25. ENGAGEMENT

326 50 0
                                    

"Even to just cancel everything, he has no more guts."

****

Helaan napas dari mulut Aldi memecah keheningan ruangan itu. Teman kelas mereka tengah sibuk di kantin ataupun perpustakaan.

"Lo sebenernya yakin nggak sih tunangan sama dia?" tanya Aldi. Ia tidak mengerti dengan laki-laki itu. Mengapa mudah sekali berubah pikiran.

Padahal sebelumnya, Renald mengatakan kalau laki-laki itu begitu membenci Zeva. Dan nanti malam, mereka akan melaksanakan acara pertunangan.

Kadang ia bingung, laki-laki itu kadang memihak Reysa, kadang juga memihak Zeva. Tiba-tiba saja, Renald membentak dan marah pada Reysa. Padahal sejak awal, laki-laki itu yang salah.

"Kalo gue boleh jujur nih, Ren," Reno tampak memposisikan diri menatap serius pada Renald. "Lo tuh cowok labil. Sebentar-sebentar lo mihak Reysa. Dan sekarang, lo ada dipihak Zeva."

"Bahkan lo juga ngomong kasar ke Reysa." imbuh Reno.

Netra Renald memandang keduanya. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

Aldi berdehem. "Gini deh," ia memberi jeda sejenak. "Sejak awal, lo nggak mau tunangan sama Zeva. Dan lo bilang, Reysa punya cara buat gagalin pertunangan ini."

"Tapi yang gue bingung, kenapa lo masih santai-santai dan nggak pernah nanyain caranya ke Reysa?"

Yang ia lihat selama ini adalah, Renald tampak santai dan selalu menganggap bahwa yang dilakukan Reysa terhadap Zeva adalah salah. Bahkan ketika Reysa melakukan hal yang benar, laki-laki itu tampak marah dan membela Zeva.

"Ren, lo harusnya tanya ke Reysa. Dan, jangan lupa bantuin dia." Aldi tampak mengepalkan tangannya di bawah meja. "Lo nggak bakalan tau, Reysa dalam bahaya atau enggak kalau lo terus diem dan nunggu kabar dari dia."

"Reysa bukan tipe orang yang gampang nyerah sama apa yang perlu dia dapetin." untuk kesekian kalinya, ia harus bisa mencoba menahan emosinya setiap kali menasehati laki-laki itu.

"Lo kenal sama dia?"

Aldi terdiam. Laki-laki itu merapatkan bibirnya, tidak mau menjawab pertanyaan dari Renald. Ia hanya sedang emosi dan malah berbicara sampai jauh seperti ini.

"Jawab, Al. Lo kenal sama Reysa?" tanya Renald sembari menatap tajam Aldi. Laki-laki itu menggigit pipi dalamnya sembari menahan gejolak dalam dadanya.

Aldi masih diam ditempat. Untuk bersuara saja, laki-laki itu enggan.

Brakk!

Renald menggebrak meja, lantas menarik seragam Aldi. "JAWAB GUE, AL! LO KENAL REYSA?!"

Rahang Renald mengeras. Wajahnya sudah memerah dengan urat-urat yang nampak jelas di leher laki-laki itu.

Aldi melirik ke arah pintu, mendapati Fina yang tengah berdiri disana. Ia menepis kasar tangan Renald, kemudian berdecih. "Gue nggak kenal."

"Tapi gue paham." Aldi menatap Renald sebentar, sebelum akhirnya beranjak dari sana.

Ia sudah membuang-buang waktu hanya untuk menasehati laki-laki keras kepala seperti Renald. Bahkan ini lebih dari sekedar, ia ikut campur dalam masalah laki-laki itu.

DISPARAÎTRE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang