"He was too unstable to be able to finish and understand everything."
***
Kebisingan dari arah penonton membuat Reysa mengeluarkan decakan. Ia tidak pernah mengira bahwa teman-temannya menumbalkan Reysa untuk ikut lomba kasti. Reysa jelas menolak dengan sangat tegas. Tapi teman kelasnya tetap tidak peduli, dan malah menariknya sampai lapangan ini. Betapa gondoknya Reysa ketika melihat cengiran tak merasa bersalah dari teman-temannya yang tidak ikut lomba.
Ia mengikat rambutnya agar tidak menghalangi pandangan. Ia tidak boleh kalah dengan seorang perebut yang mulai melancarkan aksinya. Dari dulu dia selalu saja mengacaukan hidup Reysa. Apa memang hobi dia adalah menjadi perebut? Dengan senyuman sinis Reysa menoleh pada Regita. Gadis itu tengah meregangkan ototnya agar lebih kuat ketika memukul.
"Udah putus kayanya urat malu Fina. Makanya nggak malu tuh deket-deket sama si Renald." ujar Reysa yang tampak menggebu-gebu.
Regita yang sedari tadi memandangi Veran, sedikit terkesiap ketika mendengar ujaran Reysa. Entah mengapa matanya tidak mau lepas pada Veran dan Stella yang tengah tertawa bersama. Jujur saja, Regita sedikit sangsi melihat kedekatan mereka. Padahal biasanya mereka melakukan hal masing-masing. Tetapi hari ini terlihat bersama.
"Hah? Lo tadi ngomong apa?" ulang Regita ketika ucapan Reysa belum bisa dicerna oleh otaknya.
Reysa mendengus geli ketika sadar bahwa pandangan Regita mengarah pada Veran dan Stella yang terlihat sedang tertawa bersama. Dari awal Reysa sudah menduga bahwa kekesalan Regita adalah salah satu aktivitas jual mahal. Gadis itu terlalu enggan untuk sekedar bersikap lembut dan mengatakan kalau Regita juga mencintai Veran.
"Kan gue udah bilang, lo terima aja cintanya bang Veran. Sekarang lo galau sendiri kan, gara-gara bang Veran ketawa ketiwi sama Stella."
Jelas saja Reysa merasa senang ketika Regita menjadi gadis menyedihkan. Niat awalnya memang membuat Regita sedih dan kemudian menyesal karena menyia-nyiakan cinta
Veran."Dih, apaan sih?! Nggak jelas lo!" sungut Regita.
Panitia lomba sudah mulai membuka acara lomba kasti. Reysa dan teman kelasnya yang mengikuti lomba ini sudah mulai bersiap-siap. Entah kesialan apa, kalau Reysa ikut berpartisipasi dalam sebuah lomba, pasti selalu dapat urutan pertama.
"Oke semuanya— untuk peserta pertama dari kelas sebelas MIPA 5 melawan kelas dua belas MIPA 2. Silahkan untuk merapat ke arah lapangan."
Dengan hati yang membara, Reysa sudah siap mengalahkan semuanya. Ia tidak boleh kalah dari orang yang dulunya mencibir dirinya banyak hal.
"Oke. Sebelum mulai, perwakilan kelompok diharap maju untuk melakukan suit terlebih dahulu."
Reysa dengan semangat yang membara segera mendekati panitia lomba. Ia memandang tajam sosok Fina yang tengah menatapnya remeh. Apapun yang terjadi ia harus menang. Ia tidak mau dikalahkan oleh perebut seperti Fina. Bisa-bisa ia semakin diremehkan oleh gadis itu.
Fina tersenyum miring, membuat Reysa berdecih kasar. "Lo nggak akan bisa ngalahin kelas gue." ucap Fina dengan gaya sombongnya.
"Cih! Ngimpi!"
Reysa tertawa ketika kelasnya 'lah yang lebih dulu memulai permainan, dan kelas Fina berjaga. Perlu diketahui bahwa ia adalah juara suit internasional. Ia tidak akan mungkin bisa dikalahkan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...