"It always annoys me. And can make me feel ashamed because of his words."
***
Seperti hari-hari biasanya, Alex akan selalu membangunkan gadis pemalas satu itu. Ia menghampiri Reysa yang masih terlelap dengan selimut tebal yang membungkus tubuh gadis itu.
Ia mengamati wajah Reysa yang terlihat pucat. Membuat tangannya terulur untuk mengecek suhu tubuh gadis itu.
"Panas." gumam Alex, kemudian berlari keluar kamar gadis itu.
Dari lantai atas Alex berteriak. "MA, REYSA SAKIT!" teriakan itu menggema seluruh ruangan rumah itu. Rina yang mendengar, langsung menghampiri mereka.
Rina mengecek suhu tubuh Reysa. Ternyata benar apa yang dikatakan Alex. "Kamu panggil doktet Al." perintah Rina yang merasa khawatir. Alex mengangguk dan segera menelephone dokter.
Meysa, dokter yang Alex telepon tadi mulai mengecek kondisi gadis itu. Ia bingung harus mengatakan apa pada mereka.
Bagaimana ini Reysa? Ucap dokter Meysa membatin.
Dokter Meysa menghela napas pelan, sebelum akhirnya berucap. "Dia hanya demam biasa. Mungkin karena terlalu lelah." jelas dokter Meysa.
"Saya buatkan Resep obat dulu. Nanti kalo sudah bangun jangan lupa suruh dia makan, dan kasih obat yang saya berikan agar demamnya cepat turun." jelas Meysa. Rina mengangguk menerima kertas resep obat.
"Saya permisi." pamit Meysa pada Rina dan Alex.
"Terima kasih dok." ucap Rina. Dokter Meysa mengangguk, lalu beranjak dari sana.
Sedetik kemudian, gadis yang terbaring lemah itu tampak membuka kelopak matanya. Gadis itu mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya sekitar. Kepalanya terasa berdenyut dan sedikit pening. Ia memijat pelipisnya pelan, sampai akhirnya Rina sadar kalau Reysa sudah bangun.
Rina mendekat. "Sayang, makan ya? Terus minum obat. Bentar, mama buatin bubur dulu." ucap Rina, lalu pergi dari sana.
Setelah kepergian Rina, Reysa menyambar ponsel miliknya yang berada di nakas. Ia tau pasti Renald mengerimnya pesan. Dan benar saja, ada beberapa pesan yang dikirim laki-laki itu tadi pagi.
Reysa membuka roomchat itu.
Renaldsksd
Kok lama? Kenapa?
Lo marah?
Rey, kok gak bales sih?
Lo beneran marah sama gue? Maaf deh, bales dong.
Yahh, marah beneran?
Rey, gue bolos aja deh.
Rey,kok gak keluar-keluar sih?
Ya udah deh, gue nunggu diluar sampe lo keluar.Sontak pesan terakhir yang dikirim Renald membuat Reysa melotot. Apa-apaan Renald? Massa iya Renald masih berada diluar sekarang. Dengan kepala yang berdenyut, Reysa bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah balkon. Ia hanya ingin memastikan apa laki-laki itu masih berada disana.
Seketika Reysa melotot, apa Renald sudah gila? Reysa hanya geleng-geleng melihat kelakuan laku-laki itu.
Reysa mencari nama Renald, kemudian mencoba menelepon laki-laki itu. Ia menempelkan benda tipis itu didepan telinga. Menumpukan satu tangannya pada besi pembatas balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...