part 45

85 7 4
                                    

Kutatap terus hp pemberian mas arra. Dalam otakku berfikir, bahwa aku tak boleh terus terusan terlarut seperti ini. Akhirnya kucoba menghubungi mas arra berkali kali tak kunjung diangkat, kukirim chat juga gk dibaca. Kuputuskan bangkit segera mengenakan krudung dan melangkah cepat keluar kamar untuk mencari mas arra.

"mas riski." panggilku segera setelah melihat laki laki tersebut akan masuk kedalam kawasan pondok putra. Mas riski terus berjalan mempercepat langkahnya seperti tak mendengar panggilanku dan menghindar dariku. aku segera berlari dan berteriak memanggilnya, tetap tak direspon. Sampai akhirnya aku berhasil menarik baju belakangnya.

"mas arra dimana mas?" tanyaku langsung tak ingin basa basi. Mas riski berhenti dan berbalik melihatku sambil tersenyum menggarul tengkuknya.

"eh, neng ulya." ucap mas riski tersenyum kaku.

"dimana mas arra? Mas riski pastinya tahu. Dimana mas arra mas?" tanyaku lagi dan pastinua dengan wajah panik dan mata yang masih bengkak.

"ngapunten neng, kulo boten ngertos wonten masalah nopo njenengan kalehan gus arra, kulo namung jagi amanah saking gus arra." jelas riski menundukkan wajahnya takut.

"tolong mas. Masalah kami gak bakalan selesai kalo gak ada kejelasan." melasku memohon. Mas riski terdiam sebentar.

"seharusnya neng ulya ngertos sak niki gus arra teng pundi lak suasana atine ngoten."jelas mas riski segera melangkah masuk pondok putra membiarkanku berfikir sendiri.

Kugaruk garuk kepala sambil berfikir dan akhirnya tidak lama dikepalaku muncul sebuah ide. Tao menunggu apapun kakiku langsung bergegas membawaku ketempat dimana otakku sedang memikirkannya.

#

Aku berjalan gontai menuju rumah, rasanya tenagaku terkuras habis ditambah seharian ku belum makan. Satupun aku tak mendapatkan hasil dari usaha ku mencari suamiku. Perut yang lapar dari tadi aku abaikan agar dapat segera bertemu dengan mas arra, tapi malah pencarian tak berhasil.

"assalamualaikum." salamku masuk rumah dengan langkah gontai sambil memegangi perutku yang terasa perih akibat mag kambuh.

"dari mana saja kamu?" tanya abi yang duduk disofa ruang tamu bersama umi.

"mencari mas arra." jawabku lemah sambil terus melangkah.

"siapa alnord?" tanya abi dengan suara dinginnya yang baru kusadari. Jantungku langsung berdebar ketakutan, dan langkahku terhenti. Rasanya tubuhku terasa semakin lemas.

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Tidak lama sosok jangkung berdiri didepanku.

"siapa alnord?" tanya abi lagi yang kini berada tepat didepanku. Tubuhku yang sudah gemetar semakin gemetar mendapatkan pertanyaan tersebut dari mulut abi.

Semakin kutundukkan kepala ketakutan. Semakin kupejamkan mata menahan rasa ketakutanku yang amat besar.

"abi tanya, siapa alnord?!" tanya abi lagi yang mulai meninggikan suaranya. Tubuhku semakin gemetar kelaparan dan ketakutan.

"maafin ul-" sebuah tamparan keras menghentikan ucapanku dan membuat tubuhku terhuyung kesamping. Aku yang kehilangan keseimbangan kontan saja langsung jatuh. Rasanya sungguh sakit, sakit di pipi, dibadan bahkan dihati.

Tubuhku terasa semakin lemas dan air mataku keluar dengan refleks. Sesenggukan kecil mengikuti air mata yang mulai membasahi pipi.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang