part 44

106 8 2
                                    

Mulutku yang awalnya melongo kaget, seketika langsung tertarik simetris. Mataku berbinar dan senyumku semakin mengembang, tak banyak berucap aku segera maju memeluk tubuh yang selama ini kurindukan. Siapa lagi kalau bukan suamiku, mas arra. Suasana hatiku seketika langsung berubah sangat bahagia sampai tak sadar air mataku kembali turun.

Tapi menit selanjutnya aku bingung karena tak mendapat reaksi apapun dari mas arra. Detak jantungnyapun tak secepat biasanya saat didekatku. Mas arra sama sekali tak memelukku ataupun berucap. Perlahan kulepaskan pelukanku dan menatap mas arra. Rambut gondrongnya yang ditutupi songkok,  jambangnya yang semakin lebat dan badannya yang semakin kekar. Bedanya sekarang ia mendongakkan kepala seperti menyembunyikan wajahnya dariku.

"mas arra...." panggilku.

Mas arra menghembuskan nafasnya dan menatapku, tapi tatapan apa ini yang diberikan mas arra kepadaku? Ini tatapan sangat dingin dan menusuk, sedikitpun aku tak menemukan kehangatan dalam tatapannya. Seperti tak ada kerinduan yang selalu ia lontarkan saat vidio call, tak ada tatapan cinta yang selalu ia gunakan menatapku. Tiba tiba aku merasa sangat ketakutan karena tatapan mas arra, perlahan tanganku terangkat menyentuh lengannya.

Seketika mas arra mendorong tubuhku sebelum tanganku berhasil menyentuhnya, belum sempat aku mengaduh sebuah ciuman kasar kudapat. Itu sangat kasar sampai yang kurasakan hanya sakit dan perih. Reflek kupukul pukul dada mas arra berusaha memberontak dari ciumannya. Tapi itu percuma, tenaganya jauh lebih kuat dibanding kan aku. Dan pemberontakanku malah semakin membuat mas arra kasar, sampai air mataku keluar tak tahan karena rasa sakit dibibir dan kekasaran mas arra.

Sadar akan tangisanku mas arra segera melepas ciumannya. Tangisku semakin keras sambil memegangi bibirku yang terasa perih. Tapi aku dikejutkan dengan suara hantaman yang sangat keras didekatku. Aku langsung menoleh, menatap mas arra yang ternyata menonjok kuat tembok disampingku. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan, dia seperti nya sangat marah sekarang.

"mas arra." panggilku ketakutan, tangisku seketika berhenti karena rasa takut yang menguasaiku. Pertama dalam hidupku melihat kemarahan mas arra, sangat menyeramkan lebih dari cerita cerita para santri. Nampak punggung tangan mas arra merah memar, kukumpulkan keberanian dan mengulurkan tanganku ingin menyentuh mas arra, tapi secepat kilat mas arra menghindar.

"seharusnya dari awal aku sadar." ucap mas arra yang terdengar parau. Aku menatapnya bingung. "seharusnya dari awal aku sadar kalo aku hanya seorang santri yang tak punya apapun. Aku hanya anak yatim piatu yang dipungut kyai karena welas asih beliau." lanjut mas arra menunduk sambil menutup mukanya. Aku tertegun, apa maksud mas arra berbicara seperti ini? Mata berkaca kaca ku menatap mas arra bingung.

"seharusnya aku tetap sadar kalo aku gak pantas dengan wanita secantik kamu." lanjut mas arra yang sekarang menatapku sendu, matanya merah dan pipinya nampak basah.

"mas...." panggilku pelan mengangkat tangan ingin menyentuh mas arra untuk menenangkan nya. Tapi lagi lagi mas arra menghindar dari sentuhanku.

"seharusnya aku sadar!" aku tersentak mendengar bentakan mas arra, bentakan pertamanya kepadaku. Aku terdiam, jantungku kembali berpacu cepat ketakutan.

Mas arra menghapis air matanya dan mengatur emosinya sejenak.

"gapai kebahagiaan neng ulya, maafkan saya sudah hadir dalam kehidupan neng ulya sebagai penghalang cinta neng ulya dengan alnord." ucap mas arra yang terdengar sopan tapi itu sangat menusuk kedalam ulu hatiku. Mas arra segera melangkah keluar dari kamar.

Aku tetap diam membeku, sendi sendiku rasanya lepas dan tulangku hilang fungsi. Aku jatuh terduduk diatas lantai, rasanya bumi berhenti berputar dan aku kehilangan oksigen untuk bernafas. Kenyataan menamparku, mas arra pergi meninggalkanku dalam keadaan salah faham.

"mbak ulya." panggil umi masuk kedalam kamarku. "astaghfirullahaladzim." ucap umi terkejut melihat keadaanku. Beliau swgera menghampiriku. "kamu kenapa?" tanya umi khawatir. "astaghfirullahaladzim..., bibir kamu berdarah!" lanjut umi semakin terkejut dan panik. Umi menyentuh bibirku yang terasa sangat perih.

"umi..." panggilku parau menatap umi.

"kamu kenapa mbak?" tanya umi.

Langsung kupeluk tubuh umi dan menumpahkan tangisku dalam pelukan hangatnya. Menumpahkan seluruh kesedihanku, kenapa hidup seperti ini? Aku jatuh karena alnord, kemudian bangkit karena kehadiran mas arra, lalu aku jatuh lagi. Jatuh sejatuh jatuhnya karena kesalah fahaman mas arra.

#

Keinginanku terkabul, mas arra sekarang telah pulang. Ia sekarang telah berada diindonesia, tapi dengan kesalah fahaman. Aku masih duduk meringkuk memeluk lututku diatas kasur, suara ketukan pintu umi dan abi yang sedari tadi terdengar kini hilang. Menyisakan suara detik jam, air mataku rasanya tak mau lagi jatuh walau aku sangat mwnginginkannya.

Kupandang lagi sebuah kotak disampingku. Kutatap kotak tersebut sendu, kotak yang dibungkus kertas biru dan dihiasi pita putih.

"teruntuk pemilik tulang rusukku." tulis mas arra disamping pita putih. Kulepas pelukanku pada kaki dan perlahan tangan gemetarku menyentuh kotak tersebut. Tak disangka air mataku kembali turun, segera aku menghapusnya dan membuka kotak dari mas arra.

Didalamnya terdapat kardus HP dan sebuah kertas. Kuambil kertas tersebut karena sama sekali tak tertarik dengan isi kotak tersebut yg pastinya HP. Perlahan kusilakkan rambutku dan membuka kertas, deretan tulisan mas arra tersusun diatas kertas tersebut. Sekali lagi kutarik nafasku mengatur emosi sebelum membaca surat tersebut.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Teruntuk calon ibu dari anakku.

Pertama kali waktu melihat kamu, tanpa tahu nama atau wajah kamu, aku asal manggil saja mengikuti naluriku. Dan kebetulan kamu menoleh dan itu membuat aku senang karena aku tepat sasaran. Tapi detik selanjutnya saat aku melihat wajah kamu, aku hanya bisa terpaku ditempat mengagumi kecantikanmu sampai ada keraguan dalam hati. Apakah kau benar benar istriku?. Dan detik selanjutnya kamu segera menegurku, memberi sebuah kenyataan bagiku tentang keindahan akhlakmu lewat tutur katamu. Dan kamu membuatku kembali terpaku dengan kesempurnaan yang kamu miliki, aku jatuh cinta detik itu juga. Aku jatuh cinta tepat pada pandangan pertama, dan itu sangat tepat sasaran. Karena aku jatuh cinta kepada kamu, istriku sendiri dihari kedua pernikahan kita. Seharusnya kamu menyadari perasaanku ini sejak jantungku tak bisa berdetak tenang ketika disampingmu.
Aku mencintai kamu ulya alkhowairizmi. Tak perduli kamu tak pernah sekalipun mengucapkan kata cinta, tak peduli kamu mengawali ikatan ini dengan tangis kekecewaan, yang aku tau kita adalah sepasang suami istri yang sah. Bagiku cinta tak harus diungkap lewat kata, melainkan sikap. Dan sikap kamu sudah meyakinkanku, bahwa aku sudah berada dalam hatimu.
Jangan pernah menangis lagi ya, sayang. Kamu kehidupanku, kamu sedih aku juga ikut merasakan kesedihan. Kamu menangis, aku akan merasakan sakit dihati. Kamu tertawa, aku akan merasakan kebahagiaan.
Dan yang terpenting, bila kamu tidak mencintaiku, aku akan terus mencintaimu sampai tak ada sedetikpun rasa tak nyamanmu bersamaku.

Ana ukhibbuki fillah. 😘

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Nb: ada HP buat kamu, biar gak terus terusan minjem dan kita bisa vc sepuasnya. 😁



Air mataku keluar tanpa bisa ku kendalikan. Berkali kali kuhapus air mataku tapi tetap tak ada hasil. Kupeluk kedua kakiku dan membenamkan wajahku diantara kedua lutut. Hari ini aku telah memanen tanaman kebohongan yang selama ini kujaga dengn baik.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang