Hyunjin membidik wajah Sehun di sana, berulang kali timah panas itu mengenai wajah Sehun yang di tempel di dinding.
"Gue akan hancurkan lo" Desis Hyunjin yang memborbardir foto Sehun disana dengan senapannya.
Hyunjin mendengus dan melepaskan kacamata serta penutup telinganya. Bayangan semalam masih teringat, dimana Sena menangis pilu di bawah kukungannya, dan sorot mata Sena penuh rasa bersalah kepadanya.
Haruskah Sena menatapnya dengan demikian? Sedangkan yang saat itu tengah melakukan kesalahan adalah dirinya, Hyunjin.
Hyunjin mengusap kasar wajahnya, lalu ia keluar dari ruangan itu meninggalkan senapannya.
"Jin, apa sebaiknya kita bawa Jisung ke Rusia? Pengobatan disana lebih bagus" Ujar Jaemin.
"Siapa yang jagain disana? Gue enggak bisa pergi lama-lama dari korea"
Jaemin terdiam, mereka semua memang merasa khawatir pada Jisung, mereka akan melakukan apapun untuk kesembuhan Jisung.
"Apa perlu gue ijin ke Willis? Siapa tau dia mau bantu"
"Lo lupa? Willis yang membuat Jisung seperti itu" Ujar Hyunjin, dan Jaemin menghela nafasnya.
"Semenjak kedatangan Sena, Ares hancur" Gumam Jeno yang memancing Hyunjin. Sebab, Jeno tahu bahwa Hyunjin menaruh perasaan pada Sena sejak awal Sena datang kemari.
Hyunjin menatap Jeno dengan tajam, sudah sebulan ini Hyunjin menahan amarahnya, sebab sekarang ia tahu bahwa yang membunuh orang tuanya adalah Jeno, atas dasar perintah Sehun.
Hyunjin tidak bisa menyalahkan Jeno sepenuhnya, sebab ia merasakan di posisi Jeno saat hampir membunuh Ayah Sena, ia tidak tahu bahwa itu adalah ayahnya Sena. Namun tetap saja, rasa marah dan kecewa ia rasakan saat ini, tapi ia terus menahannya sampai Jeno mau mengakui semuanya.
"Kita gak perlu bahas Sena" Gumam Jaemin seraya melirik Hyunjin.
Hyunjin menghela nafasnya "kerja seperti biasa, Jisung bakal baik-baik aja" Ujar Hyunjin, lalu ia memasuki kamarnya.
Changbin menuruni tangga, ia terlihat lesu. "Gue mau nemenin Jisung hari ini, apa ada job nanti malam?" Tanya Changbin.
"Gak ada" Sahut Jaemin.
"Gue mau nginap disana" Ujar Changbin, dan Jaemin mengangguk.
**
Sehun menghela nafasnya, lalu melepas sarung tangannya yang sudah penuh dengan darah.
"Urus sisanya" Gumam Sehun seraya memandang mayat pria tambun yang hampir putus di bagian lehernya.
"Baik tuan" Sahut Daehyun, lalu Sehun pergi dari ruangan itu.
Entah kenapa, ia merasa segar kembali setelah melihat darah yang mengalir dari pria tadi, sudah lama ia tidak membunuh siapapun sejak saham di perusahaannya turun drastis.
Sehun menuruni tangga, dan ia mengerutkan dahinya saat melihat gadis yang selama ini ia siksa datang dengan santainya.
"Sebuah kehormatan kamu pulang, Oh Sena" Gumam Sehun seraya menyeringai kecil, ia juga memijat telapak tangan kanannya.
Sena menatap Sehun dengan dingin "aku datang untuk menyampaikan ini" Ujar Sena seraya menaruh map coklat di atas meja, lalu Sehun meraihnya dan membukanya.
Sehun pun membaca isinya yang membuatnya mengeraskan rahangnya, lalu menatap Sena dengan tajam.
"Apa hubungannya kamu dengan Dynamic?" Tanya Sehun, lalu Sena melipat kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOT || Neverending Story ✔ +Hwang Hyunjin
Fanfiction[END] Han Sena, perempuan yang terjebak di kediaman Gengster bernama Ares, geng yang beranggotakan 6 laki-laki brandalan yang tengah di buru oleh Polisi. Ares adalah Geng pengedar barang ilegal, pencuri, dan pembunuh bayaran. Mereka tidak pernah se...