part 26

122 10 1
                                    

tawa memenuhi ruangan yang aku tempati sekarang. aku sekarang berada dalam pondok tepatnya kamar mbak farah. dan sekarang aku sedang bercanda tawa dengan santri yang lain. selain untuk mengusir kegalauan ditinggal sendiri dirumah sama mas arra, aku juga merindukan suasana pondok sih. melihat kejailan santri, mendengar banyolan menggelitik, memang penuh kenangan bila kita pernah merasakan pahit manis dipondok pesantren.

"gus arra itu beruntung banget ya dapat neng ulya." ucap tika tersenyum kearahku.

"iya, udah cantik, sholehah, baik, ramah, murah senyum, pintar, pokoknya versi lengkap deh." puji diva menggelengkan kepala kagum.

"mbak mbak ini bisa saja, saya yang beruntung bisa dapet suami seperti mas arra." memang betul, aku yang seharusnya bersyukur. aku yang telah cacat karena kebrandalanku, kemunafikanku. sebenarnya tak pantas masih bersanding dengan mas arra. tapi bagaimana lagi sekarang, aku terlanjur nyaman dan perlahan mulai mencintai mas arra.

"jangan merendah terus, dek. orang emang arrazi yang beruntung, aku aja pengen seperti kamu. masih muda tapi udah hafidzah, pinter kitab, baik hati, dan cuantik." tambah mbak farah.

"iya, neng jangan suka merendah terus. kita udah tau faktanya." kata diva.

"andai aja saya punya wajah cantik seperti neng ulya. pasti udah saya kedip kedipin semua santri putra." kata roudhoh menatapku.

"udah mbak, jangan dipuji terus. saya takut menjadi riya'." hentiku tersenyum.

"iya iya." akhir mbak farah. " ya udah ayo siap siap sholat isyak. sebentar lagi adzan." ajak mbak farah. kami mengangguk.

"kalo gitu, aku kerumah bentar. wudlu sama ambil mukena dan qur'an." izinku.

"perlu dianterin, dek?" tanya mbak farah.

"gak perlu mbak. aku sebentar doang."jawabku.

"aku anterin aja. gak papa kok." 

"gak perlu mbak, mbak farah wudlu, pake mukena dan ambil qur'an juga aja. nanti kita bertemu di masjid." saranku.

"tapi..."mbak farahh nampak khawatir. keningnya berkerut nampak sedang berfikir.

"mbak, gak perlu khawatir lagi. paling aku cuma lima menit." tenangku.

"yaudah, hati hati ya." akhirnya mbak farah mengalah.

aku segera bangkit dan melangkah pergi menuju rumah. aku menjadi merasa tak enak atas pujian santri santri tadi. bagaimana jika mereka semua tahu bila aku pernah mempunyai hubungan dengan lelaki brandal dan ikut menjadi brandal karena selingkuh dari mas arra. aku tak sampai habis fikir, bila alnord datang kesini dan membongkar semuanya.

setelah selesai berwudlu, memakai mukena dan mengambil qur'an. aku segera melangkah keluar rumah untuk segera ke masjid menemui mbak farah yang tadi khawatir. saat sudah dekat pintu, tiba tiba terdengar bunyi ketukan pintu. keningku mengerut dan aku mendekat guna mempertajam pendengaranku, pintu rumah kyai diketuk? bukannya seharusnya sampai kyai keluar sendiri. tiba tiba perasaanku menjadi tak enak, tapi segera kuhilangi dan berkhusnudzon. kuputar engsel pintu dan membukanya. tiba tiba pelukan kudapat, membuat tubuhku terhuyung kebelakang.. terdengar suara pintu tertutup. ya Allah..., siapa yang telah memelukku.

"aku kangen kamu sayang..." suara itu, aku sangat mengenalinya. suara yang akhir akhir ini sudah tak pernah lagi kudengarkan. ini sudah tak salah lagi, jantungku berdebar ketakutan. segera kupertebal imanku dan kudorong tubuh alnord dari tubuhku.

"istighfar al!" perintahku memandang alnord kesal. tapi alnord malah semakinbingung dengan reaksiku. 

"emang salah ya aku kangen sama pacar aku?" tanya alnord.

"aku bukan pacar kamu, dari awal hubungan ini emang gak bener al. kita harus udahin dan hijrah." tegasku membuat alnord tersenyum kecut.

"jangan pernah bohongin hati kamu sendiri."

"kamu perlu tahu, al. aku itu istri mas mu!" tegasku menatapnya tajam.

bukannya kaget, ia malah tersenyum.

"trus kenapa?, aku udah tahu lagi. mas razi bakal nglakuin apa aja demi aku lagi." jawab alnord enteng. "oh ya. termasuk menceraikan kamu." lanjut alnord membuatku terbelalak kaget. 

"gak mungkin, mas arra sangat mencintaiku." sanggahku.

"mungkin kalo aku menceritakan semuanya, mas razi bakal menceraikan kamu." 

aku terbelalak. kutundukkan kepalaku bingung, sungguh aku tak ingin bercerai dari mas arra. jadi apa yang harus kulakukan sekarang.

"lanjutin peran kamu, ya. sandiwara kita belum selesai." kata alnord menggenggam kedua tanganku. gak, aku gak mau jatuh kedalam lumpur maksiat lagi. sudah cukup, aku benar benar ingin berhijrah.

"jangan bodohi aku lagi dengan rayuan mu. sudah cukup maksiat yang kulakukan selama ini." tolakku melepas tangan alnord.

"aku mencintai kamu ya. gak peduli kamu istri mas aku." kata alnord.

"aku bilang jangan lanjutin, aku kakak iparmu. aku mencintai mas mu." ucapku.

skenario apa yang Allah berikan kepadaku, kenapa alnord harus kembali dalam kehidupanku yang telah terasa manis bersama mas arra. kenapa juga aku dulu sangat munafik, kenapa aku harus mempunyai hubungan dengan alnord, dan parahnya kenapa aku harus kenal dengan alnord. aku sungguh tak mau kehilangan mas arra, dan lebih parah aku tak mau mendapat kemarahan menyeramkan abi. aku menunduk menahan tangisku yang sedari tadi aku pendam.

alnord mencengkram kepalaku dan mendongakkannya. ia menatapku penuh amarah membuatku semakin dipenuhi rasa takut.

"lo kira bisa mutusin sepihak gini?." kata alnord penuh penekanan.

"lepasin al..." rengekku berusaha melepas tangan alnord dari kepalaku. dengan cepat alnord memajukan wajahnya ingin mengincar bibir merahku, secepat kilat pula aku menoleh menghindar dari alnord. langsung kulayangkan tanganku dengan cepat agar mendarat tepat dipipi alnord. dia gak bisa seenaknya bertingkah sesukanya, sebisa mungkin aku harus menjaga diriku.

"jangan kurang ajar kamu, al!!!" bentakku emosi. aku berharap membuat alnord takut dengan menggertaknya, tapi sebaliknya ia malah tersenyum menatapku sambil memegangpipinya yang baru kutampar.

tiba tiba tangan alnord bergerak dengan cepat menarik kerudungku sehingga terlepas, membuat rambut panjangku nampak dengan jelas. belum sempat kuekspresikan keterkejutanku, alnord telah mendorong tubuhku jatuh diatas sofa dengan kecepatan kilat pula alnord langsung menindih tubuh kecilku.

"tolong...!!!" teriakku reflek karena rasa takut telah mendominanku. alnord bekap mulut dan hidungku membuatku kesulitan bernafas. aku meronta ronta berusaha lepas dari alnord tapi semakin aku meronta semakin kuat cengkraman alnord dan sampai rasanya tubuhku lemas karena kehabisan nafas. 

'krak...' alnord berhasil merobek bajuku.  ia tersenyum dan melepas tangannya dari mulut dan hidungku. ia pandang penuh nafsu tubuhku yang penutupnya telah dirobeknya dengan kasar. tanganku berusaha menutupi tubuhku, tapi alnord langsung mencengkram kedua tanganku dan diletakkan disamping kepalaku. suara serakku meminta tolong, walaupun terdengar sangat lirih karena aku sudah merasa lemas.

"rasanya gak bakal sakit, sayang." bisik alnord membuat sekujur tubuhku merinding. Allah..., hanya kepada Mu aku meminta pertolongan. ciuman alnord mendarat dikeningku, dan bersamaan itu pula kepalaku terasa sangat sakit. Ya Allah.., kupasrahkan semuanya kepada Engkau. aku tau, Engkaulah sang maha penolong, Kau pasti tak akan membiarkan hambamu berada pada kedholiman. semakin lama kepalaku semakin terasa pusing dan berat, dan saat ciuman alnord turun dipipiku rasanya aku tak sanggup lagi untuk bertahan.

"maafin ulya mas." ucapku sebelum benar benar tak sadar karena pingsan.

si eneng brandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang