"My soul seems to fly with the confusion that keeps looming."
***
Ruangan itu bercat putih. Kosong dan sunyi, hanya ada angin yang tampak menerbangkan helaian rambut yang terurai dengan bebas. Dilihat dari sisi manapun, tempat itu sangat asing. Berkali-kali diamati, tidak juga mengenalinya.
Atapnya tampak buram. Anehnya, di sana seperti ada awan putih yang saling berpencar satu sama lain. Terkadang awan itu mengeluarkan seminau indah yang membuatnya enggan untuk pergi dari tempat ini.
Ia berjalan, melewati kekosongan yang saling mengisi setiap waktunya. Tidak ada pohon ataupun makhluk hidup lainnya, selain seorang gadis dengan gaun putih.
Gadis itu mulai melangkah, menyusuri setiap celah yang bisa dilewati. Mencari beberapa orang yang mungkin bisa ia tanya, di mana ia sekarang. Tempat ini memang sangat nyaman, tapi ia juga merasa bosan karena harus sendiri di sini.
Ia mulai mendengar beberapa suara orang yang tengah panik karena sesuatu. Ada juga bunyi sebuah brankar didorong, dan suara derap langkah kaki yang terdengar begitu terburu-buru.
Gadis itu mulai menajamkan pendengaran, namun ia urungkan ketika melihat sebuah bayangan yang sama persis dengannya melintas tanpa permisi. Tanpa pikir panjang, gadis itu mulai berlari mengejar seseorang itu.
Namun, gadis itu tersandung akar berduri yang menyebabkan kakinya berdarah dan berakhir terduduk di atas rumput yang begitu hijau dan segar.
Gadis itu mengangkat wajahnya, memperhatikan tempat itu menjadi sebuah jalanan sepi yang sedikit gelap. Ia mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang mungkin melewati jalanan sepi ini.
Tetapi tetesan darah dari kepalanya, membuat fokusnya teralih pada diri sendiri. Tangannya yang bersih tanpa noda, sekarang berubah merah. Ia menengadahkan satu tangannya, membiarkan darah dari kepala mengalir ke telapak tangan.
Gadis itu dibuat bingung dengan yang sedang terjadi. Ada banyak bayangan yang entah mengapa tiba-tiba melintas begitu saja di pikiran. Entah itu tentang orang terdekat, atau orang yang paling dekat.
"Detak jantungnya semakin melemah, Dok."
Gadis itu menutup telinganya ketika mendengar suara yang entah dari mana. Suara-suara itu begitu sangat mengganggu pendengarannya. Kepalanya juga semakin terasa pening dan pandangannya memburam.
"Siapkan AED."
Gendang telinganya berdengung. Tubuhnya semakin terasa sakit dan terasa perih. Tangannya tiba-tiba saja menjadi kaku dan kram, serta napasnya yang berubah semakin sesak.
"Dua ratus Joule."
Bayangan semua orang terdekat kembali menjantang, menyelapi akal budi yang semakin meronta menghancurkan kewarasannya. Gadis itu berteriak keras untuk mengurangi sakit yang dideritanya.
"Lo cantik, Rey."
Senyum Renald selalu membuat jantungnya berdebar. Kendati awalnya ia begitu membenci laki-laki itu, tapi sekarang sudah tidak lagi. Dulu, tingkah Renald memang selalu menjengkelkan, selalu bisa membuat emosinya meluap-luap. Seiring berjalannya waktu, laki-laki itu benar-benar mengisi kekosongan pada hatinya yang patah karena sebuah persoalan.
"Itu bibir dimajuin, kode buat gue cium lo, ya?"
Ada saja tingkah Renald yang membuat ia merona. Tak tanggung-tanggung, Renald benar-benar akan melakukan hal itu padanya. Sampai pada saat Renald benar-benar bukan Renald yang selama ini ia kenal. Renald dengan segala penyesalannya, dan Renald yang sulit untuk percaya pada apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...