"He wants to laugh out loud so they know how happy he is."
***
Tawa dari mereka tampak terdengar kacau ditelinga Reysa. Tatapan sinis dan juga mengejek mereka layangkan padanya. Gadis itu memilih tidak peduli pada mereka. Lebih baik ia segera menghabiskan makanannya.
"Besok jangan lupa dateng ya, gengs, ke acara tunangan gue." ucap Zeva sembari melirik sinis pada Reysa. Nada suaranya sedikit ditinggikan agar mereka yang berada disana mendengarnya.
"Ow, tunangan sama Renald maksud lo?" teman gadis itu tampak memancing ketenangan Reysa. Namun, Reysa masih diam ditempat.
"Iya lah. Siapa lagi?" Zeva menyesap jus alpukatnya sembari menampilkan senyuman.
"Lagian lo lebih pantes sama Renald dari pada dia."
Mungkin sebagian orang akan tertawa mendapati Reysa yang sedari tadi mereka sindir. Bahkan terlihat tidak bisa berkutik sedikitpun.
Reysa ingin tertawa keras. Tetapi belum saatnya ia menunjukan rasa bahagianya pada mereka. Biarlah mereka menghinanya sekarang. Tapi nanti, ia akan membuat mereka malu atas kelakuan mereka.
"Ya jelas lah. Cowok ganteng sama perebut emang pantes?" mereka tertawa setelah Zeva mengatakan itu.
Tangan Reysa terkepal dibawah meja. Raut wajah masih sama datarnya seperti pertama kali ia menginjakan kaki disini.
"Gue nggak sabar deh, liat lo tunangan sama Renald."
Zeva terkekeh. "Gue juga nggak sabar tunangan sama dia."
Reysa mendengus geli. Ia menenggak minuman bersoda hingga habis. Tatapannya teralih menatap Zeva yang kini tengah tertawa mengejek.
Namun, deringan dari ponselnya membuat ia mengalihkan atensinya. Ia menggeser ikon hijau, lantas menempelkan benda itu di depan telinga.
"Ya?"
"Gue punya berita penting buat lo." ujar seseorang yang berada diseberang sana. "Pulang sekolah bisa ketemu gue nggak?" tanya orang itu.
"Oke. Kita ketemu ditempat lo, ya? Biar aman." Setelahnya, sambungan telepon mereka terputus.
Ia menatap layar ponselnya yang kini sudah menghitam. Ini hanya perlu pengorbanan, agar yang ia inginkan tidak pergi darinya.
"Abis telfonan sama siapa, Rey?" tanya Tania yang baru saja datang. Disusul Adel yang tampak membawa nampan.
Reysa mengangkat wajahnya, kemudian menggeleng. "Ah, temen gue." mereka hanya ber-oh-ria.
"Lo nggak papa kan, Rey?" tanya Tania hati-hati. Takutnya, gadis itu akan tersinggung dengan pertanyaanya.
Reysa tersenyum tipis. "Ya, gue nggak papa."
"Nggak abis pikir gue sama mereka." Adel menghela napas sembari melirik ke arah Zeva dan teman-temannya. "Dibayar berapa sih sama si Zeva buat manas-manasin suasana?"
Tania mengangkat bahunya. "Gue juga heran sama mereka. Udah dilembar botol aja, masih aja mulutnya bacot."
"Gue eneg sumpah, lama-lama liat mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...