9. PROBLEM COMES

503 64 0
                                    

"He knew something was going to happen. Then his hunch got worse."

***

Perasaan Reysa mulai tak enak. Ia sedari tadi mempunyai firasat buruk tentang apa yang akan terjadi dengannya. Ia memilih mengabaikan pikiran-pikiran itu. Membawa langkahnya menuju toilet.

Sebenarnya ia malas untuk sekedar ke toilet. Tetapi jika ia tidak segera ke toilet, bisa-bisa ia terkencing di rok.

Reysa masuk ke dalam salah satu bilik yang masih kosong. Ia hanya sebentar, dan kembaki keluar. Ia membawa langkahnya menuju cermin besar yang berada disana. Ia menghidupkan kran, lalu membasuh wajahnya yang tampak lesu.

Seseorang masuk ke dalam toilet itu tanpa diketahui oleh Reysa. Gadis itu masih asik membasuk wajahnya, hingga akhirnya ia memilih keluar dari sana.

Namun, tubuhnya tiba-tiba saja didorong oleh seseorang, membuat ia terhuyung ke belakang membentur keramik washtafel.

"Siapa lo?" tanya Reysa kesal. Ia memandang sengit gadis di depannya itu. Ternyata firasatnya benar, tentang akan terjadi sesuatu dengannya.

Zeva, gadis itu tampak memandang sinis pada Reysa. "Ada hubungan apa lo sama Renald?" tanya Zeva tak bersahabat. Pandangannya berubah sengit pada Reysa.

"Siapa lo nanya-nanya?" ia sudah tidak peduli lagi dengan gadis di depannya itu. Biarpun dia seniornya, ia tidak takut sama sekali.

"Gue tanya sama lo! Ada hubungan apa lo sama Renald?" tanya Zeva lagi-lagi menatap sengit pada Reysa. Raut wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat.

"Lo nggak perlu tau." balas Reysa, lalu beranjak dari sana. Namun, Zeva menahannya, lalu mencengkeram tangannya.

"Lepas!" gadis itu mencoba melepas tangannya dari cengkeraman senior gila itu. Sebenarnya Zeva datang dari mana sih?

Bisa saja Reysa berbuat hal diluar pikiran mereka, tapi ia masih mempunyai rasa belas kasihan. Atau kalau ia benar-benar melakukannya, ia akan dipandang buruk oleh semua orang.

"Denger baik-baik! Jauhin Renald, sebelum hidup lo gue obrak-abrik sampe lo menderita." ucap Zeva menekan kata menderita.

Reysa mengubah raut wajahnya. Memang dia siapa berani mengatur hidup Reysa? Apa tadi, mengobrak-abrik? Ohh, belum tahu saja Reysa itu siapa.

"Siapa lo? Nggak usah ikut campur hidup gue!" kini giliran Reysa yang membalas dengan ekspresi sengit.

"Gue pacar Renald sekaligus tunangannya. Puas lo!"

Reysa tertawa dalam hati. Apa-apaan orang ini. Mengatakan bahwa dia adalah pacar sekaligus tunangan Renald.

Oh, atau Renald hanya ingin bermain-main dengannya? Bahkan semua yang dikatakan Renald malam itu, tidak benar-benar dari lubuk hatinya?

Apa ia dibohongi oleh laki-laki itu?

"Dan gue minta, lo jauhin Renald. Kalo gue sampe liat lo masih deket sama Renald, gue nggak segan-segan bikin lo menderita! Inget itu!" lontar Zeva. Gadis itu menghempas tangan Reysa dengan kasar. Lantas berlalu dari sana.

Pandangan Reysa kosong. Ini bukan salah satu kemauannya. Ia hanya ingin bernapas dengan bebas tanpa ada gangguan dari siapapun. Ia hanya belum siap menerima sakit apapun. Entah itu fisik ataupun batinnya.

DISPARAÎTRE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang