14. TIRED

489 56 1
                                    

"I'm too tired just to run into trouble."

***

Tatapan sengit itu dilayangkan oleh Renald kepada Zeva. Dari apa yang ia dengar tadi, gadis itu menyebar kebohongan jika Reysa adalah gadis perebut.

Ia kurang mengerti dengan gadis itu. Mengapa terlalu percaya diri kalau ia akan menerima perjodohan itu.

"Lo ngomong apa sama mereka semua, hm?" ia masih tampak santai. Gadis itu tampak tertawa mendengar ucapan Renald.

"Gue cuman ngomong kebenarannya."

Zeva bersandar pada dinding sembari bersedekap dada. Tatapannya selalu remeh pada laki-laki itu.

"Tapi semua yang lo omongin ke mereka bukan kebenarannya." Renald menghela napas kasar. "Lo bisa nggak sih, pergi dari kehidupan gue. Dan minta orang tua lo buat batalin semuanya?"

Ia hanya berusaha sesuai dengan keinginannya. Ia lebih memilih Reysa, dan membuat orang tuanya kecewa. Dari pada harus bersama Zeva, dan membuat gadis itu terluka karenanya.

Masalah dengan Lukman bisa ia atasi. Karena ia berhak menolak apapun yang membuat ia merasa tak nyaman. Tetapi masalah dengan Reysa, tidak akan pernah teratasi sama sekali.

"Gue tuh keganggu sama keluarga lo! Paham nggak sih?" ia mencoba menahan emosinya. "Gara-gara keluarga lo, papa gue terus maksain gue buat tunangan sama lo."

Zeva mendengus geli. "Bukan papa gue yang ganggu keluarga lo. Tapi obsesi om Lukman sama uang."

Renald tau betul mengenai itu. Apa mereka tidak bisa mengerti sedikit perasaannya jika dipaksa seperti ini? Ia sudah lelah menghadapi ocehan Lukman yang selalu membahas hal tidak penting seperti itu.

Ia memandang gadis itu. "Kalo sampe gue liat lo ganggu Reysa lagi atau nyebar rumor nggak jelas, gue pastiin lo bakal hancur ditangan gue."

Setelahnya, Renald membawa langkahnya meninggalkan gadis itu. Apapun itu yang berhubungan dengan Reysa, ia akan lakukan.

****

Bel istirahat sudah berbunyi satu menit yang lalu. Renald dan kedua sahabatnya tampak menyusuri koridor menuju ke kantin. Suasana hatinya belum benar-benar membaik. Namun, ia ingin sekali bertemu dengan Reysa.

Ia mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Reysa. Ia menghampiri gadis itu, disusul kedua sahabatnya.

Ia mengambil duduk disamping Reysa. "Masih mikirin soal Zeva?" tanya Renald pada Reysa. Gadis itu menoleh, mendapati Renald yang menatapnya begitu serius.

Reysa menggeleng. "Nggak ada yang lebih bagus dari itu?"

Renald tersenyum. "Apapun itu Rey, gue bakal tetep milih lo." ia menggenggam tangan Reysa yang berada ditas paha.

"Walaupun orang tua lo kecewa?"

Renald mengangguk sekilas. "Masalah orang tua gue masih bisa diatasi." ia memberi jeda seraya memberi tatapan dalam pada Reysa. "Tapi kalo gue lebih milih mereka dari pada lo, gue pasti bakal kehilangan lo."

"Katanya mau traktir kita, Ren? Gimana sih?" decak Reno yang sedari tadi menunggu Renald selesai bicara. Ia merasa sangat lapar karena mapel matematika tadi.

Renald menoleh, lantas berdecak kesal. Ia mengambil selembar uang seratus ribu, kemudian melemparnya pada Reno. "Berisik banget lo kaya ibu-ibu." cibir Renald.

DISPARAÎTRE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang