part 31

100 5 2
                                    

Mas arra duduk dibawah menyandar ranjang sambil fokus dengan kitabnya,  salah satu tangannya mengusap kepalaku yang berada dipangkuannya. Mataku fokus memandng wajah mas arra, walaupun dia terlihat sangat lusuh karena rambut dan brewok panjangnya. Tapi entah mengapa hatiku bisa dimiliki olehnya, entah mengapa kntung ini mulai berdebar tak karuan didekatnya. Bukan rasa takut, tapi gugup karena salah tingkah. Sebentar lagi, ia akan kemesir menggapai cita citanya. Membayangkn saja berat, apalagi bila nanti kujalani.

"Sayang, kamu gak bantu umi masak?" tanya mas arra melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7 lebih 25.

"malas mas, aku disini aja sama mas arra." jawabku tak melwpas pandanganku sama sekali dari mas arra.

Tiba tiba mas arra mengangkat kepalaku dan diletakkan diatas lantai. Kemudian ia bangkit meletakkan kitab diatas meja.

"mau kemana mas?" tanyaku yang segera duduk.

"bantu umi, gantiin istri malasku." jawab mas arra melangkah keluar kamar. Kuhembuskan nafas menyadari kesalahanku, aku segera bangkit dan melangkah cepat menyusul mas arra.

"jangan marah lah mas..." rajukku memeluk tubuhnya dari belakang.

"aku gak marah, kamu aja yang seenaknya." gerutu mas arra diam tak merespon pelukanku.

"mas arra jelek kalo lagi marah." ejekku.

"lebih jelek kamu kalo nangis." balas mas arra tak mau kalah. Aku mencebik kesal dengan ejekan mas arra, akhirnya ku gigit saja lengannya.  Mas arra memekik kesakitan sambil mengusap lengannya yang baru kugigit. Kulepas pelukanku dan tertawa melihat reaksi mas arrra.

"awas ya kamu." ancam mas arra mendekat padaku, tiba tiba gelitikan mas arra mendarat diponggangku. Reflek aku tertawa dan berlari menghindar, bukannya menyerah.  Mas arra malah tersenyum mengejarku seakan aku adalah mangsa yang menggiurkan.

Aku semakin terbahak dan mempercepat lariku. Tapi langkahku angsung terhenti ketika sampai di ruang makan. Aku terkejut melihat umi menyiapkan sarapan bersama risa. Belum berhenti keterkejutanku, mas arra malah menabrak tubuhku dari belakang dan segera memeluknya. Membuat umi dan risa menoleh melihat kami.

"jangan harap dapat ampun." bisik mas arra yang langaung menggelitiki ku tanpa ampun. Aku tertawa sambil memukul tangan mas arra berusaha menghentikan aksinya.

"umi..." teriakku berusaha meminta pertolongan sebelum aku terkencing dicelana.

"arrazi, ulya." panggil umi yang seketika menghentikan aksi mas arra.  Seketika mas arra melotot seakan baru sadar bahwa ada umi disini.  Kemudian ia menunduk dan bibirnya tertarik simetris melirikku.

"sukurin." Aku tersenyum sambil menyandarkan tubuh lelahku ditubuh mas arra.

"mentang mentang pengantin baru umi, tebar tebar kemesraan." canda risa tersenyum melihat kami. Aku tersenyum ragu menatap risa, bagaimanapun aku masih malu dan takut setelah semua kuceritakan kepadanya.

"loh, udah kumpul semua?" ucap Abi yang baru datang, kami tersenyum melihat abi.

"ya udah, ayo makan. Udah siap sarapannya." kata umi segera duduk. Kami menyusul dan duduk ditemat masing masing.

Acara makan pun dimulai tana ada suara apapun kecuali dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sampai tanpa terasa isi piring telah tandas berganti didalam perut.

"mbak risa asalnya mana?" tanya abi.

"jawa barat." jawab risa tersenyum.

"jauh sekali, kesini dengan siapa?"

"sama papa, kebetulan papa ada bisnis dikediri. Jadi saya sekalian ikut dan mampir kesini." jawab risa yang menimbulkan anggukan kepala abi.

"abi kekamar dulu." pamit abi bangkit dan melangkah pergi diikuti dengan umi. Risa sekarang memandangku dan mas ara bergantian sambil tersenyum membuat mas arra bingung.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang