39. BAZAAR PREPARATION

234 50 0
                                    

"He came but not to listen."

***

Baju bebas sudah melekat rapih ditubuh Reysa. Dari pantulan cermin, gadis itu bisa melihat bahwa ia sudah sangat rapih dan siap untuk berangkat sekolah. Kemarin anggota OSIS mengatakan bahwa hari ini adalah persiapan bazar, jadi semua siswa boleh mengenakan pakaian bebas.

Dua hari Renald tidak menghubunginya. Tidak ada pesan singkat ataupun telepon yang masuk dari nomor laki-laki itu. Ia belum menemukan waktu yang pas untuk menjelaskan detailnya. Minimal Renald sedikit paham dengan situasi sulit kemarin itu. Ia juga tidak akan terlalu berharap pada laki-laki labil yang sering kali salah mengambil keputusan.

Ia meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas. Perlahan namun pasti, ia mulai mengetikkan beberapa kalimat untuk Renald. Kalau Renald tetap saja tidak mau mendengarkan penjelasannya juga, ia tidak tahu lagi harus apa. Memikirkan hal seperti ini malah membuat kepalanya terasa pening. Padahal ia tidak pernah membayangkan akan berada diposisi seperti ini.

Seharusnya ia mengerti dari awal kalau hubungan ini pasti akan berakhir seperti ini. Dari awal ketika Renald menyatakan kalau laki-laki itu mencintainya, ia sedikit ragu untuk mengikuti alurnya. Setelah kejadian kemarin harusnya ia menjauh, atau kalau perlu memutuskan hubungannya dengan Renald.

Harusnya berpikir jauh, bahwa Renald akan tetap Renald dengan sifat labilnya. Kalau tahu akan begini, ia pasti akan berhenti setelah kejadian bulan lalu saat Renald akan bertunangan dengan Zeva.

Reysa
Ren, gue mau ngomong penting sama lo.
Gue tunggu di rooftop.Terserah lo mau
atau enggak, itu keputusan lo

I

a membawa langkahnya menuju lantai dasar rumahnya. Di ruang makan sudah ada kedua orang tuanya dan juga Alex. Ia menarik salah satu kursi dan mengambil duduk disana. Reysa meraih roti dan juga selai. Sebelum itu ia menyesap susu coklatnya yang dibuat Rina tadi.

"Ada acara apa Rey, kok pake baju bebas?" celetuk Rina sembari memperhatikan Reysa yang tengah sibuk mengolesi rotinya dengan selai.

Gadis itu mengangkat wajahnya. "Persiapan bazar, ma." singkat Reysa.

Entah mengapa ia malas berbicara panjang lebar. Untuk mengatakan itu saja Reysa perlu memaksakan diri. Akhir-akhir ini masalah selalu datang silih berganti. Sampai ia lelah sendiri dengan cara apa mengatasinya agar tidak menjadi beban pikirannya.

"Oh, nanti malem ada acara musik?" Alex menimpali yang mendapat anggukan cepat dari Reysa.

"Lo juga boleh dateng kalo lo pengen. Tapi saran gue sih, mending nggak usah."

Alex mengernyit heran. "Kenapa?"

"Takutnya kaya orang ilang disana nggak ada temen." Reysa tergelak. Ia mengaduh ketika Alex menendang kakinya.

Alex berdecih. "Gue juga nggak akan dateng. Paling isinya bocil semua."

"Iya dah, yang udah tua."

"Sialan!"

Walaupun sudah ditegur banyak kali, Alex ya tetap Alex yang akan selalu mengumpat ketika Reysa mengejeknya. Tak berbeda dengan Reysa, gadis itu juga akan mengeluarkan umpatan kasarnya ketika Alex mencoba menyulut emosi.

****

Lapangan SMA Lawrence mulai dipenuhi banyak siswa. Dari yang sibuk menyiapkan bazar, dan ada bagian yang sibuk mempersiapkan panggung untuk acara nanti malam.

DISPARAÎTRE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang