"They won't know what it's like to be sued."
***
Reysa tengah menunggu seseorang datang. Ia menunggu disalah satu cafe yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Ia menyesap americano sembari menunggu kedatangan seseorang.
Ia melirik ke arah luar jendela. Hujan tampak mengguyur jalanan yang tampak ramai oleh pengendara. Banyak dari mereka memilih berteduh diemperan toko sembari menunggu hujan reda.
Atensinya teralih, mendapati seorang laki-laki yang tengah berjalan ke arahnya dengan membawa laptop ditangannya. Laki-laki itu mengambil duduk dihadapan Reysa. "Sorry, lama."
Reysa hanya mengangguk sekilas. Ia membiarkan laki-laki itu memesan terlebih dahulu.
"Ah, iya. Lo mau nanya apa?"
"Zevanya Morris Artapratama." tiga kata yang membuat laki-laki itu mengangguk mengerti.
"Ah, iya. Gue juga lagi nyari tau cewek itu."
Laki-laki itu tampak sibuk dengan laptopnya. Sedangkan Reysa hanya menunggu sampai laki-laki itu mendapatkan semua yang ia perlukan.
"Zeva hampir setiap malem ke kelab play house."
Alis Reysa saling bertautan. "Beneran setiap malem?" laki-laki itu mengangguk.
"Gue pernah ngretas CCTV play house. Dan yang sering gue liat tuh si Zeva." apa seburuk itu kehidupan Zeva? Bahkan ia tidak percaya, gadis itu sering mendatangi club malam.
"Kemarin gue cek daftar tamu hotel gue. Dan ternyata, setiap minggu Zeva dateng ke sana."
"Ngapain dia kesana?"
"Entar gue cek CCTV yang ada di lorong."
Reysa tampak mengangguk. Ia melirik ke arah luar jendela. Ternyata hujan sudah mereda. Ia bangkit dari duduknya. "Gue balik dulu deh, bang. Entar kasih tau ya kalo udah dicek."
Laki-laki itu mengangguk. Sementara Reysa mulai beranjak dari sana.
****
"Ren, gimana hubungan kamu sama Zeva?" tanya Lukman, ayah Renald. Mereka tengah duduk disofa ruang tengah.
Renald menautkan alisnya. "Kok Zeva sih, pa?" tanya Renald sedikit kesal. Ia sangat benci menbahas hal yang berhubungan dengan Zeva.
"Kamu pacaran sama Zeva, kan?" tanya Lukman antusias.
Renald tidak tahu lagi harus menjelaskan dengan konsep seperti apa, agar Lukman paham ia tidak pernah mencintai gadis itu.
"Deket sama dia aja males, apa lagi pacaran." ucap Renald malas.
"Ya makanya kamu harus deketin Zeva, biar kamu sama Zeva pacaran."
"Renald udah punya pacar."
Situasi seperti ini yang benar-benar ia benci. Ketika Lukman membahas mengenai Zeva.
"REN! Papa kan udah bilang sama kamu dari dulu suruh deketin Zeva supaya bisnis papah lancar. Karena papanya Zeva adalah salah satu pengusaha yang sangat sukses. Jadi kalo kamu pacaran sama Zeva dan menikah dengan Zeva, itu bisa menyelamatkan perusahan.Pokoknya kamu harus putusin pacar kamu. Dan kamu harus pacaran sama Zeva!" paksa Lukman.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...