"The next one, must remain patient with the labile attitude of the kidney which is full of jealousy."
****
Semakin berlalu, perasaannya pada Renald kian bertambah. Sekarang, ia menjadi pengagum sejati laki-laki menyebalkan itu. Pertama bertemu memang tidak elit. Cara menyatakan perasaan Renald padanya juga tidak ada kata romantis. Boro-boro romantis, baru saja kenal langsung ditodong kata-kata tidak manis itu. Membuat ia tegang sendiri disana saat itu.
Terlepas dari masalah kemarin, kini mereka sama-sama berbaikan. Menurut Reysa, mengapa tidak diperjuangkan. Sejak awal memang niatnya untuk membantu Renald menggagalkan rencananya. Walaupun tidak dipungkiri, ia merasa lelah untuk sekedar mengambil satu buah video yang Bimo ambil waktu itu.
Ia sangat tahu, pasti mereka mengenal satu sama lain. Apa lagi, ayah Zeva sering sekali mengunjungi bar Dark Moon milik Bimo. Menjadi tempat menghasilkan uang haram yang banyak digemari banyak orang.
Sebentar lagi pasti akan membalas dendam karena bar milik Bimo dilaporkan oleh Bara. Yang jadi sasarannya pasti dirinya. Karena apapun masalahnya, pasti ia akan selalu jadi tersangka yang harus dituduh banyak hal. Sebenarnya ia lelah menghadapi kehidupan seperti ini. Kehidupan penuh kekerasan dan kejahatan. Bahkan untuk sekedar tertidur pulas, sepertinya akan sangat sulit.
Di bawah sinar matahari yang begitu menyengat, dengan dimanjakan banyak bangunan gedung menjulang tinggi, serta lalu lalang kendaraan. Terdengar bunyi klakson dan beberapa pedagang yang berteriak mencari pembeli, ya walaupun terlihat begitu lirik, tetapi masih bisa didengar oleh Reysa.
Awan putih itu mulai berubah menghitam. Mulai bergerak mengumpul, dan menutupi sinar matahari. Dan tidak lama, pasti akan turun hujan. Angin tambak menyapu wajah dan menusuk sampai nadi. Membuat Reysa mengusap lengannya karena merasa merinding.
Renald masih diam ditempat, membuat rasa gemas Reysa meronta-ronta. Laki-laki yang biasanya petakilan itu, sekarang hanya diam sembari mengamati orang yang berlalu lalang dibawah sana. Tidak ada suara apapun, kecuali bunyi angin yang menggelitik ditelinga.
Bagi Reysa, memandang wajah Renald adalah hobinya sekarang. Rasanya ingin menampar ataupun menempeleng karena begitu gemas. Atau mencabik-cabik hingga berdarah-darah. Tapi tidak mungkin Reysa lakukan, nanti wajah ganteng Renald akan berubah menjadi buruk rupa.
Setelah diperhatikan lebih jauh, sepertinya Renald tengah marah padanya. Entah apa yang membuat Renald marah. Ia juga kurang tahu, karena Renald tidak juga membuka suara. Mau membuka suara lebih dulu, tetapi takut tidak diindahkan oleh Renald. Tetapi demi keamanan dan kenyamanan bersama, Reysa akan lakukan.
Reysa menyenggol lengan Renald, namun laki-laki itu sama sekali tidak peduli pada Reysa. Yang membuat gadis itu berdecak, karena sedari tadi Renald mengacuhkannnya.
"Kenapa sih, Ren?"
Namun, Renald masih diam. Tidak menjawab apa lagi menoleh. Matanya masih fokus pada mereka yang berlalu lalang disana.
"Kalo ada masalah jangan diem aja. Biar gue tahu lo kenapa."
Reysa hanya takut, ia menjadi budak cinta karena Renald. Yang setiap hari sok romantis dan cemburuan. Atau menjadi orang yang suka melarang satu sama lain. Ah, semoga saja tidak terjadi.
"Renald!"
Belum juga ada sahutan dari Renald. Laki-laki itu masih menulikan pendengarannya, dengan wajah yang begitu datar. Tidak mau terlalu lama ditatap Reysa, Renald memunggungi gadis itu. Melihat ke arah lapangan yang begitu ramai oleh para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...