28. ARGUMENT & JEALOUS

343 48 0
                                    

"Not jealous, but dislikes when he also pays attention to other people."

****

Sepanjang koridor, para murid tampak memperhatikan Reysa yang tengah berjalan. Antara merasa malu dan bersalah karena telah menghina gadis itu. Yang dilakukan Reysa hanya tidak peduli. Ia sama sekali tidak membalas senyuman mereka.

Sapaan mereka bahkan tidak diindahkan oleh Reysa. Bukan karena gadis itu marah, tetapi moodnya yang begitu buruk saat ini.

"Reysa!" gadis itu refleks menghentikan langkahnya. Reysa berbalik memandang seseorang yang tengah berlari ke arahnya.

Aldi, laki-laki itu mengulurkan sebuah paper bag berwarna hitam pada Reysa. Membuat kening gadis itu berkerut. "Nih,"

"Dari siapa?"

Apa itu dari Renald? Mengapa tidak memberikannya sendiri?

"Menurut lo ini dari siapa?" laki-laki itu terkekeh geli ketika gadis itu malah mendengus.

"Renald?"

Aldi menggeleng. Tebakan gadis itu salah. Tidak mungkin ia yang memberikan barang itu pada Reysa jika itu dari Renald. "Bang Frans."

Senyum gadis itu terbit. Tangannya langsung meraih paper bag yang Aldi ulurkan. Ia mengintip isi paper bag itu, dan menemukan sebuah kotak. Entah apa itu isinya.

Gadis itu mengangkat wajahnya. "Kok nggak ngasih sendiri, ya?" tanya Reysa bingung.

Lagi pula, Frans bukan termasuk orang yang terlalu sibuk. Paling hanya mengurusi hotel dan juga restoran milik keluarganya.

"Sebenernya tadi mau ngasih langsung. Cuman buru-buru mau meeting."

Reysa manggut-manggut mengerti. "Thank's, ya?" Reysa tersenyum tipis pada Aldi.

Laki-laki itu mengangguki ucapan Reysa. "Jangan lupa ke rumah bang Bara. Katanya mau bikin barbeque entar malem."

Hanya decakan kesal yang keluar dari mulut Reysa. "Kok gue nggak dikasih tau, ya?"

Jangan-jangan mereka sengaja tidak memberitahunya. Dan berakhir ia tidak ikut dengan mereka karena salah satu dari mereka tidak mengatakan ini padanya.

"Di grup kan ada. Emang lo nggak buka?"

Ah, iya Reysa ingat. Ia belum mengecek ponselnya kembali setelah pulang dari rumah sakit kemarin.

Reysa meringis sembari menggaruk tengkuknya. "Ah, gue lupa. Gue belum cek hp dari tadi malem."

Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gue ke kelas dulu, ya?"

****

Suara teriakan Regita menyapa Reysa yang baru saja menginjakan kaki di kelas. Gadis itu menutup telinganya yang terasa berdengung karena suara Regita. "ECHA!"

Gadis itu membawa langkahnya ke tempat duduk yang biasa gadis itu duduki. Dirinya mengambil duduk disebelah Regita yang terlihat tidak sabaran dengan gadis itu. "Cha? Lo nggak papa, kan?"

Kekhawatiran Regita membuat Reysa terdiam. Gadis itu bingung sendiri dengan Regita yang terlalu over dalam mengkhawatirkannya. Tumben sekali gadis itu khawatir tentang keadaannya.

"Iya, Rey. Gue kaget banget loh, pas liat lo tiba-tiba dateng." sahut Adel yang ikut heboh. Sedangkan Tania hanya mengangguki ucapan mereka.

DISPARAÎTRE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang