"Looks like it would be a lot of fun threatening people."
***
Definisi menyulitkan hidup itu, kita terus saja membayangkan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Terlalu berpikir berlebihan tentang sesuatu itu. Dan berakhir kita merasa menyesal karena terlalu overthinking dengan banyak hal.
Definisi memperburuk keadaan itu, kita menghancurkan sesuatu yang mungkin dianggap tidak penting sama sekali. Padahal itu termasuk hal yang terlalu penting untuk sekedar dihancurkan.
Orang mengira, semua orang akan merasakan hal yang sama seperti itu. Selalu merasa bahagia setiap saatnya. Atau mungkin, mereka berpikir, kita tidak pernah mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kejahatan.
Ada banyak hal yang membuat Reysa begitu tertutup mengenai dirinya. Menunjukkan sikap ketus memang pilihan terbaik menurutnya. Dan mungkin, ia bisa saja mendiamkan mereka yang selalu mengusiknya. Tetapi ia bukan salah satu tipe gadis yang seperti itu. Ia akan menumpahkan semua emosinya dan tidak akan pernah bisa menahannya.
Mereka tidak akan tahu, Reysa melewati begitu banyak hal. Mengubur dalam-dalam perasaan marah ketika mereka mencoba mengambil kebahagiaannya.
Ia ingin marah. Tetapi sepertinya sangat sia-sia. Mereka hanya peduli dengan apa yang mereka inginkan. Dan melupakannya ketika sesuatu itu telah didapatkan.
Reysa tersenyum tipis menatap dirinya sendiri di pantulan cermin. Ia benci perasaan ini. Tentang bagaimana ia merasa menyesal dan kehilangan sesuatu yang tidak diharapkannya. Ia tidak pernah mengharapkan kehadiran Renald. Tetapi setelah melihat perlakuan laki-laki itu, ia terjerat di dalam lingkaran kehidupan Renald.
Ia tidak tahu cara yang terbaik untuk bisa keluar dari penjara ini. Perlakuan Renald bukan semata-mata hanya candaan. Tetapi dibumbui dengan keseriusan. Sampai ia bingung, mana yang harus dipercara dan mana yang tidak.
Ia menghela napas. Lantas membawa langkahnya keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga dengan berbagai perasaan-perasaan aneh yang melekat pada dirinya. Hal seperti ini yang membuat ia seperti sosok gadis lemah pada umumnya.
"Pagi mah,pah, kak Al." sapa Reysa pada mereka. Ia menarik salah satu kursi dan mengambil duduk disana.
"Pagi." balas mereka kompak.
Reysa mencomot roti dan mengolesi selai coklat kesukaannya. Menggigiti perlahan sembari menyesap susu coklatnya. Ia menikmati sarapan itu dan mencoba melupakan apa yang seharusnya ia lupakan. Terlalu banyak memikirkan banyak hal, membuat kepalanya terasa berdenyut.
"Rey, papa punya hadiah buat kamu." celetuk Dheni memecah keheningan di ruang makan. Yang membuat sorot mata Reysa berbinar.
"Hadiah? Apa, pa?" tanya Reysa yang tampak sangat antusias.
Dheni menyodorkan sebuah kunci mobil pada Reysa. "Nih." alis Reysa berkerut. Apa Dheni membelikannya mobil baru?
"Papa beliin mobil buat kamu. Kasian kak Alex harus pulang lebih awal untuk jemput kamu." ujar Dheni disusul kekehan kecil.
"Makasih pa." Reysa tersenyum senang, dan langsung menubruk tubuh Dheni. Pas sekali, ada alasan untuk ia menolak apapun yang berhubungan dengan Renald.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISPARAÎTRE [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau tau nama gue." "Gue nggak nanya. Gue juga nggak mau tau." *** Bertemu dengan laki-laki menjengkelkan sungguh sangat mengusik kehidupan damai...