part 14

160 9 1
                                    

ku buka pintu kamarku perlahan, sekarang jam menunjukkan pukul 04.30 sore jadi umi dan abi belum pulang dari mengajar. aku masuk rumah dengan mudah, tapi saat aku berada dalam kamar untuk mencari mas arra tak ku temukan sosoknya. tak tau kenapa kuputuskan keliling rumah setelah melaksanakan sholat dhuhur qodo' dan sholat ashar untuk mencari mas arra. kupanggil namanyapun tak ada jawaban.

tak menemukan mas arra, akhirnya kupuskan untuk berdiam diri dikamar menunggu mas arra sambil mendarus Qur'an. tak terasa adzan maghrib berkumandang, kuhembuskan nafas memandang pintu kamar berharap mas arra segera membukanya. aku sendiri tak tau kenapa aku tiba tiba khawatir kepada mas arra. padahal belum pasti saat inipun mas arra memikirkanku juga.kuputuskan menunggu mas arra.

"sayang..., ayo makan." ajak umi karena aku tak kunjung keluar. kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.10 malam dan mas arra tak kunjung pulang.

"iya umi, sebentar lagi ulya nyusul." jawabku. 

segera kulaksanakan sholat maghrib, karena mungkin mas arra telah sholat maghrib dulu di masjid. setelah itu aku segera keluar karena pastinya semua sudah menungguku di meja makan. tapi lagi lagi aku tak menemukan sosok mas arra, hanya ada umi dan abi di ruang makan.

"loh, mas arra dimana?" tanyaku segera duduk.

"kok nanya umi?" tanya umi tersenyum, aku meletakkan kedua tanganku diatas meja sebagai tumpuan kepalaku yang kuletakkan diatasnya. aku memanyunkan mulut kesal, sekarang mas arra kemana ya.

"jelek banget anak abi."kata abi tersenyum melihatku. aku tak menjawab membuatabi mengusap kepalaku lembut.

"mas arra kemana abi?" tanyaku. sebenarnya aku sendiri bingung kenapa aku memikirkannya dari tadi, mungkin karena aku telah terbiasa aja kali terus bersama mas ara, dan terus terusan lihat mas arra didekatku.

"dia udah besar, nanti juga pulang sendiri."kata abi. tapi aku tetap diam, berfikir mas arra dimana sambil memandang umi dan abi yang sudah mulai makan. " makan dulu sayang." ingat abi. mas arra udah makan belum ya, dia sekarang sedang apa? apa juga sedang memikirkan aku. atau jangan jangan dia seneng seneng karena gak bersama aku.

"sayang, makan." ingat umi yang tetap tak ku beri respon apapun.

"tadi siang dia izin kemakam orang tuanya."berita umi yang mungkin sudah tak betah dengan sikap diamku. aku langsung melihat umi.

"siang?, tapi ini udah maghrib." aku bingung.

"mungkin sekalian nengok panti." jelas abi.

"iya, lagian tadi adeknya juga mampir kesini nyari arrazi." lanjut umi.

mataku terbelalak terkejut. ali kesini, aduh kenapa aku jadi sangat menyesal karena keluar hari ini. aku sangat penasaran dengan wajah adek iparku itu. mas arra juga kenapa gak bilang aku kalo hari ini pengen kemakam mama sama papa. kalo bilangkan mungkin aku bisa nunda, aku gak pernah diajak kemakam mama papanya, gak pernah diajak ketemu adeknya. 

"aku nunggu mas arra saja." ucapku segera bangkit dan melangkah masuk kamar.

aku duduk diatas kasur dengan perasaan sangat resah, padahal baru saja aku dan alnord sangat bahagia sampai lupa akan mas arra. kubangkit berjalan menuju meja yang sering digunakan oleh mas arra. kitab kitab kuning mas arra yang ssuper tebal berserakan terbuka diatas meja. dia benar benar kutu kitab, apa gak pusing tiap hari lihat kitab kuning kosong seperti ini? gak salah sih abi mencarikan aku suami seorang yang sangat faham dan mahir ilmu agama. aku tersenyum dan segera merapikan kitab mas arra, tapi sesuatu menarik perhatianku. sebuah kertas yang terselip diantara lembaran kitab. karena kepoku yang telah over maka akupun segera mengambil dan melihatnya.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang