part 24

108 7 0
                                    

bau harum masakanku memenuhi dapur. padahal aku hanya memasak nasi goreng saja, karena hanya itu yang aku bisa masak sekarang. dan karena umi tidak berada dirumah maka aku masak sendiri sekarang untuk kumakan dengan suamiku. dia sekarang masih berada dalam kamar, setia bergelut dengan kitabnya yang bertumpuk. aku kembali tersenyum memikirkan mas arra yang akhir akhir ini sibuk karena progam beasiswanya. ia sering pulang larut untuk mengurus beasiswa dan keberangkatannya di mesir. sekali dirumah, ia sibuk dengan buku dan kitabnya yang bertumpuk tumpuk. sampai tak tega aku melihatnya selalu terlelap kelelahan. dia benar benar pribadi yang gigih.

tiba tiba sepasang tangan memeluk perutku dari belakang membuatku terkejut. dagunya ia letakkan dibahuku, reflek aku menoleh dan mendapati mas arra lah biangnya. jantungku langsung berdebar saat mas arra mengecup pipiku.

"masak apa, sayang?" tanya mas arra yang membuatku benar benar tak bisa mengendalikan irama jantung. ini merupakan pertama kalinya mas arra memanggilku sayang. segera kuambil kesadaranku karena aku tak ingin hal buruk terjadi pada masakanku.

"apaan sih, mas. aku sedang masak ini." gerutuku mencoba melepas tangannya yang semakin erat memeluk tubuhku, dan pastinya semakin membuat jantungku memberontak ingin meloncat loncat.

"kalo pengen masak, masak aja. aku kan hanya meluk kamu. bukan megangin tangan kamu." kata mas arra yang semakin manja di bahuku. rasanya aku sekarang mati gaya, dengan gugup kuaduk nasi goreng dipenggorengan agar tak gosong.

"kamu cantik, aku beruntung." kata mas arra membuatku terdiam salah tingkah.

mas arra mengambil alih spatula dan penggorengan menggantikanku memasak. ia tersenyum karena aku pasrah saja, memang aku tak bisa berbuat apa apa karena rasa gugupku sekarang.

"mas, kamu duduk aja deh. jangan gangguin aku." gerutuku mengambil spatula kembali. tapi tiba tiba mas arra mematikan kompornya. ia memutar tubuhku dan mengecup bibirku sekilas. aku membeku mendapat aksi mengejutkan dari mas arra, aku terdiam ditempat.

mas arra tesenyum sambil melangkah mengambil mangkuk. ia tuangkan nasi gorengnya dalam mangkuk dan membawa menuju mejamakan.

"mau sampe kapan berdiri disitu. ayo makan." aku langsung tersadar, pipiku terasa panas. kusembunyikan kegugupanku dan segera melangkah untuk duduk disamping mas arra. kuambil piring dan mengisinya untuk mas arra.

"lain kali, jangan ganggu ya mas kalo aku lagi masak." gerutuku menyerahkan piring.

"akukan pengen meluk kamu. emang itu salahya?"

"salah, kalo dilakuin waktu aku masak." tegasku salah tingkah.

"oh, berarti kalo didepan orang banyak boleh dong." mas arra tersenyum lebar menatapku.

"mas arra!"

"iya iya, maaf." mas arra mengalah. "aku laper, ayo makan." mas arra segera melahap nasi goreng buatanku.

sebelum makan aku mengatur nafasku terlebih dahulu, ini semua karena ulah mas arra membuat jantungku mengeluarkan irama tak wajar. setelah aku agak tenang, aku mulai melahap nasiku. tapi tak lama bayangan sikap manis mas arra akhir akhir ini membuatku tersenyum sendiri senang.

dia, kulitnya yang putih, jambangnya yang mulai menebal, rambutnya yang gondrong, matanya yang tajam. ya, dia inilah suamiku. yang dikagumi dan ditakuti banyak santri, tak peduli ia pernah mempunyai niat untuk melamar aisyah sebelum menikah denganku. mas arra tetaplah suamiku yang mencintaiku, dialah yang akan menuntuk aku dan anak anak kami menuju surga Allah.

"ulya." panggil mas arra membuyarkan lamunanku. aku segera menoleh ketempat mas arra, tapi aku tak menemukan tubuh mas arra. aku kembali menoleh kesisi sampingku mencari sosok mas arra.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang