part 43

90 7 7
                                    

Tanganku terus ditarik membuat tubuhku terseret semakin masuk area diniah. Kuberusaha melepaskan genggamannya, tapi itu semua percuma karena dia menggenggamku erat.

"to-" saat aku akan berteriak meminta tolong tiba tiba ia menghentikan langkahnya dan menatapku tajam.

"lo teriak semua tentang kita bakal terbongkar didepan semua santri lo!" ancam laki laki tersebut yang tak lain adalah alnord. Jantungku berdebar ketakutan melihat mata menyalaknya. Dia kembali menarik tanganku sangat kasar menuju ujung area, gudang.

"lepasin aku..." pintaku merintih kesakitan. Alnord mendorong tubuhku sehingga jatuh dan membuat punggungku terbentur tembok.

"enak aja lo bilang lepasin." gerutu alnord tersenyum. Ku lirik arah pintu, aku harua bisa lari dari alnord. Aku harus bisa kabur bagaimanapun caranya.

Kukumpulkan keberanianku dan segera berlari ke arah pintu, tapi dengan cepat alnord menahan tubuhku dan didorong dengan kuat sampai punggungku terbentur tembok dengan keras. Ku abaikan rasa sakit ini dan secepatnya aku kembali berusaha kabur dan berteriak minta tolong. Sampai alnord mrncengkram leherku.

"dengan lo teriak, itu nimbulin keuntungan buat gue. Saat semua udah ngumpul disini, gue tinggal bongkar hubungan kita dan kebejatan lo." ancam alnord membuatku seketika bungkam. Perlahan alnord tersenyum dan melepaskan cengkramannya. Tak menyiakan kesempatan tersebut aku kembali berusaha kabur, tapi secepat itu pula tangan alnord memdorong tubuhku begitu pula seterusnya saat aku terus berusaha kabur.

"lepasin aku!" teriakku terus berusaha. Alnord yang mulai geram mendorong tubuhku dengan kuat.

Tubuhku merosot jatuh, terduduk lemas diatas lantai berdebu. Kurasakan gemetar diseluruh tubuhku ketakutan, aku tak ingin alnord kembali melakukan apa yang pernah dilakukan kepadaku.

"diam lo!!! Gue pukul ato diam?!" bentak alnord yang seketika membuatku merinding ketakutan.

"biarin aku bahagia bersama suamiku. Biarin aku hidup tenang tanpa maksiat. Tolong lepaskan aku." suaraku melemah takut. Tubuhku rasanya sakit semua, mataku mulai terasa panas. Alnord terkekeh, ia duduk jongkok didepankudan menarik daguku.

"enak bnget lo ngomong?" tanya alnord menatapku penuh ancaman, membuatku langsung memejamkan mata ketakutan. "ingat! Ini juga salah lo!" lanjut alnord penuh penekanan. Kulepaskan tangan alnord dari daguku dan meundukkan wajah, aku sekarang merasa sangt lemas.

"apa salah ku?" tanyaku.

"salah lo?!" tanya alnord balik dengan serigai menakutkannya.

"kenapa lo dulu terlalu murahan?" lanjut alnord membuat sesuatu menyakitkan terasa didadaku, rasa bersalahku berlipat ganda sekarang. Aku semakin menunduk menyadari sikap murahanku dulu.

"kalo lo gak terlalu murahan, pasti gue tau diri dan udah nglepasin lo." tegas alnord menarik daguku menatap tajam mata ketakutanku. Jantungku berdebar diliputi rasa ketakutan.

"aku ingin memperbaiki diri al." pintaku menatapnya berkaca kaca.

"terlambat!, lo gak boleh ninggalon gue kayak gini!!!" bentak alnord mengeratkan cengraman nya di daguku.

"lepasin aku al..." regekku melepaskan tangan alnord. Tapi tenaga alnord lebih kuat membuat usahaku melepas tangan alnord hanya menambah rasa sakit didaguku.

"asal lo tau. Lo gak pantes jadi istri si razi. Dia terlalu sempurna buat lo!" bentak alnord. Dengan sisa tenagaku ku tepis tangan alnord kemudian kuhapus bulir air mata yang mulai keluar dari mataku. Mas arra, yang kubutuhkan sekarang mas arra ada disisiku. Melindungiku dengan tangan kekarnya. Aku sangat mencintainya, entah itu kemarin sekarang ataupun esok.

"gue gak bakal nyia nyia in paras cantik lo." kekeh alnord.

"aku cinta sama suamiku al. Lepasin aku, biarin aku tenang..." aku memelas mengharap belas kasihan masih ada dihatinya.

"jangan terlalu munafik lo." kata alnord santai. "bilang kalo lo cinta sama gue ulya!" lanjut alnord penuh penekanan sambil menarik kepalaku agar mendongak menatapnya.

Ku pejamkan mata langsung saat melihat serigai menakutkan dari wajah alnord. Kutarik nafasku perlahan, aku harus mengahiri ini semua. Sandiwara yang tak ada ujungnya dan semua kemunafikan dan kebohonganku.

"kamu benar al, aku mencintai kamu. Aku menyayangi kamu, sangat ingin selalu berada didekat kamu. Selalu dan selalu, dan suamiku mas arra. Aku tak mencintainya sama sekali, bahkan aki sangat membencinya!" tegasku menatap alnord dengan mata menyalak setelah mengimpulakn keberanianku.

Alnord menghembuskan nafasnya perlahan dan tersenyum. Ia tarik tubuh mungilku kedalam pelukannya.

"aku juga mencintaimu sayang." balas alnord.

Sejenak aku diam terisak dalam pelulan alnord, sampai kurasa sudah cukup. Segera kuhapus air mataku dan mendorong tubuh alnord sekuat tenaga, membuatnya jatuh tersungkur.

"tapi itu dulu!!!" bentakku yang benar benar terbawa emosi. Alnord menatapku tak percaya.

"dulu aku buta sampai salah mencintai orang. Aku hanya mencintai mas arra dari dulu sampai sekarang aku hanya mencintai suamiku!" tegasku berusaha membuang semua rasa gentar.

Semua harus selasai sampai disini, alnord harus pergi melepaskanku dan membiarkanku hidup bahagia dengan mas arra. Alnord harus sadar kalo semua gak bisa berjalan sesuai kehendaknya, dan aku bukan lagi orang yang sama dengan dua tahun lalu yang selalu terbujuk rayuannya. Semua harus berubah dan berjalan kearah yang benar, meninggalkan maksiat yang pernah singgah.

"gak bisa! Gue merasa dirugikan!" gertak alnord bangkit. "gue udah nglakuin semuanya sejauh ini hanya buat lo!" lanjut alnord tak terima.

"aku gak pernah nyuruh kamu nglakuin itu, aku gak pernah menginginkannya." elakku.

"gue cinta sama lo! Dan ini semua gue lakuin cuma buat lo. Wujud dari pengorbanan cinta gue." alnord tetap tak mau kalah.

"kamu bilang ini cinta?" tanyaku ganti terkekeh. "ini bukan cinta al, ini namanya nafsu!" lanjutku penuh penekanan agar alnord segera sadar dengan apa yang dilakukannya.

"kalo kamu bicara tentang pengorbana cinta, seharusnya kamu relain aku hidup bahagia dengan orang yang benar benar aku cinta." lanjutku dengan tangis yang mengalir.

"aku ingin membenahi dan memantaskan diri agar aku tetap bisa terus bersama suamiku. Aku mencitai suamiku, sangat mencintainya melebihi apapun." lanjutku yang benar benar tak tahan dengan semua ini. Alnord diam, tal berucap apapun hanya menatapku. Aku menunduk menahan isak tangisku.

"ulya..."

"buktikan al!!!" bentakku yang telah berada diambang emosi. "buktikan kalo kamu benar benar mencintai aku!!!" lanjutku berhenti sejenak menahan isakku. "lepaskan aku dan biarin aku hidup tenang dan bahagia bersama suamiku." lanjutku lagi, alnord tetap diam menatapku. Ia seperti membeku tak tau harus berbuat apa.

Tak mau menyia nyiakan kesempatan aku segera melangkah cepat menuju pintu.

"perhi dari sini dan jangan pernah ganggu kehidupanku lagi." ucapku sebelum benar benar keluar dari ruangan ini.

Aku terus melangkah dan mempercepat langkahku. Sesekali tanganku terangkat berusaha menghapus bekas air mataku. Segera kumasuki rumah dan menuju kekamarku. Kututup pintu kamarku dan kemudian menyandarnya dengan kepala tertunduk, menstabilkan suasana hatiku.

Tiba tiba terdengar suara decitan ranjang tidurku. membuatku reflek mengangkat kepala melihat apa yang terjadi. Seketika mataku melotot melihat orang yang semetinya mustahil berada didepanku ini sekarang berdiri didepanku.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang