyentak tangan Juna dari tangannya seraya melepaskan tangan Yuna. Lalu menarik sudut bibirnya tersenyum setengah. Laki-laki satunya yang dari tadi hanya mengamati, maju mendekat ikut bergabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga tahun [End]
Narrativa generaleWaktu memang adalah hal menakutkan di dunia ini. Tak memandang pangkat, derajat, kekayaan, dan status. Ia akan terus berjalan. Tanpa diminta atau bisa dihentikan. Dan manusia pun bisa berubah karenanya. Sebelum tiga tahun dan setelah tiga tahun. Buk...