part 36

94 9 2
                                    

Tamatlah riwayatku sekarang. Apa yang akan kuucapkan kepada mereka.  Respon ali kepadaku waktu ada mas arra saja tak bersahabat, apalagi sekarang tak ada mas arra.

"cih..., sekolah akting dimana lo? Bagus banget akting lo?" tanya ali dingin membuat aku sukses semakin memperdalam tundukan ketakutan.

"willy..., udah." tenang mala.

"lia..., lia..., bodoh bangetya gue selama ini?" lanjut alnord.

"maafin aku." Pintaku yang menangis lagi. Aku tak tahu sebanyak apa air mataku, sampai tak habis kubuat menangis.dan akui emang aku salah,karena nafsuku ini semua terjadi. Karena sifat terlalu murahanku semua terluka. Ini memang kebodohanku.

"ternyata gue dari dulu udah pernah ketemu sama kakak ipar gue." Ucap ali terkekeh kecil.

"willy..." mala mendekati ali sambil mengusap ngusap lengan ali.

"ternyata lo gak sesempurna yang mas razi fikirkan!" ucap ali penuh penekanan membuat bulu kudukku berdiri ketakutan. Kuhapus air mataku berusaha menguatkan diri, kuangkat wajahku menatap ali. Adek iparku yang ternyata adalah sahabat dari alnord.

"aku ngaku salah li, tapi aku janji aku bakal berubah. Aku sekarang sadar aku mencintai mas kamu, ali." Jelasku menatap ali takut.

"bahkan lo gak pantes manggil gue ali. Gue, william ali murtadlo gak ngizinin lo manggil gue ali." Tegas ali mencengram lenganku geram.

Aku menunduk faham. Ali memang pantas meluapkan emosinya kepadaku, mas arra sangatlah berharga untuk ali. Sebisa mungkin aku harus menerima ini walapun rasanya sangat sakit.

"gue akui paras lo cantik, tapi dalem lo BUSUK." Caci ali yang langsung menusuk keulu hatiku. Aku merasa menjadi orang yang paling hina sekarang, tapi itulah aku. Tak bisa kubalas ali, karena hujatan itu pantasku dapatkan. Aku tak menyalahkan ali karena itulah kebenaran.

"willy, udah. Semua gak bakal selesai kalo pakek emosi." Mala berusaha menenangkan ali. Tapi ali malah menepis tangan mala yang mengusap usap lengannya.

"lo lebih baik diem, lo gak tau perasaan gue sekarang." Tegas ali menatap mala tajam. Malapun menunduk tak berani lagi menyentuh ali. Ali kembali menatapku penuh kebencian.

"lo sama sekali gak pantes sama mas gue, mas gue terlalu sempurna buat lo yang murahan." Ali melepaskan cengkramannya kasar. Ia terkekeh melihatku yang semakin menunduk ketakutan. Aku tau aku tak pantas dengan mas arra, tapi aku sangat mencintainya.

"lo jalang gak pantes buat mas gue." Maki ali semakin kasar. Kakiku terasa lemas untuk sekedar menopang tubuh kecilku. Tapi aku tetap berusaha berdiri, ali harus puas menghinaku. Ia harus puas sampai tak menaruh sekecilpun kebencian kepadaku.

"secepat mungkin mas razi harus tau kebusukan lo, dan lo harus berpisah dengan mas gue." Ucap ali lirih tapi mampu membuat seluruh tubuhku kehilangan fungsi. Aku jatuh tertunduk lemas, bercerai dengan mas arra adalah hal terburuk. Aku tak mau bercerai, aku terlanjur sangat mencintai mas arra. Mala yang terkejut segera jongkok dan membantuku berdiri.

"lo apaan sih li?" kesal mala membantu menopang tubuhku.

"gak perduli lo anak kyai dan punya pondok besar. Diri lo sendiri yang minta gue perlakuin gak sopan." Tegas ali melangkah pergi. "cepet pulang, mual gue lihat si munafik ini." Kata ali sambil melangkah menjauh.

"ayo mbak." ajak mala.

aku menggelengkan kepala karena masih merasa takut dengan ali, aku juga tak pantas bila masih memanfaatkan kebaikan mala. memang semua yang dilakukan ali kepadaku pantas kuterima, tapi bagaimanapun aku juga memiliki hati. sesadar apapun aku bila itu pantas, tapi aku tak bisa berbohong bahwa hatiku menjadi sakit karena hujatan ali.

"aku pulang sendiri saja, aku naik bis." ucapku sambil menghapus air mata dan berusaha berdiri sendiri.

"tapi..."

"mala, aku gak mau ali terus marah gara gara aku. apalagi kalo kamu sampai kena." kataku meyakinkan mala. apa apaan dia masih bersikap sangat baik kepadaku setelah mengetahui kebohongan yang selama ini aku buat.

"yaudah, aku temenin naik bus." kata mala. kutatap mala sejenak yang juga menatapku, tak ada kebencian sedikitpun dimatanya.

"kamu tak membenciku?" tanyaku.

"mbak, buat apa aku membenci mbak ulya?. mbak ulya saja sudah mengakui kesalahan mbak ulya dan berjanji akan berubah. itu sudah lebih dari cukup, jarang orang yang mau mengakui kesalahannya. tapi mbak ulya mengaku dan berjanji berubah, itu hebat." jelas mala tersenyum hangat. aku menunduk, apakah benar masih ada orang sebaik mala ini? hatinya sungguh mulia, tak ada sedikitpun dendam. walapun dia tak terlihat seberapa cantik, tapi hatinya sangat cantik dan ali benar benar beruntung bisa memiliki kekasih sepertinya.

"ayo mbak, pulang." ajak mala menarikku. tapi aku tetap diam, tak ingin semakin merasa bersalah.

"mala, sebaiknya kamu segera pulang bersama ali." pintaku.

"aku temani mbak ulya."

"stop bersikap baik kepadaku. kamu membuatku merasa semakin bersalah, biarkan aku sendiri dan mengintropeksi diri." tegasku.

"tapi mbak..."

"mala." panggil ali memotong ucapan mala. "biarin saja, sekarang kita cepet pulang." ucap ali menarik tangan mala menjauh. kuhembuskan nafas perlahan menatap kepergian willy dan mala.

kuedarkan pandangan kesekeliling tempat yang sekarang kupijaki. tempat asing yang baru pertama kulihat, tak ada satupun orang yang kukenal dan akupun tak tau sekarang harus melangkah kemana. sekarang yang bisa kulakukan adalah terus melangkah walupun aku tak tahu arah. kakiku bergerak asal keluar dari tempat ini.

terik panas matahari terasa menyengat kulitku. tenggorokanku terasa kering kehausan. peluh biji jagung membasahi baju yang kukenakan. sekarang aku benar benar bingung harus melangkah kemana. aku tak punya apapun, hp aku tak punya. bahkan uang sepeserpun aku tak membawa, sanak saudara? jangan bercanda. dari sd aku sudah dipondok dan aku tak mengenal bahkan tak tau yang mana saudaraku dan tidak. aku duduk ditrotoar, diam menatap sekitar. lalu lalang kendaraan yang membuat bising.

sekarang aku benar benar tak tahu harus kemana. tiba tiba mataku menatap sebuah bangunan megah yang nampak sepi. aku tersenyum, setidaknya disini masih ada masjid. rumah Allah tempat berbagi keluh kesah, tanpa ragu akupun bangkit melangkah menuju masjid. kupercepat langkahku tak sabar segera mendamaikan hatiku dengan air wudlu yang sejuk dan beberapa rokaat sholat sunnah yang mendamaikan.

dengan senyum yang indah kumasuki rumah Allah ini, tujuanku langsung menuju tempat wudlu. aku mulai berwudlu sekalian berharap agar kesedihanku ikut terbasuh pada setiap basuhan anggota wudlu. setelah selesai wudlu sejenak kutata penampilanku setelah rapi aku segera berjalan masuk kedalam masjid bagian perempuan. tapi betapa terkejutnya aku saat tubuhku mendapat dorongan, belum sempat aku meringis kesakitan karena punggungku menatap tembok, sebuah tangan telah membekap mulutku. dan mataku membulat melihat orang yang telah berani memperlakukan ku seperti ini.

"apa kabar sayang...?" tanya alnord tersesnyum menyeramkan. Reflek aku berontak melepas alnord.  Jantungku berpacu ketakutan, mengingat terakhur berjumpa dengan alnprd adalah keadaan yang sangat buruk.

Kupukul pukul tangannya berusaha melepaskan diri. Tapi alnord malah mencengkram kedua tanganku dengan tangankiri dan membungkam mulutku dengan tangan kanan serta kakiku tak luput ia tahan dengan kakinya. Membuatku terkunci tak bisa berbuat apapun.

"gue bakal lanjutin yang kemaren sayang." ucapnya berusaha mengecup keningku, tapi berusaha kugelengkan kepalaku menghindari perlakuan alnord.

Walaupun aku tak bisa berteriak tapi setidaknya aku sekuat tenaga nerusaha bergerak gerak melepaskan diri dari alnord. Entah mengapa aku positive thinking akan selamat karena aku sekarang berada dlm rumah Allah, maka pasti Allah juga akan menjagaku.

Tapi tiba tiba tangan alnord melepaskan tanganku dan memukul punggungku keras, membuatku terjatuh meringis kesakitan. Kepalaku tiba tiba terasa sangat pusing dan pandanganku muli buram.  Alnord tersenyum puas, ia tarik tubuhku sehingga telentang. Aku benar benar lemas tak berdaya. Sekujur tubuhku terasa sakit dan kepalaku terasa sangat pening. Mataku perlahan mulai terpejam saat alnord mulai mendekatkab wajahnya dengan wajahku hendak menciumku. Ya Allah...  Engkau sebaik baiknya pelindung...

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang