part 1

756 24 3
                                    

namaku ulya al khawairizmi. umurku masih 16 tahun. aku adalah seorang santri sebuah pondok salafi. dan jangan meragukan kemampuanku. aku berkali-kali telah menyabet piala dalam ajang qori' ataupun MHQ, untuk itu tidak heran lagi pengasuh pondokku sering memujiku dan membuat para santri sedikit menaruh hormat kepadaku. aku juga termasuk santri yang cerdas, diusiaku yang terbilang masih sangat muda ini aku telah lulus madrasah aliah dan madrasah diniah dengan nilai yang patut diacungi jempol.

tapi tak tau kenapa lama lama aku merasa bosan dengan keadaan ini. aku telah 12 tahun berada di pondok ini. dari umur 5 tahun sampai 16 tahun. ditambah lagi orang tuaku tak mau sekalipun menjengukku, membuatku telah kebal terhadap rasa rindu, bahkan bisa dibilang juga tak mempunyai sedikitpun perasaan rindu untuk mereka. akupun lupa-lupa ingat wajah kedua orang tuaku. dan pasti itu hal paling konyol yang pernah dirasakan oleh anak. lupa wajah orang tuanya sendiri.

"mbak Ulya..." panggil seorang pengurus pondok sambil berlari mendekatiku. 

"kenapa mbak?" jawabku sopan mengingat dia 4 tahun lebih tua ketimbang aku.

"disuruh abah kerumah bu asih, penjahit yang ngejahit seragam wisuda qur'an bulan depan." jelas mbak nadia, pengurus bagian keamanan.

" iya mbak, tapi sama siapa ya mbak?" tanyaku.

"terserah mbak ulya, ajak siapa aja boleh kok mbak." jelas mbak nadia tersenyum dan segera meninggalkanku.

aku mengangguk-angguk faham, aku segera meneruskan langkahku sambil mencari teman untuk berangkat ke ibu penjahit.

                                                                                            ***

aku telah turun dari angkutan umum bersama clarissa. temanku yang kebetulan mau untuk menemani aku keluar, bukan itu saja sih, clarissa merupakan sahabatku. jadi tak heran kalo aku sekarang bersamanya. kami menuju rumah bu asih dengan berjalan kaki, karena angkutan umum tidak bisa belok kerumah ibu asih.

"ul, seneng banget gue bisa keluar dari pondok dan menghirup udara luar." kata clarissa tersenyum sambil memegang kedua pipinya. "sering-sering deh lo ajak gue keluar gini." lanjut clarissa memeluk pundakku. aku tersenyum inilah yangku susaka dari clarissa, dia berteman tak memandang bulu. dia 'grapyak' kesemua orang. dan memposisikan orang sesuai. dengan clarissalah aku benar benar merasa berteman. diusiaku ini aku telah diberi amanah menjadi pendidikan pondok satu dan ustadzah, membuat teman-temanku 'sungkan' dan takut berteman denganku.

"kesukaan kamu sa." kataku tersenyum.

" itung itung cuci mata ul, ginikan dipondok gak bisa." jawab clarissa. ohya aku lupa. memang pondokku adalan pondok khusus santri putri. jadi wajar banyak santri yang senang bila bisa keluar pondok.

 aku hanya menggeleng gelengkan kepala mengingat sikap temanku yang satu ini. tidak lama kami pun sampai dirumah ibu asih. ketika aku akan belok kerumah, tiba-tiba tubuh kecilku terpental jatuh akibat menabrak seseorang. clarissa segera jongkok membantuku untuk berdiri, tapi sepasang tangan lain juga ikut membantuku berdiri, aku dan clarissa reflek memandang si empunya tangan.

"lo gak papa kan?" tanya si empunya tangan yang membuatku dan clarissa terpesona karena ketampanannya. aku terus memandang mata indahnya, tanganku yang dipegangnya tak ku pedulikan. " ma'af, lo baik baik ajakan?"tanya lelaki tersebut yang membuat kesadaranku segera kembali. segera ku lepaskan tangannya.

"ma'af2," ucapku menunduk.ia tersenyum melihat ekspresiku.

" gue yang seharusnya bilang gitu." ucapnya tersenyum. " oh iya, kenalin nama gue alnord." kenalnya mengulurkan tangan.

"gue clarissa, dan ini ulya."kata clarissa segera menyambut tangan  alnord.

"clarissa." panggilku mendelik melihatnya. mengetahui itu clarissa segera melepas genggaman tangannya dari alnord. "ma'af reflek gue." kata clarissa tersenyum kikuk.

"santai aja ulya. lagian disini gak ada siapa siapa." kata alnord kembali tersenyum manis. " yaudah gue dulu ya. buru buru. semoga kita bisa ketemu lagi." lanjut alnord segera berlalu pergi.

aku dan clarissa terus melihat alnord sampai ia belok disebuah gang dan menghilang. aku tersenyum sampai pipiku terasa hangat. sedangkan clarissa menyandarkan tubuhnya ketubuhku sambil menghembuskan nafas dan tersenyum.

"gila, ganteng banget." ucap clarisa. aku dan clarissa beberapa detik masih tertegun akibat ketampanan alnord, sampai bu asih menyadarkan kami.

"neng kenapa berdiri senyam senyum disitu." tegurnya menepuk bahuku. akupun langsung tersadar, aku segera menyenggol clarissa untuk menyadarekannya dari lamunannya. " kalian kenapa?" tanya bu asih lagi.

"enggak bu, itu...., tadi kakiku sedikit kram. makannya aku suruh ulya berhenti dulu." kata clarissa. bu asih memandangku, aku hanya tersenyum bingung harus mengatakan apa.

" ya udah, ayo masuk. sudah ibu siapkan baju bajunya." kata bu asih berjalan masuk rumahnya. aku dan clarissapun segera mengikuti.

setelah mengambil baju baju aku dan clarissa segera pergi. kami segera membawa baju baju itu keluar  menuju jalan raya untuk menunggu angkutan umum.

"ulya, laki-laki tadi keren banget ya." ucap clarissa tersenyum. "ganteng lagi." tambahnya semakin mantap berhayal.

"mantep bener kamu berhayal. setoran kamu udah jadi belum." ingat ku.

"astagfirullah..." ucap rissa terkejut. "juz 6 kaca pertama apaya?"tanya rissa berusaha mengingat ingat.

"laayuhibbullah." jawab ku. risa pun segera memulai hafalannya. sedangkan aku malah sibuk menghayal laki laki yang barusan dibayangin oleh rissa. alnord, si tampan yang berhasil membuatku tak henti henti memikirkannya.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang