part 30

105 6 0
                                    

Tawa ku dan risa memenuhi kamar tamu ini. Kami terus bercanda mengingat kekonyolan kami dipondok, mengingat masa suka duka dipondok. Sampai tak terasa jam telah menjukkan pukul 23.30, maka kmi menyudahi canda tawa dan merebahkan tubuh diatas kasur menatap langit angit kamat.

"ulya, ternyata lo bener bener punya pondok ya. Seperti yang dikatakan orang orang." kata risa kagum.

"punya orang tuaku, iya kalo aku bisa nerusin. Kalo enggak?"

"naudzubillahimindalik. Lo pasti bisalah." kesal risa. Aku tersenyum, menatap risa yang kesal. Dia seperti bukan lagu seorang sahabat, melinkan ia sudah seperti seorang saudara perempuan untukku.

"lo beneran nih gak papa tidur sama gue?, suami lo ngizinin nih?"

"gak papa, lagian mas arra pasti ngizinin. Katanya yang penting aku seneng." ucapku tersenyum sekaligus pamer kesosweetan di depan risa.

"iya dah yang punya pasangan, jomblo macam gue mah, bisa apa." keluh risa membuatku tersenyum dan memeluknya. "eh btw, gimana hubungan lo sama mas arra? Udah ada isinya belum perut lo? Sebentar lagi gue ada ponakan dong? Berapa bulan?" pertanyaan serbuan risa membuatku terdiam. Perlahan ku tersenyum ketir mengingat perlakuan cabul alnord. Ia melakukan dengan paksa padahal mas arra saja belum melakukannya kepadaku. Ku pegang perutku sendu, benar benar aku tak ikhlas bila dalam perutku situmbuhi sperma alnord.

"ya..., lo kenapa?" tanya risa menepuk tanganku pelan.

Aku bangkit dari dudukku dan menyandarkan badanku. semua pertanyaan risa membuatku teringat kembali perlakuan kurang ajar alnord, menyadari wajah sedihku risa segera bangkit dan duduk didekatku sambil memegang pundakku.

"kalo lo ada masalah, cerita sama gue. gue siap jadi tempat keluh kesah lo." kata risa mengusap pundakku.

tanpa komando air mataku meluncur lepas membasahi kedua pipiku. kupejamkan mataku berusaha membuang jauh ingatan tentang alnord.

"senggaknya lo bisa ceritain kegue, biar beban dipundak lo itu berkurang. walaupun gak sepenuhnya." kata risa menarikku kedalam pelukannya.

apa iya kau harus menceritakan ini kepada risa, tapi aku takut bila ia marah dan tak mau berteman lagi denganku. kututup muka ku menggunakan kedua telapak tanganku menyembunyikan tangisku. aku menyesal dan sangat kesal mengingat masa laluku bersama alnord. laki laki brandal yang telah membutakanku dari indahnya islam. padahal jelas jelas aku adalah seorang santri, aku seorang putri kyai, aku seorang pengurus, aku seorang neng. apakata semua orang terutama semua santri bila tau aku seperti ini. aku yang terkenal sangat polos dan tak kenal lelaki bisa bisanya melakukan hal brandal bersama seorang lelaki yang brandal pula.

risa terus mengusap pundakku bingung bagaimana cara menenangkanku, karena aku memang jarang sekali menangis didepan risa bahkan semua orang. 

"nangis aja kalo itu emang bisa membuat lo tenang, tapi kalo nangis gak ada gunanya dan hanya menambah luka dihati lo. mending sekarang lo hentiin hal yang gak berfaedah ini. lo masih punya Allah, ya. tempat berbagi keluh kesah kaum islam." tenang risa yang membuatku sedikit tenang dan membenarkan kata katanya.

aku sadar ini tak ada faedahnya sedikitpu, membuat orang disekitarku tambah khawatir. terlebih lagi mas arra yang sangat panik bila mengetahui aku menangis. kuhapus air mataku berusaha menghentikan sesenggukanku. perlahan kutatap mata risa yang menatapku sendu seakan ikut merasakan kesedihanku juga.

"kamu bisa jaga curhatanku?" tanyaku sebelum benar benar membuka semuanya didepan risa.

"insyaAllah ya. gue siap nerima amanah lo." kata risa mengusap punggungku.

perlahan kuatur nafasku menstabilkan suasana hatiku. akan kubagi semua kisah kebrandalanku kepadarisa, sahabat yang telah menjelma menjadi saudaraku. tak perduli dia akan marah dan menjauhiku yang penting aku sudah menceritakan dan membagi beban hidup. aku yakin risa adalah orang yang sangat amanah dan tak akan membocorkan curhatanku.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang