part 40

80 7 4
                                    

Kuhempaskan kasar tubuh kecilku di atas kasur sebagai pertanda kesalahanku yang sudah memuncak. Kugunakan bantal untuk menutupi wajahku menumpahkan tangis dan berteriak meluapkan segala kekesalan. Sebenarnya dimobil tadi, waktu akan sampai di rumah. Mas arra menelpon lagi dan Ali telah memberikan HP kepadaku, tapi aku langsung menggeleng cepat pertanda tak mau. Dan setelah sampai di rumah aku segera turun berlari masuk kamar. ku pukul pukul bantal berusaha memuntahkan semua emosiku. Kenapa harus seperti ini kelanjutan kisah cintaku. tiba-tiba aku teringat ucapan mas arra.

"kalo kamu cemburu, kamu perlu ingat aku mencintai kamu. Aku sangat mencintai kamu." ucap mas arra yang sering dilontarkan ketika vc-an. perlahan aku Tenangkan hatiku mengingat-ngingat setiap kenangan manisku dengan mas arra. kurasakan perasaan cintanya sampai saat ia terang-terangan memberikan hatinya kepadaku. aku salah paham! itu yang perlu ditanamkan di pikiranku. mas arra jelas-jelas sangat mencintaiku, jadi menaruh rasa cemburu Rasanya tak pantas kulakukan. Sekali lagi ku coba mengatur nafasku agar hatiku ikut tenang. tiba-tiba pintu kamarku terbuka, Umi muncul berjalan mendekatiku dan duduk selonjor di sampingku. Kemudian beliau usap-usap kepalaku. aku yang merasa nyaman segera melingkarkan tangan memeluk tubuh Umi.

"udah..." tenang Umi aku tetapi aku tetap diam tak tahu harus berkata apa.

"Assalamualaikum." salam Abi masuk kamarku, beliau tersenyum dan segera duduk di sampingku sambil mengusap kepalaku

"Waalaikumsalam."

"sini sayang, sini." ucap Abi menarikku agar duduk menyandar sendiri. Kemudian beliau Genggam tanganku.

"ini nih istri kamu." kata abi mengangkat hp-nya di depanku,

wajah khawatir mas arra yang pertama nampak. aku langsung menyembunyikan wajah dibalik lengan kekar abi, saat ini aku masih tak ingin bertemu Mas arra. yang kuinginkan sekarang hanya ketenangan, membuang bayangan tentang pikiran su'udzonku kepada Aisyah. aku masih meyakinkan hatiku bahwa akulah satu-satunya wanita yang paling dicintai oleh Mas arra.

"sayang suami kamu itu loh." kata Umi membujukku agar Menatap layar HP. Abi pun juga menyingkirkan lengannya agar aku tidak menemukan tempat sembunyi lagi.

"aku nggak pengen lihat mas arra dulu." rengekku membelakangi HP dan nangis lagi. Abi dan Umi tertawa melihat tingkahku, kecengenganku, kekanakanku.

"sekarang ngomong gitu, ingat yang malam gak bisa tidur kangen siapa?" goda Abi tertawa. aku merengek tambah keras kesal, ini berbeda aku memang kangen tapi aku masih tak bisa menerima saat aku melihat Aisyah berada dalam kamar Mas Arra tanpa kerudung lagi. Sebenarnya Aku kangen, tapi aku juga cemburu sekali.

Sekarang aku masih berusaha mengingat betapa besar mas arra mencintaiku dan masalah aisyah otu salah faham. Aku menjerit tertahan karena bukannya semakin yakin bila aku hanya salah faham, bayangan tentang aisyah yang rebahan nyaman tanpa hijab diatas kasur mas arra semakin tertancap dihatiku. Tangisku makin kencang tak terkontrol, abi dan umi terdiam melihatku. Tak tau haru berbuat apa.

"aku sangat mencintai kamu, percaya itu sayang." yakin mas arra yang seakan akan menjadi obat paling mujarab untuk tangisku. Tangisku semakin reda dan hatiku berangsur angsur tenang, sangat tenang.

"aku juga mencintai mas arra." ucapku sambil menghapus air mataku.

"loh udah dimatikan sama arrazi." berita abi menatapku khawatir. Aku segera mendongak menatap layar HP, kosong tak ada wajh mas arra. Tangisku makin menjadi, kupeluk tubuh umiku dan menumpahkan semua tangisku didadanya.

Umi dan Abi semakin panik mendengar tangisku yang makin kencang seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Mereka kontang berusaha menenangkanku, tapi itu percuma tak menfhasilkan apapun. 

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang