"Why do they always provoke emotions?"
***
Reysa baru saja menginjakan kakinya di parkiran. Ia mencepol rambutnya karena merasa gerah. Padahal masih pagi, ia sudah merasakan gerah.
Namun, seseorang tiba-tiba saja melepas cepolan itu, membuat rambutnya terurai bebas. Ia berbalik menatap pelaku yang berani melakukan ini padanya.
"Lo nggak tau apa, kalo gue gerah?" tanya Reysa pada Renald sembari menahan kesal. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, membuat Renald tersenyum geli.
Ia menyentuh bibir gadis itu. "Mau gue cium disini?" tanya Renald sembari menunjukkan raut menyebalkan pada Reysa. Jari Renald masih menempel di bibir gadis itu. Dengan Reysa yang menegang ditempat.
Reysa harus membalas ini semua. Ia tidak boleh lemah hanya karena disentuh bibirnya. Gadis itu mengusap pelan jakun milik Renald, membuat laki-laki itu meneguk salivanya.
"Lo jangan nyentuh leher gue. Emang lo mau gue unboxing?" ucap Renald gugup. Laki-laki itu menarik tangannya dari bibir Reysa.
T
ubuh Reysa terhuyung ketika seseorang tiba-tiba mendorong bahunya. Ia mengangkat wajahnya menatap seseorang yang berani melakukan ini padanya.
"Lo nggak tau malu banget sih, mesra-mesraan sama tunangan orang!" bentak Zeva yang sedari tadi memperhatikan kemesraan mereka. Gadis itu menunjukkan raut wajah kesal sekaligus marah pada Reysa.
"Oh, atau orang tua lo ngacarin kaya gitu ke elo?"
Reysa masih bisa menahan kesabaran kalau itu tidak menyangkutkan orang tuanya. Ia maju dan menjambak rambut Zeva. Membuat gadis itu memekik kesakitan.
"Aaa-aaww..."
Renald mencoba melerai keduanya, namun gadis itu segera mendorong dada bidang Renald.
"Lo boleh hina-hina gue sepuas bacot lo! Tapi nggak usah bawa-bawa orang tua gue!" bentak Reysa yang membuat Zeva berkedip untuk beberapa kali.
Napas Reysa memburu. Ia semakin menarik rambut Zeva, membuat gadis itu berteriak keras. Beberapa orang yang berada disana tampak menonton dan juga memekik.
Tubuh Reysa ditarik paksa oleh Renald agar menjauh dari Zeva. "Rey, lo bisa nyakitin dia!" bentak Renald yang mulai emosi karena keduanya.
Batin Reysa mencelos. Gadis itu menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tidak mengerti pada laki-laki itu, apa Renald memihak dirinya atau Zeva.
Reysa menepis tangan Renald yang berada dibahunya. Gadis itu mundur satu langkah untuk menjauhi laki-laki itu.
"Lo belain dia?"
"Iya. Karena lo udah keterlaluan!"
Reysa mendengus geli. Sepertinya memang usaha yang ia lakukan selama ini untuk laki-laki itu sangat sia-sia.
"Cha, coba lo noleh ke samping."
Earpons sebesar biji merica berbunyi. Gadis itu menoleh, mendapati Bara yang tengah tertawa geli dengan pertengkaran itu.
Reysa mendengus. Pasti Bara akan terus gencar membuat dirinya kesal nanti.
"Medingan lo ke kelas deh." perintah Renald. Gadis itu hanya memandang sekilas, sebelum akhirnya beranjak dari sana tanpa sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...